Lengkap
Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini tentang "Hidup Bergoncang". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
GS : Di dalam kehidupan ini, tentu orang mempunyai tujuan tertentu untuk mencari apa yang ingin diraihnya. Seringkali kalau orang ditanya tentu akan menjawab, "Cari kekayaan". Tetapi dalam pengamatan Pak Paul, apakah memang ada banyak hal lain yang bisa dicari orang, karena tidak semua orang setuju kalau hidup ini hanya untuk mencari kekayaan.
PG : Pak Gunawan, saya sudah bertemu dengan sejumlah orang kaya dan ternyata mereka-mereka ini setelah mendapat kekayaan, tetap mencari sesuatu yang lain dan kalau disimpulkan apa yang mereka cri sesungguhnya mereka mencari damai sejahtera.
Jadi kebanyakan orang setelah mendapatkan apa yang mereka pikir dapat memberi mereka kebahagiaan yaitu kekayaan, ternyata tetap masih ada yang terhilang di dalam hidupnya dan sewaktu ditelusuri akhirnya terlihat jelas bahwa mereka merindukan damai sejahtera dalam hidup mereka.
GS : Tapi itu terkait dengan kemampuan atau kekayaan orang tersebut. Jadi kalau mereka sudah mempunyai kekayaan berarti mereka tidak mencari lagi kekayaan, karena sudah memilikinya dan kemudian mencari damai sejahtera. Tapi seandainya kalau kita bertanya kepada orang yang ekonominya menengah ke bawah, apakah jawabannya yang disampaikan itu sama ?
PG : Sudah tentu memang pada dasarnya kita menginginkan sebuah kecukupan. Karena itu adalah sebuah kebutuhan mendasar yaitu kita ingin mempunyai cukup sandang, pangan dan papan. Namun pada umumya setelah kita memiliki semua itu yang terakhir yang kita akan butuhkan adalah damai sejahtera.
Jadi kalau kita berkata, "Mungkin saja ada orang yang mencari kedudukan atau harta" itu mungkin saja terjadi dan mereka akan berusaha untuk mengejarnya dan berusaha mendapatkannya. Tapi pertanyaannya adalah apakah itu merupakan pencarian mereka yang terakhir atau yang terminal ? Ternyata tidak! Setelah mereka mendapatkan itu, mereka masih mau mencari sesuatu yang lain dan yang mereka mau cari adalah damai sejahtera. Saya sering bertemu dengan orang yang diberkati dengan kekayaan tapi hidup di dalam kesendirian, hidup di dalam derita, karena tidak memiliki damai sejahtera, mungkin hubungannya dengan pasangan tidak baik, hubungan dengan anak-anak tidak baik. Jadi akhirnya semua yang mereka miliki itu tidak lagi memberi makna apa pun kepada mereka. Dari sini kita bisa melihat, Pak Gunawan, yaitu keadilan Tuhan bahwa damai sejahtera tidak bisa dibeli oleh kekayaan kita. Damai sejahtera, kita terima dari Tuhan yang adalah sumber damai sejahtera. Tuhan itu adil, Tuhan memberikan damai sejahtera ini kepada semua dan tidak terbatas pada golongan tertentu. Jadi tidak harus kita menjadi kaya, kita tidak harus berpendidikan tinggi, kita tidak harus berkedudukan baik kemudian baru kita merasakan damai sejahtera. Tidak harus seperti itu ! Orang yang paling bawah pun mempunyai kesempatan yang sama untuk mencicipi damai sejahtera dan inilah keadilan Tuhan bagi kita umat manusia.
GS : Mungkin karena kekayaan merupakan sesuatu yang riil sehingga kelihatan misalkan uang atau barang. Sedangkan damai sejahtera ini adalah sesuatu yang abstrak dan orang tidak melihatnya, dan pengertian orang tentang damai sejahtera itu bermacam-macam.
PG : Ini yang harus kita fokuskan, Pak Gunawan, kita harus bahas dengan saksama apakah yang dimaksud dengan damai sejahtera. Kebanyakan kita berpikir bahwa damai sejahtera adalah ketidakadaan poblem, ketidakadaan masalah dalam hidup kita, jadi selama hidup kita itu tidak ada masalah maka kita akan memperoleh damai sejahtera.
