Hidup Sendiri Lagi

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T058A
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 

Hidup sendiri terjadi karena ada hal yang melatarbelakanginya. Dan di dalam materi ini kita diajarkan bagaimana mempersiapkan diri dalam menghadapi hidup sendiri yang bagi sebagaian orang hal itu sangat tidak mudah.

Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Faktor-faktor yang paling umum menjadi penyebab orang hidup sendiri lagi:

  1. Yang pertama adalah kematian, jadi kematian pasangan kita memaksa kita untuk hidup sendiri lagi.

  2. Yang kedua adalah berpisah untuk sementara, jadi ada orang yang terpaksa hidup sendiri karena keadaan misalkan suaminya atau istrinya harus bekerja di kota yang lain.

  3. Yang berikutnya lagi juga umum adalah perceraian, suatu keadaan yang memang tidak dikehendaki oleh banyak orang tapi kadangkala itu yang menimpa pasangan-pasangan yang tidak rukun lagi.

Semua faktor di atas memang tidak bisa dielakkan, karena itu suatu realita hidup. Tapi sebenarnya kita harus mempersiapkan diri untuk menghadapi hal-hal itu.

  1. Yang pertama adalah kita tidak bisa mempersiapkan diri sampai siap untuk menghadapinya. Dengan kata lain sesiap-siapnya kita waktu kita menghadapinya kita merasa kurang siap.

  2. Yang kedua, meskipun kita akan saling bergantung dengan pasangan hidup kita, tapi belajarlah juga untuk menjadi seseorang yang dewasa. Pada umumnya memang kita terpaksa akan membagi hidup kita dengan pasangan kita, sehingga sewaktu dia tidak lagi bersama dengan kita, kita akan mengalami goncangan atau ketidakseimbangan.

Beberapa hal yang akan dirasakan oleh orang yang terpaksa hidup sendiri lagi:

  1. Akan ada penyesalan, ini terutama dialami oleh seseorang yang kehilangan pasangan hidupnya karena kematian.
  2. Seringkali kita ini gagal untuk meletakkan tanggung jawab pada kedua belah pihak. Misalkan dalam masalah perceraian kita gagal untuk melihat bahwa dua-dua orang bermasalah atau dua-dua kurang bisa mengendalikan emosi.

Ada satu lagi yang juga sering dikaitkan dengan rasa penyesalan, yaitu kita merasa bersalah sebab kita pernah atau mungkin secara periodik berpikir dan berharap bahwa dia itu akan mati. Contoh ini sering terjadi pada orang yang harus merawat pasangan hidupnya yang sakit menahun. Dalam keletihan yang amat sangat dan tuntutan yang begitu berat yang dibebankan oleh pasangan yang sakit itu, akan terbersit suatu pikiran: "kapan sih penderitaan saya berakhir, kenapa dia tidak pergi cepat-cepat, kenapa dia tidak meninggal dengan segera." Ini perlu kita sadari dan maklumi bahwa dalam keadaan capek dan letih memikul beban yang berat, kita ingin lepas dari beban itu, bukannya kita menginginkan dia sungguh-sungguh meninggal dunia. Tapi saya mau mengatakan itu pikiran yang alamiah yang tidak menjadikan seseorang itu jahat atau buruk, jadi anggaplah ini suatu bagian kehidupannya, dalam keadaan yang sakit kita kadang-kadang berpikiran seperti itu.

Ada juga yang menyesal karena merasa salah pilih pasangan, dia merasa wah sebenarnya saya ini tidak boleh menikah dengannya. Misalnya dengan seorang salesman yang memang pekerjaannya keliling terus, atau mengatakan ini salah kawin sama pendeta, pendeta 'kan juga sering sibuk ke luar rumah. Saya kira adakalanya itu dirasakan oleh pasangan yang terus-menerus ditinggalkan, akan ada penyesalan meskipun dia sudah mengerti inilah tuntutan pekerjaan pasangannya. Hilangnya penyesalan itu bergantung kepada apakah hidupnya setelah perpisahan tersebut menjadi lebih baik atau tidak. Kalau hidupnya tidak lebih baik dia akan makin dirundung oleh penyesalan atau rasa bersalah. Tapi kalau banyak yang positif dialaminya dia akan mudah untuk mengatasi penyesalannya itu.

Yosua 1:5, "Seperti aku menyertai Musa demikianlah Aku akan menyertai engkau, Aku tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau." Musa sangat berpengaruh pada kehidupan Yosua, kehilangan Musa adalah kehilangan yang sangat besar bagi Yosua. Tapi Tuhan mengingatkan, jangan bergantung pada Musa, pada-Kulah engkau harus bergantung. Itulah yang dapat kita lakukan, bergantung pada Tuhan yang tidak akan meninggalkan kita.