Saudara-saudara pendengar yang kami kasihi di mana pun Anda berada, Anda kembali bersama kami pada acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santosa dari Lembaga Bina Keluarga Kristen akan berbincang-bincang dengan Bp. Heman Elia, Magister Psikologi dalam acara ini dan kami akan berbincang-bincang tentang "Hadiah buat Anak". Kami percaya acara ini pasti sangat bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
Lengkap
GS : Pak Heman, kita sebagai orang tua kadang-kadang memberikan hadiah kepada anak, sesuatu yang tidak lazim kita berikan sebagai pemberian tetapi suatu saat itu kita berikan kepada dia. Tetapi juga tidak jarang pemberian hadiah itu disalahartikan oleh anak. Sebenarnya apakah kita boleh memberikan hadiah atau tidak perlu memberikan hadiah atau paling tidak bagaimana supaya jangan pemberian kita itu ditanggapi secara negatif, atau berdampak negatif Pak?
HE : Pertanyaannya apakah hadiah itu sebaiknya kita berikan atau tidak, perlu atau tidak. Boleh saya katakan bahwa pemberian hadiah ini perlu, karena kita saja sebagai orang dewasa mungkin adaklanya masih berkesan di dalam ingatan kita hadiah yang diberikan oleh orang tua kita kepada kita.
Meskipun mungkin hadiah yang berkesan bagi kita itu sudah dilupakan atau orang tua kita sendiri yang memberikan hadiah itu sudah tidak ingat lagi apa yang mereka pernah berikan kepada kita. Jadi hadiah itu perlu diberikan, nah masalahnya memang kadang-kadang hadiah bisa menyebabkan akibat-akibat yang negatif, selain juga yang positif.
GS : Kalau kita berbicara tentang hadiah itu biasanya dikaitkan dengan prestasi. Tapi biasanya yang kita berikan itu hadiah waktu ulang tahun, kalau naik kelas itu 'kan suatu prestasi, tetapi seperti ulang tahun itu tidak ada prestasi, apa kemudian kita berikan hadiahnya nah itu bagaimana Pak?
HE : Memang hadiah ada beberapa jenis kalau kita mau golong-golongkan ke dalam moment-moment seperti itu. Bisa berdasarkan prestasi, bisa berdasarkan sesuatu yang kita sukai kemudian mereka lakkan dan kemudian kita berikan hadiah dan juga moment-moment tertentu misalkan hari natal, ulang tahun dan sebagainya.
Dan ini boleh saja dilakukan, dengan adanya hadiah pada hari ulang tahun anak juga akan merasa bangga, merasa senang, merasa ulang tahunnya atau kehadirannya di dunia ini dihargai. Dia juga mungkin mendapatkan doa-doa pada hari ulang tahunnya, dengan demikian dia punya asosiasi yang baik yang menyenangkan antara hari kelahirannya dengan hadiah-hadiah yang mereka peroleh.
GS : Tapi kadang-kadang juga tidak menyangkut langsung dengan anak itu misalkan katakan orang tuanya baru mendapat bonus dari tempat dia bekerja, nah lalu ada pendapatan ekstra yang sebagian disisihkan untuk dibelikan hadiah kepada anaknya, nah itu 'kan anak tidak terkait apa-apa Pak sebenarnya?
HE : Paling tidak ini memberikan anak suatu persepsi bahwa ada sukacita, berkat tersendiri yang diperoleh orang tuanya dan anak boleh turut menikmati bersama-sama orang tua. Dan ini juga akan mmbuat hubungan orang tua dengan anak juga bisa semakin erat atau semakin akrab.
(1) GS : Nah apakah ada kaitannya pemberian hadiah itu dengan kemanjaan anak itu?
HE : Kalau tentang manja nah ini tergantung bagaimana kita memberikan atau bagaimana kita memberikan hadiah itu dan apa hadiah yang kita berikan. Kalau misalnya itu terlalu mewah dan terlalu seing itu menjadi terlalu mewah maka ini juga bisa menyebabkan tuntutan anak kadang-kadang semakin tidak masuk akal.
Dan selain itu pemberian hadiah itu juga jangan bersifat manipulatif.
GS : Contohnya bagaimana Pak?
