Lengkap
Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini tentang "Gangguan skizofrenia". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
GS : Pak Paul, mungkin banyak pendengar kita yang kurang jelas memahami apa itu gangguan skizofrenia?
PG : Gangguan skizofrenia adalah gangguan jiwa dan ini memang gangguan jiwa yang serius, karena gangguan ini mengganggu cara pikir sehingga kita tidak lagi melihat kenyataan dengan tepat sebab ikiran kita dipenuhi dengan alam hayali sedemikian rupa sehingga kita mencampuradukkan antara alam hayali dan realitas atau kenyataan.
Biasanya para penderita skizofrenia ini tidak bisa lagi bekerja, tidak bisa lagi berumah tangga karena tidak mungkin dia melakukan fungsi kehidupan sehari-hari karena gangguan persepsi akan realitas ini begitu menyeluruh akan hidupnya. Itu sebabnya mereka yang menderita gangguan ini harus dirawat di rumah atau dirawat di rumah perawatan sehingga penderita bisa dirawat secara khusus dan itu akan menjadi perawatan yang berjangka panjang.
GS : Kalau ini gangguan mental, penyebabnya apa, Pak Paul?
PG : Ini memang gangguan yang kita tidak bisa katakan berasal dari luar dirinya. Gangguan skizofrenia adalah gangguan yang disebabkan oleh hal-hal yang bersifat organik atau suatu senyawa kimiadi otaknya sehingga dia tidak bisa lagi berinteraksi dengan realitas secara tepat, baik dalam pola pikirnya, maupun reaksinya terhadap peristiwa yang dialaminya.
Jadi tidak lagi tepat dan ini adalah sesuatu yang biasanya dia bawa atau yang memiliki kecenderungannya sejak dia lahir.
GS : Pak Paul, gangguan mental itu ada bermacam-macam dan kapan kita bisa mengatakan bahwa seseorang itu mengalami gangguan skizofrenia?
PG : Kita ini mempunyai dua unsur atau dua hal yaitu dilusi dan halusinasi. Dilusi adalah pikiran yang tidak rasional atau anggapan-anggapan yang tak berdasar yang tidak rasional lagi. Misalkankita menganggap bahwa kita adalah superman atau kita menganggap kita adalah hewan, seorang yang mempunyai dilusi itu kadang mempunyai anggapan seperti itu terhadap dirinya atau dia mempunyai anggapan bahwa orang lainlah sebagai hewan, orang lainlah yang membahayakan jiwanya.
Inilah yang disebut dilusi, jadi pikiran tidak lagi rasional. Halusinasi adalah kelanjutan dari dilusi, jadi bukan saja dia tidak memiliki pikiran yang tidak lagi rasional, namun dia melibatkan panca indranya di dalam alam hayalinya itu. Jadi halusinasinya kita sebut menjadi halusinasi penglihatan, kalau dia memulai melihat hal-hal tertentu yang sebetulnya tidak ada. Misalnya dia melihat seseorang dan seseorang itu berbicara dengan dia, atau halusinasi pendengaran yaitu dia mulai mendengar orang berkata-kata dengan dia sehingga dia juga memberi respons bercakap-cakap dengan orang tersebut meskipun sebetulnya keduanya ini tidak ada orang namun karena dia mengalami gangguan halusinasi, maka dia merasa benar-benar melihat orang dan dia sungguh-sungguh mendengarkan suara orang berbicara kepada dia.
GS : Kalau kita mendampingi orang seperti itu, maka kita bisa mengetahui kalau dia menderita skizofrenia ketika dia berbicara, "Lihat di sana ada apa, saya mendengar ini ?"
PG : Biasanya ya. Misalnya kita melihat dia berbicara sendirian tapi berbicara sendiriannya ini seru, dia bisa tertawa, jadi persis seperti bicara dengan seseorang yang nampak. Sehingga nantiny dia akan menggerakkan tangannya, dia sedang menjelaskan sesuatu kepada seseorang tapi waktu kita bertanya kamu berbicara dengan siapa? Dia memang akan bisa menyebutkan misalkan dia berkata dengan seseorang, tapi orangnya tidak ada ! Namun bagi dia orang itu ada.
Jadi biasanya gangguan skizofrenia itu terlihat ketika seseorang menampakkan perilaku-perilaku yang seperti itu.
GS : Di masyarakat seringkali disebut orang gila, apakah istilah itu tepat, Pak Paul?
PG : Memang istilah skizofrenia itu sebetulnya berasal dari satu kata yaitu skismi atau skisme, bahasa Inggrisnya 'schism'. Kata skisme yang menjadi skizo itu berarti terbelah atau pecah, jadi kizofrenia adalah gangguan yang memutuskan atau membelah fungsi rasional kita, sehingga kita tidak lagi bersentuhan dengan realitas antara kita dan alam nyata, karena sekarang ada penyekatnya sehingga kita hidup seperti ada di alam hayali kita, jadi kita tidak lagi bersentuhan dengan alam nyata.
