Gaya Komunikasi Pria dan Wanita

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T200B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 

Salah satu sumber konflik dalam rumah tangga adalah komunikasi yang tidak tepat sasaran. Meski kita tidak dapat menggeneralisasi semua, namun ada pola komunikasi tertentu yang lebih sering ditemukan pada pria dan wanita. Memahami pola ini bisa membantu kita memperlancar arus komunikasi, seperti dalam berkomunikasi dengan pasangan, pada umumnya istri lebih mementingkan proses pembahasannya dibanding hasil akhir atau keputusannya.

Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Salah satu sumber konflik dalam rumah tangga adalah komunikasi yang tidak tepat sasaran. Meski kita tidak dapat menggeneralisasi semua, namun ada pola komunikasi tertentu yang lebih sering ditemukan pada pria dan wanita. Memahami pola ini bisa membantu kita memperlancar arus komunikasi.

  1. Dalam berkomunikasi dengan pasangan, pada umumnya pria menuntut ketundukan istri kepadanya. Jadi, sebaiknya istri tidak langsung menyatakan ketidaksetujuannya melainkan meminta waktu untuk memikirkan ulang usulan suami. Atau, di awal bantahannya, istri langsung menyatakan kesediaannya untuk mematuhi kehendak suami namun ia ingin mengungkapkan pikirannya terlebih dahulu. Biasanya jika suami tahu bahwa istri sedia mematuhinya, ia pun akan lebih siap untuk bernegosiasi. Sebaliknya, bila ia sudah membaca bantahan dari istri, ia cenderung bersikeras memaksakan kehendaknya. Alhasil konflik pun terjadi.
  2. Dalam berkomunikasi dengan pasangan, pada umumnya istri lebih mementingkan proses pembahasannya dibanding hasil akhir atau keputusannya. Selama istri memperoleh kesempatan untuk berunding dan mengungkapkan pikirannya, selama itu pulalah ia siap untuk mengikuti kehendak suaminya. Dalam pengertian ini, wanita lebih siap untuk menghadapi konflik sebab terpenting baginya adalah proses berkomunikasi itu sendiri. Sebaliknya pria cenderung memandang konflik sebagai sinyal ketidakpatuhan dan ketidakadaan dukungan istri terhadapnya.
  3. Pria cenderung berpikir praktis, jadi, jika ia menduga bahwa istri akan tidak setuju, daripada terlibat dalam konflik, ia memilih berdiam diri. Sebaliknya, oleh istri sikap diam ini diartikan putusnya relasi (bukan hanya komunikasi). Konflik yang lebih besar pun tak terhindarkan. Bagi istri, ketidaksetujuan dalam berkomunikasi merupakan dinamika sehat, bukan sesuatu yang perlu ditakuti.
  4. Wanita intuitif dan berorientasi pada perasaan, jadi bila ia melihat sikap atau penampakan suami yang menunjukkan ketidaksenangan, itu akan sangat mempengaruhi nada komunikasi. Dalam pada itu, komunikasi menjadi tidak berdasar fakta lagi; kendati "fakta" yang dibicarakan namun sesungguhnya istri menghendaki sesuatu yang lain-jaminan bahwa suami tetap mengasihi dan bersamanya.

Firman Tuhan:". . . kalau hidung ditekan darah keluar, dan kalau kemarahan ditekan, pertengkaran timbul." (Amsal 30:33)