HE : Misalnya yang manipulatif ini adalah kalau misalnya anak merengek minta sesuatu misalnya yang belum waktunya dia miliki atau misalnya yang kurang sehat yang dia inginkan. Sebagai contoh di minta sepeda motor pada hal usianya baru 12 tahun.
Dan kalau orang tua ini tidak tahan dengan rengekan anak dan kemudian membelikan SIM dengan usia yang palsu, dengan memberikan motor kepada dia selanjutnya pola ini akan berulang. Selain rengekannya dan perilakunya yang menjengkelkan ini akan berulang anak juga cenderung memaksakan kehendaknya, tidak mau tahu keadaan orang tuanya, dan merasa segalanya gampang diperoleh sehingga dia akan terus mengulang perilaku-perilaku demikian.
GS : Juga kadang-kadang menimbulkan anggapan bahwa hadiah yang diberikan itu memang menjadi hak dia. Jadi seperti pada ulang tahun tadi, dia tidak peduli orang tuanya mempunyai uang atau tidak tapi ulang tahun mesti ada hadiah buat dia, nah itu bagaimana?
HE : Tepat sekali Pak Gunawan, jadi kalau misalnya anak-anak dibiasakan dengan hadiah-hadiah seperti ini maka anak-anak merasa ini menjadi haknya dan dia menuntut. Kalau tuntutannya tidak dipenhi anak akan ngambek dan mungkin menjadi perilaku yang memberontak, berperilaku yang tidak kita inginkan.
GS : Nah bagaimana kita menjelaskan itu kepada anak-anak kita Pak?
HE : Yang pertama kita perlu mencoba untuk meletakkan anak pada porsinya. Artinya begini jangan sampai kita memberikan anak terlalu cepat, terlalu cepat ke arah hadiah yang terlalu mewah buat aak.
Sesuatu yang mepet atau hampir tidak mungkin kita jangkau sehingga akhirnya ketika kita mau memberikan hadiah itu sedikit kurang dari itu atau kita tidak mampu lagi memberikan hadiah yang lebih tinggi dari itu, anak akan merasa tidak puas. Nah ini harus kita jaga supaya anak itu merasa puas dengan hadiah-hadiah yang kita berikan, nah itu yang perlu kita perhatikan. Misalnya saja kalau anak menuntut dia diberikan mobil-mobilan yang mahal, yang bisa dijalankan di jalan raya, padahal kita juga belum mampu, kita juga kuatir akan keselamatan anak, nah sebaiknya kita tidak memberikan itu. Tetapi kita mulai dari hal-hal yang lebih kecil, lebih kreatif dan lebih mudah dijangkau sehingga anak-anak mempunyai rasa puas ketika hadiah itu diberikan dan anak tidak perlu menuntut. Yang kedua kita juga perlu mengajarkan kepada anak suatu rasa syukur, rasa berkecukupan terhadap apa yang kita miliki sekarang ini dan itu perlu diciptakan dalam suasana keluarga kita, ada hati yang bersyukur kepada Tuhan atas apa yang sekarang ini kita miliki. Nah saya kira itu dua hal yang penting.
GS : Ada anak yang setelah diberi hadiah oleh orang tuanya, neneknya atau kakeknya itu lalu dia merasa ini bukan hadiah yang dia idamkan begitu Pak, walaupun sama-sama misalkan boneka, tetapi boneka 'kan macam-macam. Boneka yang dia terima dari orang tuanya itu ternyata berbeda dari yang dia idamkan, sehingga dia tidak menghargai lagi pemberian atau hadiah itu. Itu bagaimana Pak?
HE : Kalau anak tidak menghargai atau kurang puas, kita juga tidak bisa melarang mereka untuk tidak puas, jadi kita boleh terima saja rasa tidak puas itu. Yang penting di sini adalah jangan samai anak itu memanipulasi atau gara-gara itu dia mengkambinghitamkan lalu dia tidak mau berbuat yang baik-baik.
Dia sengaja, dia memanipulasi, dia merengek dan seterusnya itu jangan sampai. Jadi rasa tidak puas itu sendiri OK kita terima, tetapi anak perlu juga menerima nenek ini mempunyai suatu maksud baik. Nah ini harus dipahami oleh anak dengan rasa syukur, dengan rasa berterima kasih.