Sebetulnya makna dari skizofrenia adalah terbelah, kita terputus, kita terpecah dari alam realitas.
GS : Juga ada orang yang mengatakan ini gara-gara stress jadi tekanan hidupnya terlalu banyak, apakah itu betul, Pak Paul?
PG : Memang ada kasus-kasus yang muncul akibat depresi berat yang berkelanjutan, misalnya ada orang yang mengalami depresi dan memang mengalaminya dalam kadar yang sangat parah. Depresi berat yng sangat parah itu biasanya juga bisa menghadirkan pemikiran-pemikiran yang dilusional artinya penuh dengan ketidakrasionalan.
Membayangkan merasa terlalu bersalah dan juga mengembangkan gejala halusinasi dalam depresi yang berat dan berkata-kata kepadanya dan biasanya bagi orang yang depresi berat seringkali dia mendengarkan suara orang yang menuduh dia, menyalahkan dia atau mau mencelakakan dia. Sekilas depresi berat ini tampaknya seperti skizofrenia, namun kalau gejala halusinasi atau dilusi ini munculnya setelah depresi berat, sebetulnya itu bagian dari depresi yang beratnya, dengan pertolongan obat dan konseling biasanya orang bisa keluar dari depresi yang berat, sebab jika bisa keluar dari depresi yang berat maka gejala-gejala itu juga akan hilang dengan sendirinya. Kalau orang menderita skizofrenia agak berbeda, Pak Gunawan, jadi dia tidak harus didahului atau mengalami depresi berat. Umumnya gejala skizofrenia ini munculnya pada anak-anak remaja, dengan kata lain pada masa kecil kita memang tidak bisa mendeteksinya, kita melihat anak ini sama dengan anak-anak lain, tapi waktu dia mulai beranjak remaja kita baru melihat bahwa ada sesuatu yang lain pada dirinya yaitu anak-anak yang menderita skizofrenia adalah anak-anak yang sejak kecil itu cenderung tidak mau bergaul, mengisolasi diri dan waktu remaja nampak sekali gejalanya. Jadi dia mengucilkan dirinya, tidak punya teman dan sebagainya, tiba-tiba kita mulai melihat dia bicara sendirian, dia tertawa sendirian. Sekali lagi ini tidak didahului oleh stres dan memang benar-benar gejalanya muncul dengan sendirinya. Inilah yang kita katakan sebetulnya skizofrenia tidak ditentukan oleh pengaruh luar, tapi memang sesuatu yang sudah dibawa dari kecil dan tinggal tunggu waktu maka gejala itu akan menampakkan diri.
GS : Berarti ada faktor keturunan, Pak Paul?
PG : Seringkali ya, Pak Gunawan. Kita mesti berhati-hati tatkala mengatakan ini keturunan, maksudnya ada dengan keturunan? Jadi seperti ini, gangguan yang berat seperti skizofrenia seringkali mlibatkan keturunan, kalau orang tua kita mempunyai gangguan ini maka kemungkinan kita mengidapnya lebih besar dari pada orang lain.
Jadi saya mau tegaskan disini tidak berarti bahwa kalau orang tua kita mengidapnya maka pastilah kita akan mengidapnya, itu salah ! Yang dimaksud dengan keturunan adalah bahwa kemungkinan kita mengidapnya lebih besar daripada orang lain yang orang tuanya tidak mengidap gangguan ini. Namun tidak berarti kalau orang tua kita tidak mempunyai gangguan skizofrenia maka kita itu pasti akan terkena, itu tidak! Namun gangguan ini memang gangguan yang disebut organik artinya gangguan yang muncul dari syaraf-syaraf atau senyawa kimiawi di otak kita. Inilah yang terjadi, jadi ada sebuah gangguan di dalam senyawa dan susunan kimiawi dan syaraf-syaraf otak kita, yang membuat kita akhirnya mengidap gangguan ini.
GS : Kalau itu faktor organik Pak Paul, apakah kita bisa melakukan pencegahan sedini mungkin, misalnya dengan menggunakan obat-obatan atau vitamin untuk syaraf atau bagaimana ?
PG : Malangnya sampai saat ini belum ditemukan cara untuk munculnya skizofrenia maka yang bisa dilakukan hanyalah supaya orang tua itu bisa lebih tajam, lebih peka melihat gejala ini sedini munkin, sebab kalau gejala ini diketahui sedini mungkin dengan pengobatan dan sebagainya, maka dilusi dan halusinasi itu bisa dikurangi.