Persoalannya ialah, ini merupakan kehidupan yang nyata, di dalam kehidupannya yang nyata kita harus berhadapan dengan masalah, akan ada hal-hal yang terjadi di luar dugaan kita dan di luar keinginan kita. Dengan kata lain, pada waktu-waktu tertentu dalam hidup kita memang kita harus berpapasan dengan masalah, ada yang kecil dan ada yang besar. Contoh yang sering terjadi pada masa ini adalah sakit penyakit, ada berapa banyak orang yang sedang menikmati kehidupan yang produktif di usia yang relatif muda, namun kadang-kadang mendengar kabar bahwa mereka menderita penyakit tertentu yang berbahaya, siapa yang mengharapkan hal seperti ini ? Bukankah ini sesuatu yang tidak diduga. Misalkan ada orang yang ingin mengecek kesehatannya secara rutin tahun demi tahun, tidak mengharapkan diagnosis apa-apa yang menakutkan namun tiba-tiba kita mendapatkan diagnosis yang menakutkan itu. Dengan kata lain, itulah kenyataan hidup. Kalau kita beranggapan bahwa kita hanya bisa memiliki damai sejahtera kalau kita ini bebas sepenuhnya, steril dari semua jenis masalah atau musibah maka kita tidak akan mendapatkan damai sejahtera itu, karena hidup memang tidak akan bisa lepas dari semua itu. Maka kita harus meraih definisi damai sejahtera itu. Ini yang akan kita angkat.
GS : Sebenarnya apa masalahnya, Pak Paul, sehingga orang itu sulit mendefinisikan damai sejahtera ?
PG : Saya kira memang tidak bisa kita sangkal bahwa hati kita itu akan jauh lebih tenang kalau tidak ada masalah, itu adalah kenyataan hidup. Bukankah kalau semuanya baik, anak-anak baik, suamibaik, istri baik kita mendapatkan kecukupan hidup maka kita memang bisa memiliki damai sejahtera.
Tapi itu adalah damai sejahtera yang semu dan itu adalah damai sejahtera yang sangat-sangat ditentukan oleh faktor-faktor eksternal. Yang kita ingin lihat adalah sebuah damai sejahtera yang berasal dari dalam dan Tuhan Yesus berkata bahwa, "Damai sejahtera Kuberikan kepadamu, bukan seperti yang diberikan oleh dunia ini". Jadi Tuhan sudah menyatakan bahwa ini lain dari yang dunia berikan, sebab yang diberikan oleh dunia adalah damai sejahtera yang dangkal, yang rapuh, damai sejahtera yang ditentukan oleh faktor-faktor eksternal itu. Tuhan memberikan kepada kita damai sejahtera yang tidak bergantung pada faktor-faktor eksternal, tidak bergantung pada situasi kehidupan, pada kecukupan-kecukupan yang kita alami atau kesehatan-kesehatan yang kita nikmati. Tidak seperti itu ! Tuhan memberikan kita damai sejahtera yang bergantung kepada Dia dan tidak lagi kepada hal-hal yang lain, tidak pada benda, tidak pada kondisi atau situasi tapi bergantung hanya kepada Dia. Waktu kita bisa bersandar sepenuhnya kepada Dia, percaya sepenuhnya kepada Dia, maka di saat itulah kita akan memiliki damai sejahtera yang keluar dari dalam diri kita, sebab kita tahu bahwa tatkala kita menerima Juru Selamat kita Tuhan Yesus, maka Dia akan masuk dan hidup di dalam diri kita, di dalam hati kita. Maka damai sejahtera itu bukan lagi harus diimport dari luar, harus bergantung pada faktor-faktor eksternal, tapi sekarang berasal dari dalam diri kita, karena memang keluar dari kehadiran Tuhan di dalam diri kita ini.
GS : Berarti ketika seseorang itu hidupnya tergoncang mengalami masalah, apakah ada sesuatu yang harus dialami di dalam diri orang itu dan itu apa saja, Pak Paul ?