GS : Tapi biasanya anak-anak ini begitu polos lalu dia spontan saja mengatakan ini jelek, ini bukan yang aku mau begitu Pak, sehingga kita sebagai orang tua merasa tidak enak dengan orang tua kita sendiri mungkin Pak.
HE : Ya memang ini perlu diajarkan perlahan-lahan, mengajarkan kepada anak bahwa yang penting itu sering kali bukan apa yang tampak atau apa yang diberikan tetapi dibalik itu adalah suatu hati ang mengasihi.
Memang agak susah karena mereka masih anak-anak yang polos, anak-anak yang cenderung melihat hal-hal yang di luar tetapi kesempatan ini perlu kita tangkap untuk mengajarkan anak-anak suatu hal yang lebih dalam dari itu.
GS : Nah apakah tepat kalau ada orang tua yang berkata ya sudah itu terima saja nanti saya belikan lagi yang sesuai dengan kehendakmu, itu apa tepat Pak?
HE : Saya kira kurang pas karena dengan demikian kita itu memupuk rasa tidak puas dan kalau merasa tidak puas anak berhak menuntut sampai kepuasannya terpenuhi. Masalahnya tingkat kepuasan oran terus meningkat dan tidak ada batasnya, lama-lama kita juga tidak bisa memenuhi tuntutan anak dan ini sekali lagi bisa menjadi hubungan yang manipulatif.
GS : Ya di dalam hubungan manipulatif, kadang-kadang kita sebagai orang tua memanipulasi hadiah dengan misalnya nanti kalau kamu bisa melakukan sesuatu membantu ibu misalnya nanti saya berikan hadiah. Nah kita sebagai orang tua sebenarnya memanipulasi, kita yang menggunakan hadiah itu sebagai iming-iming agar anak itu melakukan sesuatu pada halnya bukan seperti itu Pak?
HE : Tentang hal ini memang kita mesti berhati-hati juga, nah prinsipnya sekali-sekali kalau orang tua menjanjikan sesuatu supaya anak melakukan sesuatu, saya kira tidak apa-apa. Tetapi itu janan sering-sering dilakukan karena akibatnya adalah anak itu seperti mesin, seperti robot, kalau dia tidak mendapatkan sesuatu dia tidak bergerak.
Dia selalu menuntut sesuatu yang baru, dia akan melakukan apa yang kita kehendaki dan itu kurang baik pada akhirnya. Nah lebih baik ketika anak melakukan sesuatu lalu anak tidak mengharapkan, anak juga tidak menuntut tahu-tahu kita berikan hadiah dan hadiah itu juga jangan juga yang terlalu tinggi, yang bisa kita capai. Dengan demikian anak itu juga merasa senang dia dihargai dan dia tidak memaksa orang tuanya untuk memberikan hadiah ketika dia melakukan sesuatu.
GS : Ada orang tua yang mungkin sudah jenuh atau bosan anaknya merengek-rengek terus meminta sesuatu lalu dia menjanjikan bahwa itu akan diberikan nanti. Tapi karena nanti itu tidak ada suatu kepastian, buat si anak juga tidak ada kepastian, orang tua pun juga tidak wajib memberikan sehingga berlarut-larut, itu dampaknya apa Pak?
HE : Dampaknya adalah anak menjadi kurang percaya lagi pada orang tua dan kurang mau berusaha kalau suatu ketika orang tuanya menjanjikan hadiah lagi. Nah akhirnya anak menjadi malas-malasan, aatis.
GS : Tapi orang tua kemudian mengatakan, kamu tidak mengingatkan saya lagi, dipikir sudah tidak membutuhkan itu lagi Pak, memang betul orang tuanya juga lupa atau pura-pura lupa atau bagaimana?
HE : Saya kira orang tua perlu berhati-hati mengingatkan dirinya sendiri dalam hal ini tidak menjanjikan sesuatu yang di luar jangkauan mereka, jadi kalau misalnya sudah janji harus sedapat munkin diusahakan untuk dipenuhi dan dipenuhinya juga tidak terlalu dalam jangka waktu yang terlalu lama, membuat anak itu merasa frustrasi.
Kalau anak merasa frustrasi, merasa orang tua hanya janji-janji saja anak-anak ini juga akan melakukan tindakan-tindakan yang berlawanan dengan yang kita inginkan.