Waktu orang terkena skizofrenia dan akhirnya menerima pengobatan yang akan dicoba untuk melakukan pengobatan ialah meredam munculnya dilusi dan halusinasi itu. Kalau sejak anak kecil atau remaja sudah mulai menampakkan dilusi dan halusinasi, setidak-tidaknya pada masa kecil itu dia diminta atau diharuskan memakan obat untuk menghilangkan dilusi atau halusinasi dan mudah-mudahan karena sudah sejak kecil atau remaja sudah dibiasakan maka dia akan lebih terbiasa memakan obat-obatan ini sehingga dilusi atau halusinasi tidak harus timbul, kalau pun muncul akhirnya tidak akan muncul sesering itu, karena sekali lagi dengan munculnya ilmu kedokteran maka lebih tersedia obat-obat yang dapat menghilangkan dilusi atau halusinasi ini. Tapi sekali lagi ini adalah gejala, baik dilusi maupun halusinasi, penyakit itu sendiri tetap ada. Jadi obat tidak menyembuhkan penyakitnya, yang sudah ada itu akan tetap ada. Maka kita tidak mengatakan skizofrenia suatu yang dapat disembuhkan atau "curable." Kita hanya mengatakan skizofrenia adalah penyakit yang "treatable" dapat dilawan, dapat diobati, pengembangan gejala-gejalanya dapat dibendung sehingga tidak harus memburuk.
GS : Kalau kita perhatikan anak-anak seringkali berbicara sendiri, bermain sendiri seolah-olah ada seseorang yang nyata di sampingnya, apakah itu bentuk-bentuk gejala halusinasi ?
PG : Sebetulnya tidak karena manusia mempunyai kemampuan untuk berhayal tapi bedanya dengan penderita skizofrenia adalah kita tahu kalau kita ini sedang berhayal tapi penderita skizofrenia tida tahu kalau mereka sedang berhayal, bagi dia inilah realitas, dia sungguh-sungguh melihat orang sedang berbicara dengan orang, dia sedang mendengarkan perkataan orang dan sebagainya, dia sungguh-sungguh melihat dirinya sebagai misalnya juru selamat.
Sedangkan kalau kita sedang berhayal, kita tahu kita sedang berhayal dan ini bukan kenyataan dan waktu kita harus menghentikan khayalan itu, kita bisa menghentikannya, itulah beda yang besar. Daya khayal anak-anak kecil sudah tentu kuat dan itu adalah merupakan desain Tuhan untuk seorang anak, dia akan terus berhayal supaya dia bisa bermain karena berhayal pada anak-anak itu akan membentuk jiwa anak dan berguna untuk menumbuhkan kreativitas si anak dan anak yang terlatih berhayal akan berkemungkinan mengembangkan kreativitasnya. Tapi sekali lagi kalau anak tidak mempunyai gangguan skizofrenia maka dia akan berhayal pada usia tertentu, misalnya dia sudah masuk ke sekolah maka daya khayal itu akan mulai berkurang, misalnya kelas 1, 2, 3 sudah mulai berkurang. Dapat dikatakan mulai dia kelas 4, kelas 5 dia tidak bermain sendirian dan berkhayal sendirian karena pada usia seperti itu sosialisasi sudah mulai masuk dan dia akan menikmati bermain bersama-sama dengan teman-temannya tidak lagi sendirian, memang itu tidak sama dengan gangguan skizofrenia.
GS : Pak Paul, sebenarnya gangguan skizofrenia ini menetap atau kadang-kadang muncul di dalam diri seseorang ?
PG : Ini adalah salah satu kesalahpahaman, kadang-kadang kita beranggapan orang yang terkena skizofrenia akan terus-menerus setiap detik berhayal dan dalam dunia hayalinya, sebetulnya tidak! Jai ada waktu dimana dia bisa bicara menjawab pertanyaan kita dengan biasa, namun setelah berbicara dengan kita dia akan diam kemudian tertawa sendirian lagi, dia akan bicara lagi.
Namun kalau kita panggil dia untuk makan, "Mari makan" dia makan bersama kita. Di tanya, "Bagaimana hari ini?" dia menjawab, "Baik" , ditanya lagi, "Tadi sudah makan apa belum?" dia menjawab, "Belum." Dia masih bisa menjawab seperti itu namun setelah kita tidak mengajaknya berbicara, dia diam kemudian dia bicara sendirian lagi. Jadi memang gejala ini tidak harus menetap setiap detik tapi kita katakan dia sudah terganggu sebab sebetulnya di dalam dirinya sudah ada keterpecahan itu, meskipun masih ada kemampuan untuk berelasi dengan orang di luar dirinya, tapi memang tidak konstan terus-menerus dia akan kembali ke dunia khayalnya.