PG : Waktu masalah harus datang mengunjungi kehidupan kita maka kita harus bersiaga dan harus bisa menghadapinya dengan langkah-langkah yang tepat. Saya akan mengangkat firman Tuhan dari Mazmur94:17-19 sebagai panduan kita sewaktu masalah mengunjungi hidup kita, firman Tuhan berkata, "Jika bukan TUHAN yang menolong aku, nyaris aku diam di tempat sunyi.
Ketika aku berpikir: "Kakiku goyang," maka kasih setia-Mu, ya TUHAN, menyokong aku. Apabila bertambah banyak pikiran dalam batinku, penghiburan-Mu menyenangkan jiwaku." Dari firman Tuhan ini, kita nanti akan petik 3 prinsip yang bisa kita gunakan untuk menolong kita dalam menghadapi masalah berdasarkan damai sejahtera yang kita terima dari kehadiran Tuhan.
GS : Prinsip yang pertama apa, Pak Paul ?
PG : Yang pertama adalah saya akan coba mulai dari problemnya dulu kemudian barulah nanti pada jawabannya. Tatkala musibah datang, pada umumnya kita merasakan kesendirian yang dalam, kendati ad begitu banyak orang di sekitar kita namun kita tetap merasa sunyi sepi dan ini membuat kita bertanya-tanya, "Kenapa kalau saya sedang dalam derita, menghadapi masalah yang besar kita merasa sunyi sepi."
Jawabannya adalah ini, derita cenderung memisahkan kita dari orang di sekitar, derita membuat kita merasa bahwa pada dasarnya kita harus menghadapi masalah itu seorang diri, meskipun kita tahu kalau kita tidak sendirian dan bahwa orang mendoakan dan bersama dengan kita, namun kita tetap harus menghadapi apa pun masalah itu sendiri. Masalah itu tetap masalah kita dan derita itu tetap adalah derita kita. Jadi tidak bisa kita delegasikan kepada orang lain, tapi kita harus tetap memandangnya kendati perasaan kita terpengaruh oleh masalah itu yang membuat kita sengsara atau sedih dan tetap harus kita rasakan, kita tidak bisa mengeluarkan dan kemudian kita limpahkan kepada orang lain. Itu sebabnya kita akhirnya merasa sendiri sebab memang derita itu seperti tembok yang mengelilingi kita dan membuat kita terpisah dari orang-orang di sekitar kita.
GS : Pengalaman kita kalau kita berbagi derita dengan orang lain, maka orang lain itu akan menolak baik dengan halus maupun dengan terang-terangan, berbeda kalau kita ingin berbagi sukacita maka orang pasti mau menerimanya. Tapi apakah itu membuat orang menjadi kesepian, Pak Paul ?
PG : Saya kira jelas bahwa kita akan bertambah kesepiannya, jikalau lingkungan kita atau teman-teman kita menjauh dari kita. Ada beberapa alasan kenapa orang itu menjauh tatkala kita ini sedangmenderita.