GS : Ada anak yang beranggapan bahwa hadiah yang diberikan orang tunya itu sebenarnya bukan hadiah, itu sebenarnya sudah menjadi kewajiban bagi orang tua. Misalnya pada hari ulang tahun diberikan baju atau celana atau tas sekolah, nah anak merasa ini bukan hadiah sudah semestinya orang tua saya menyediakan ini. Jadi anak tidak memandang itu sebagai hadiah Pak. Padahal kita sebagia orang tua memberikan itu sebagai hadiah.
HE : Ya supaya anak kita itu merasa bahwa itu hadiah, kita perlu memikirkan tentang hadiah ini yaitu sebaiknya hadiah ini tidak terlalu rutin, sesuatu yang bersifat spesial, yang cukup berguna an yang cukup menarik.
Dipikirkan secara cermat dan kira-kira memenuhi minat anak. Kalau misalnya orang tua itu memberikan hadiah itu menjadi sesuatu yang rutin dan tanpa "hati", "hati" maksudnya tanpa sesuatu kesungguhan di dalam memberikan itu akibatnya memang anak akan merasa itu sebagai sesuatu yang biasa-biasa saja. Tapi kalau itu dipersiapkan dengan hati-hati, kemudian anak itu juga merasa bahwa ini istimewa bagi dia, nah ini akan memberikan kesan tersendiri dalam hati anak. Ini yang memang tidak terlalu mudah tapi itu kita harus bisa usahakan.
GS : Berarti hadiah itu bisa berfungsi atau berperan untuk mendidik anak kita itu?
HE : Ya hadiah sering kali bisa bersifat mendidik anak kita terutama ketika ada perbuatan-perbuatannya yang baik dan kita menghargai mereka. Dan ketika memberikan hadiah kepada mereka seolah-olh begini anak itu berharga di mata orang tuanya.
GS : Dalam hal ini besarnya atau nilai hadiah itu tidak ikut menentukan?
HE : Asalkan begini, asalkan jangan sampai hadiah yang pertama kali diberikan nilainya terlalu besar sehingga kita tidak bisa memberikan sesuatu yang lebih memuaskan lagi dari itu. Jadi sebetulya hal-hal yang sederhana, hadiah-hadiah yang sederhana itu bisa diberikan kepada anak, yang penting di sini sebetulnya bukan "hadiah" itu sendiri di dalam (".......")
tetapi yang lebih penting adalah hati orang tua dan juga kehadiran dan perhatian dari orang tua. Banyak anak-anak yang ketika hadiah itu diberikan merasa biasa-biasa saja atau kadang-kadang ada sesuatu rasa pahit di dalam diri mereka. Bukan karena hadiah itu tidak menarik tetapi karena orang tua itu memberikan dengan suasana hati yang biasa-biasa saja. Orang tua itu jarang di rumah, jarang memperhatikan anak dan memberikan hadiah itu demikian saja, kadang-kadang tanpa bertemu sama sekali, lewat pembantunya atau sopirnya dan sebagainya nah ini akan menimbulkan rasa kecewa. Tetapi kalau hadiah itu diberikan dengan sukacita oleh orang tuanya dan dengan suasana keakraban dengan anaknya, maka sekalipun hadiah ini tidak terlalu mewah akan menjadi sesuatu yang berkesan dan indah bagi anak.
GS : Sebenarnya pemberian hadiah ini apakah masih cocok diberikan kepada anak yang sudah pemuda atau menjelang dewasa Pak?
HE : Ya tentunya adakalanya berguna asalkan kita memberikan yang pas, sebagai contoh buku yang istimewa, itu juga kadang-kadang sebagai hadiah yang sangat berguna bagi anak.
(2) GS : Kalau ada hadiah yang justru menimbulkan dampak yang negatif, itu kenapa Pak?
HE : Karena hadiah-hadiah ini tidak memperhatikan perkembangan anak misalnya, terlalu cepat diberikan kepada anak. Suatu contoh kita memberikan senapan angin karena anak suka main tembak-tembakn, dia suka menembak burung maka kita berikan senapan angin kepada anak-anak yang di bawah usia remaja.
Maka anak-anak ini kemungkinan justru akan menggunakan itu melukai dirinya sendiri atau membahayakan orang lain, ini justru merupakan hadiah yang merusak. Atau misalnya kita memberikan mereka playstasion, sedangkan pelajarannya saja sekarang sudah pas-pasan, mereka sudah ogah-ogahan belajar, begitu diberikan playstasion justru membuat kebiasaan belajar itu semakin buruk, nah ini tentu tidak sesuai dan akan merugikan perkembangan anak.