Memang ada orang yang masih percaya takhayul, misalkan Pak Gunawan juga tahu seperti ini ada orang yang berkata, "Jikalau kita sedang berkabung karena kematian kemudian kita dilarang untuk mengunjungi rumah orang lain, sebab nanti orang akan takut untuk menerima kedatangan kita karena bagi mereka kedatangan kita itu sama dengan membawa sial atau nasib buruk kepada mereka." Ini adalah pandangan takhayul yang sama sekali tidak benar, sebab yang menentukan hidup bukanlah manusia dan yang menentukan hidup adalah Tuhan. Masing-masing kita sudah mempunyai porsi yang Tuhan berikan untuk kita, jadi tidak ada yang bisa menghalangi rencana Tuhan tapi sekaligus juga tidak ada yang bisa mempercepat rencana Tuhan. Kalau suatu hari kelak kita harus mengalami suatu masalah maka tidak ada satu manusia pun yang dapat mempercepat datangnya masalah itu, tapi juga tidak ada satu manusia pun yang bisa menghalangi datangnya masalah dalam hidup kita. Jadi hidup ini ditentukan oleh Tuhan dan bukan oleh manusia. Pikiran-pikiran takhayul seperti ini harus kita buang. Namun karena masih ada orang yang beranggapan seperti itu, maka tidak bisa tidak orang yang menderita akan merasakan kesepian yang lebih dalam. Atau ada juga orang yang berpandangan bahwa kalau dekat-dekat dengan orang yang sedang kesusahan ujung-ujungnya saya yang harus repot, saya yang nanti harus dimintai tolong dan tidak semua orang bersedia untuk direpotkan sehingga orang tidak mau mendengarkan derita kita, dan akhirnya mereka juga tidak mau dekat-dekat dengan kita. Atau ada orang yang sedang dalam pergumulan tertentu sehingga mereka itu sungguh-sungguh tidak punya kemampuan untuk menambah beban mereka dengan mendengarkan beban kita. Itu sebabnya mereka menjadi lebih sedikit egois dari pada biasanya karena memang menyadari tidak bisa menambahkan beban dalam hidup mereka. Namun ada juga orang yang sebenarnya ingin menolong, ingin berbagi derita dengan kita, tapi tidak tahu cara untuk melakukannya, dari pada takut salah dan membuat derita kita bertambah akhirnya mereka memutuskan untuk menjauh sementara. Jadi ada beberapa alasan kenapa ada orang-orang yang akhirnya tidak mau menjangkau kita, tidak memberikan dukungan kepada kita tatkala kita sedang mengalami derita.
GS : Tapi dari kita sendiri yang mengalami masalah, kadang-kadang juga tidak suka kalau ada orang-orang yang datang kepada kita lalu menjadi beban tersendiri buat kita entah itu memberikan saran yang kita sendiri sebenarnya tidak bisa lakukan.
PG : Betul. Kadang-kadang faktor manusianya atau orang-orang itu sendiri yang akhirnya membuat relasi kita dengan mereka makin terpaut dan kita ditinggal sendirian di dalam derita kita.
GS : Kalau begitu saat kita mengalami masalah dan kita merasakan kesepian atau kesunyian itu, sebenarnya apa yang bisa kita lakukan ?
PG : Pertama memang kita harus datang kepada Tuhan dan ini saya tegaskan karena seringkali dalam derita atau musibah yang kita hadapi memang ada sebagian orang datang kepada Tuhan, tapi ada orag-orang yang justru tidak datang kepada Tuhan, justru langsung mengandalkan kekuatannya untuk bisa lepas dari derita tersebut.
Tidak ! Namun kita harus melangkah menghampiri Tuhan. Firman Tuhan mengajarkan bahwa Tuhan menolong orang yang berseru minta pertolonganNya. Firman Tuhan yang kita telah baca tadi di Mazmur 94:17 berkata, "Jika bukan Tuhan yang menolong aku, nyaris aku diam di tempat sunyi," jadi kita datang kepada Tuhan karena kita percaya Ia akan menolong dengan cara-Nya dan dalam waktu-Nya. Ini penting, Pak Gunawan, kita mesti meyakini bahwa Tuhan akan menolong, jangan sampai belum apa-apa kita sudah berkata, "Tuhan pastilah tidak akan menolong, Tuhan pastilah tidak peduli, memang inilah porsi hidup saya, nasib saya yang sial, memang saya selalu mendapatkan yang buruk-buruk dan orang lainlah yang akan mendapatkan hal yang baik-baik." Jangan sampai kita berpandangan seperti itu, jangan kita berpandangan yang negatif tentang Tuhan, seolah-olah Tuhan adalah Tuhan yang senang kalau melihat kita menderita, itu salah ! Tuhan pasti menolong namun kita mesti bersabar karena Tuhan menolong dengan cara-Nya dan dalam waktu-Nya.
GS : Karena seringkali juga orang mengira bahwa masalah yang datang itu merupakan kiriman dari Tuhan, sehingga bagaimana dia bisa datang kepada Tuhan karena yang dia pahami, kesukaran ini juga dari Tuhan.
PG : Sudah tentu ada waktu-waktu masalah itu dikirimkan oleh Tuhan untuk tujuan tertentu. Meskipun dikirim oleh Tuhan tapi tujuan akhirnya adalah baik. Kalau sampai Tuhan harus mengirimkan masaah, itu bukan keluar dari niat buruk tapi itu keluar dari niat baik untuk kebaikan kita pula dan ini mesti kita yakini.
Tapi kadang-kadang masalah itu datang dan itu bukan kiriman Tuhan, tapi itu adalah akibat dari misalkan perbuatan kita sendiri atau perbuatan orang lain yang memang salah atau berdosa sehingga kita ini menjadi korban mereka. Pertanyaan berikutnya mungkin kita akan berkata, "Kenapa Tuhan tidak mencegahnya kalau ini merupakan perbuatan orang dan kita hanya korbannya." Memang benar Tuhan tidak selalu mencegah, itu betul tapi kebanyakan Tuhan pun juga mencegah, jadi ada waktu-waktu tertentu dimana Tuhan tidak mencegah dan kalau itu sampai terjadi Tuhan tidak mencegah, sekali lagi bukan karena Tuhan jahat atau itu bukan karena Tuhan tidak mampu mencegahnya namun karena ada tujuan tertentu yang Dia anggap penting untuk terjadi di dalam hidup kita. Maka Dia memberikan kesempatan agar masalah itu memang datang ke dalam hidup kita, meskipun itu bukan kirimanNya secara langsung. Tetap pada akhirnya kita harus datang kepada Tuhan. Kadang-kadang seperti ini Pak Gunawan, kita tidak melihat pertolongan yang tuntas dan hanya akan melihat pertolongan yang kecil, itu memang yang kadang-kadang terjadi. Pada saat saya mendampingi orang yang sakit terminal, misalkan menderita penyakit kanker, ini adalah sebuah pergumulan yang panjang yang makin hari makin menggerogoti kesehatannya. Di dalam kondisi seperti itu saya melihat anak-anak Tuhan memuji Tuhan atas perkara-perkara kecil, memang kesembuhannya tidak terjadi secara tuntas, tapi mereka mengalami penyembuhan-penyembuhan kecil dalam hidup mereka. Misalnya ada yang sudah hampir meninggal dunia, tapi akhirnya Tuhan campur tangan memberikan kesembuhan lagi, bangkit lagi, meskipun tetap dibayang-bayangi oleh penyakit yang sama. Jadi meskipun kita ini mengharapkan bantuan Tuhan yang tuntas tapi kadang-kadang itu bukanlah dalam rencana-Nya, yang Dia berikan biasanya adalah kesembuhan-kesembuhan atau pertolongan-pertolongan yang kecil. Namun ini yang penting untuk kita ingat, besar atau kecil Tuhan tetap menolong dan apa pun itu yang diberikan-Nya adalah baik dan sesuai dengan kehendak-Nya. Waktu kita melihat pertolongan-pertolongan Tuhan setelah kita berseru kepada-Nya maka itu akan menghilangkan kesunyian terdalam di lubuk hati sebab kita tahu kalau kita tidak sendirian, Tuhan ada bersama kita di dalam kesunyian. Belum lama ini saya bertemu dengan orang yang sangat tua dan memang sudah bertahun-tahun dirundung penyakit, satu sembuh satu datang sehingga kondisi tubuhnya makin hari makin melemah, jalan susah, tidur susah, bangun susah, duduk susah karena dirinya sudah dirundung oleh sakit penyakit. Waktu dia sedang sendirian di rumah, tiba-tiba dia melihat seseorang berjubah putih dan dia tahu bahwa ini adalah Tuhan Yesus, waktu dia mau bangkit tiba-tiba orang itu hilang. Tidak lama setelah itu dia masuk ke Rumah Sakit, dia berada di saat sangat sendirian sunyi karena tidak ada orang di sana, tiba-tiba dia melihat orang tersebut muncul dengan jubah putih keemasan dan dia tahu ini adalah Tuhan Yesus. Maka dia berkata kepada saya, "Saya tahu Tuhan mengunjungi saya untuk memberitahukan kepada saya bahwa Tuhan itu bersama saya, maka dia perlu menjenguk saya yang sedang sakit." Sekali lagi kita melihat pertolongan dari Tuhan dan membuat kita tidak lagi sendirian atau tidak lagi sunyi.