GS : Berarti ada banyak aspek yang perlu dipertimbangkan sebelum kita memberikan hadiah kepada anak itu.
HE : Betul Pak Gunawan, tapi sering kali justru hadiah-hadiah yang sebetulnya tidak terlalu mewah itu cukup berarti bagi anak dan kita sering kali mungkin tidak terpikir bahwa hadiah-hadiah yan sederhana itu juga bisa berguna.
GS : Apakah kalau seorang anak itu sering membicarakan sesuatu, dia menyatakan keinginannya, saya ingin sekali mempunyai ini, apakah itu suatu pertanda bahwa dia ingin kita memberikan hadiah itu kepadanya?
HE : Bisa jadi Pak Gunawan, bisa jadi mereka menginginkan sesuatu itu kita berikan kepada mereka.
GS : Nah itu akan timbul masalah, kadang-kadang kita sebagai orang tua kepenginnya memberikan, tetapi kemampuan kita atau kondisinya belum memungkinkan untuk kita memberikan itu sebagai hadiah Pak?
HE : Ada beberapa cara dalam hal ini, kalau itu masih dalam jangkaun kita misalnya maka kita bisa meminta anak-anak untuk ikut mendoakan. Nah di dalam perhitungan kita, misalkan dalam jangka watu sekian tahun lama kita bisa mengusahakan untuk memberikan hadiah seperti itu, kita boleh minta supaya mereka turut memikirkan dan mendoakan dan kita lihat itu pantas misalnya.
Tetapi kalau misalnya itu jauh di atas jangkauan kita dan itu tidak mungkin, kita bisa menghibur mereka, kita sebetulnya bisa memberikan kepada mereka hadiah-hadiah alternatif. Banyak hal sederhana sebetulnya yang sudah bisa cukup memuaskan anak kita, misalnya anak-anak kecil itu suka sticker itu sudah merupakan hadiah yang cukup berarti, kartu-kartu bergambar dengan ucapan yang indah-indah, anak-anak ini 'kan suka mengoleksi. Sampai remaja pun ada remaja-remaja yang suka mengoleksi. Kemudian kartu-kartu permainan mungkin juga buku diary di mana anak sudah bisa menulis pengalaman mereka di buku harian, album foto pribadi dan sebagainya. Hal-hal ini sederhana dan tidak terlalu mewah juga.
GS : Kadang kala itu pada waktu ulang tahun atau hari raya natal dan sebagainya ketika ada banyak hadiah yang diterima oleh anak pada waktu yang bersamaan seperti itu, hadiah yang diberikan orang tuanya ternyata itu jauh lebih sederhana dibandingkan dengan hadiah yang diberikan oleh orang tuanya, nah itu apakah membawa suatu dampak negatif Pak?
HE : Bisa ya, bisa tidak, kembali ke rasa puas tadi, rasa tidak puas anak terhadap orang tuanya. Sebetulnya kalau hubungan orang tua dengan anak itu akrab, baik, dan kemudian orang tua pernah mndidik anak-anaknya dengan baik dan itu membuat anak-anak mempunyai perasaan empati pada orang tuanya.
Mereka tahu keterbatasan orang tuanya dan anak-anak ini tahu hati orang tuanya yang mengasihi mereka, mereka akan cukup maklum. Bahkan mereka dengan terharu menerima sesuatu hadiah yang tampak sederhana tetapi mereka tahu bahwa ini adalah jerih payah dan merupakan bentuk perhatian orang tua yang tulus kepada mereka.
GS : Ya ada orang tua itu yang selalu mengingatkan anaknya akan hadiah yang pernah diberikan, padahal itu suatu yang sangat sederhana. Tadi disinggung album, diary yang lama sudah dipakai dan mungkin sudah hilang atau apa tetapi orang tua ini selalu menanyakan mana dulu album yang saya berikan, nah itu bagaimana?
HE : Ya sebaiknya tidak terlalu sering mengulang, soalnya anak akan merasa wah orang tua memberikan ini seolah-olah tidak rela atau terus-menerus mengingatkan itu dan bisa-bisa terselip dalam hbungan yang manipulatif nantinya.