GS : Selain kita itu perlu datang kepada Tuhan dalam kondisi seperti itu, bahkan mungkin perlu memaksakan diri karena kita sendiri kadang-kadang merasa enggan untuk berdoa, enggan untuk membaca Kitab Suci, tapi pada saatnya kita perlu mendekatkan diri kepada Tuhan. Selain cara seperti itu apakah ada hal lain yang bisa dilakukan ?
PG : Cara praktis lain adalah kita harus keluar dan mencari pertolongan dan kita mesti mendasari diri untuk terbuka dengan masalah yang dihadapi. Kadang kita beranggapan orang tidak akan mengeri masalah kita apalagi menolong kita, atau adakalanya kita merasa hanya kitalah yang mengalami masalah ini.
Namun bukankah pada faktanya sedikit hal yang akan kita alami sendiri, sebab di dunia ada begitu banyak orang yang pernah mengalami kesusahan yang kita hadapi. Juga dengan kita keluar, kita bercerita dengan orang, sesungguhnya kita tengah mengeluarkan beban itu dari rongga dada kita dan itu akan meringankan beban yang kita pikul. Jadi jangan sungkan dan jangan takut untuk bercerita kepada teman-teman dekat dan ini akan menolong kita. Saya masih ingat cerita tentang almarhumah Vivian Felix, istri mantan Rektor sebuah Universitas Kristen di Amerika Serikat, yang menderita kanker. Saat itu dia dikunjungi oleh Pdt. Jack Hayford, Pdt. Hayford mempunyai nasehat yang baik yaitu, "Inilah saatnya kamu ditopang oleh orang lain, jadi ijinkanlah mereka menopangmu." Kadang kita tidak mengizinkan orang memberikan topangan, mungkin kita tidak mau menyusahkan orang, atau kita ingin menjaga harga diri, masalahnya adalah makin kita menolak topangan orang maka makin kita kesepian. Dengan kita mencari orang maka kita pun dapat menerima nasehat yang mungkin sekali kita butuhkan untuk menyelesaikan masalah yang kita hadapi. Sebaliknya makin kita menutup diri maka makin tertutup keinginan kita menerima pertolongan. Jadi sekali lagi bukalah pintu, keluarlah dan jangan sungkan untuk meminta pertolongan.
GS : Mencari pertolongan kepada orang memang merupakan tindakan yang membutuhkan kerendahan hati kita. Justru pada saat sakit, seolah-olah kita mau menutupi bahwa saya tidak membutuhkan orang lain dan merasa, "Saya bisa sembuh sendiri."
PG : Adakalanya kita memang mengeluh dengan sakit penyakit yang dihadapi tapi yang membuat kita enggan mencari pertolongan adalah tatkala hal ini menyangkut keluarga kita, suami istri atau anakanak kita atau orang tua kita.
Justru kita enggan mencari bantuan karena kita tidak mau menceritakan borok keluarga kita sendiri. Sudah tentu kita mesti bijak kepada siapa kita berbicara tapi carilah bantuan jangan kita membatasi diri dan jangan menutup diri, biarlah orang tahu dan bisa mendoakan kita sebab semua orang adalah orang yang memiliki kelemahan jadi jangan takut hanya kita yang memiliki masalah seperti ini.
GS : Pak Paul, tentunya masih ada faktor-faktor yang lain tentang bagaimana kita menghadapi masalah ini ketika kehidupan kita bergoncang. Namun pada saat ini karena waktu tidak mengizinkan lagi, ini akan kita lanjutkan pada perbincangan yang akan datang. Terima kasih untuk perbincangan ini. Para pendengar sekalian kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Hidup Bergoncang" bagian yang pertama dan kita akan melanjutkan pada perbincangan yang akan datang. Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 58 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.