Jadi kalau orang tua memberikan ya terserah anak mau diapakan itu terserah anak.
GS : Ada anak yang setelah menerima hadiah karena dia tidak terlalu suka dengan hadiah itu entah itu dari orang tuanya, entah dari temannya, lalu ketika temannya ulang tahun atau apa itu diberikan lagi kepada temannya yang berulang tahun ini Pak, itu bagaimana Pak?
HE : Dalam hal ini orang tua saya kira tidak perlu sakit hati karena apa yang sudah kita berikan kepada anak, anak mempunyai hak menggunakan itu untuk apa saja. Nah justru di sini orang tua bis semakin kenal dengan anaknya dan melihat apa sebetulnya yang menjadi minat dari anaknya, sehingga lain kali kalau memberikan hadiah bisa lebih pas kepada anaknya.
GS : Tapi dalam hal seperti itu apakah sebaiknya anak itu diajar atau diberitahu toh tidak senang mau diberikan kepada temannya yang lain itu harus beritahu dulu kepada orang tuanya?
HE : Kalau pendapat saya, kalau itu sudah diberikan kepada anak ya terserah anaknya itu mau diapakan karena itu sudah menjadi milik dari anak dan dia berhak, dia punya kebebasan atas miliknya iu.
GS : Itulah sebabnya kadang-kadang sesuatu yang diberikan itu lalu diberi label atau diberi nama yang sukar dihapus itu, maksudnya orang tua supaya tidak bisa diberikan ke orang lain lagi.
HE : Saya kira itu salah satu ide yang baik kalau misalnya orang tua ingin supaya itu eksklusif, itu diberikan hanya kepada anaknya tidak diberikan kepada orang lain.
GS : Nah Pak Heman, di dalam memberikan hadiah ini apakah ada ayat firman Tuhan yang mendukung atau merangkumkan pembicaraan kita ini.
HE : Saya akan membacakan surat rasul Paulus kepada jemaat di Filipi yang ada kaitannya dengan hadiah. Yaitu Filipi 3:13-14, "Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bawa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus."
Jadi sekali lagi hadiah yang terpenting bagi kita adalah Kristus Yesus adalah suatu panggilan sorgawi dari Allah dan ketika hadiah-hadiah kita itu kita berikan kepada anak kita, kita juga perlu mengingatkan kepada anak-anak kita bahwa ada suatu hadiah yang kita harus kejar seumur hidup kita, kita perjuangkan dan kita lari mengarah kepada apa yang ada di hadapan kita, dan ini haruslah menjadi tujuan kita sehingga kita bisa mengabaikan hal-hal yang lain dalam hidup ini.
GS : Saya percaya sekali bahwa memang pemberian hadiah ini perlu kita tekankan kepada anak-anak kita nilai dari pada hadiah itu sendiri Pak, jadi bukan dalam bentuk materinya tetapi mutunya seperti yang tadi kita baca di sini bahwa Allah sendiri memberikan hadiah yang sangat mahal, saya rasa itu yang sangat bernilai dan yang tidak bisa dinilai yaitu pengorbanan Tuhan Yesus sendiri untuk kita.
HE : Saya setuju sekali Pak Gunawan.
GS : Jadi di tengah-tengah obral hadiah di mana anak bisa melihat hadiah itu diberikan dengan begitu gampangnya lewat berbagai macam media, saya rasa kita perlu memberikan pengertian yang mendalam tentang hadiah ini. Jadi saya percaya sekali perbincangan ini sangat bermanfaat bagi kita sekalian. Dan Pak Heman kami ucapkan terima kasih Bapak telah bersama kami pada acara Telaga di dalam kali ini kita berbincang-bincang tentang memberi hadiah khususnya kepada anak-anak. Dan Anda sekalian kami ucapkan banyak terima kasih Anda telah setia mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Heman Elia, M. Psi., seorang pakar di bidang konseling dan dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Nah bagi Anda yang masih berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini, kami persilakan Anda menghubungi kami lewat surat. Anda dapat mengalamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen atau LBKK Jl. Cimanuk 58 Malang. Anda dapat juga menggunakan fasilitas e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan dan akhirnya dari studio, kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda, dan sampai jumpa pada acara Telaga yang akan datang.