GS : Kadang-kadang ada yang marah-marah Pak Paul, atau yang terus tertawa-tawa atau bahkan sebaliknya menangis tersedu-sedu, itu bagaimana, Pak Paul ?
PG : Itu tergantung alam khayalnya Pak Gunawan. Jadi kalau saat itu dia sedang berkhayal bahwa dia diejek maka dia akan marah-marah, itu sebabnya kalau di jalan kita sedang melihat orang dalam angguan seperti ini, jalan sendirian bisa jadi dia akan ngomel-ngomel sendiri sebab dalam alam khayal yang sedang terjadi itu, itulah yang dialami yaitu bahwa orang sedang mengejek dia, atau kalau dia tertawa-tawa sebab dalam alamnya ada orang yang sedang menyenangkan dia, ngobrol membuat humor dan sebagainya, sehingga dia tertawa sendirian atau kalau dia ketakutan dia akan bersembunyi, dia minta agar semua orang jangan masuk ke kamarnya, jendelanya dia tutup dengan kain sebab dia berkata, "Ada orang yang mau mengintainya."
Dalam alam khayalinya itulah yang terjadi, ada orang yang memang mencoba untuk mendengarkan suaranya. Memang banyak sekali macamnya dan yang memang terjadi misalnya kalau kita bicara dengan dia, dia tidak mau menjawab, dia diam saja. Kita tidak bisa mengerti kalau kemarin dia masih bisa bicara, tapi hari ini dia tidak bisa bicara sama sekali sebab bisa jadi dia beranggapan saat itu ada seseorang yang tengah menguping. Jadi dia percaya di jendela atap rumahnya, dinding rumahnya ditaruh alat-alat untuk mendengarkan dia. Maka dia tidak mau bicara satu kata pun sebab dia tahu kalau dia bicara nanti akan direkam. Jadi itu semua tergantung pada alam khayalinya, ini yang membuat hidup dengan penderita skizofrenia tidak selalu aman. Memang kecil kemungkinan untuk penderita skizofrenia itu bersikap agresif sebab rata-rata penderita skizofrenia tidak agresif, dia bicara sendirian, dia sendirian biasanya seperti itu. Namun kadang-kadang ini yang terjadi yaitu dalam alam khayalinya dia merasa ada orang yang mau menyakitinya sehingga tiba-tiba dia mengamuk dan itu pun bisa terjadi, tapi saya juga mau mengingatkan bahwa kemungkinan ini jauh lebih kecil.
GS : Pak Paul, bagaimana kalau kita tinggal bersama-sama dengan orang yang mengalami gangguan skizofrenia?
PG : Saya kira langkah pertama adalah kita mesti mengakui bahwa orang ini atau anak kita ini bermasalah, saya kira ini salah satu hal yang tidak mudah diakui oleh orang tua, Pak Gunawan. Saya udah bertemu dengan orang tua yang anaknya menderita gangguan seperti ini, sampai waktu yang lama orang tua tetap tidak mau mengakui bahwa inilah yang diderita oleh si anak.
Jadi akhirnya yang dikatakan adalah bahwa anak ini mungkin hanya sementara saja, lagi terganggu dan sebagainya, tapi tidak mau dikatakan anak ini sedang sakit dan memerlukan pertolongan. Jadi langkah pertama kalau kita orang tua, kita mesti mengakui bahwa anak kita memang sakit dan memerlukan perawatan. Langkah kedua adalah kalau untuk gangguan yang seberat ini kita memang harus langsung membawanya ke psikiater yaitu seorang dokter yang spesialisasinya dalam bidang psikiatri dan nanti dokter akan melihat gejalanya kemudian memberikan obat yang harus dimakan. Ini menjadi sesuatu tantangan yang terbesar, sebab penderita skizofrenia tidak selalu mau makan obat, kadang-kadang dia justru beranggapan obat ini sudah ditaruh racun tidak boleh memakannya. Jadi kita harus memaksa dia untuk memakannya dan tetap dia tidak mau makan, dan masalahnya adalah begitu dia tidak mau makan obat maka tinggal tunggu waktu gejala delusi dan halusinasinya akan kembali lagi. Kalau sudah seperti itu maka yang harus dilakukan adalah dia memang harus dibawa dengan paksa ke rumah sakit jiwa, karena di sana dia bisa dengan paksa diberi obat sehingga dia bisa dirawat lagi. Sehingga setidak-tidaknya setelah dirawat, diberikan obat dia bisa tenang kembali sehingga dia bisa dipulangkan. Namun ini biasanya sebuah siklus, Pak Gunawan, dia akan merasa baik selama beberapa waktu kemudian dia tidak mau makan obat lagi, dia mengatakan, "Saya tidak apa-apa, sehat, kenapa harus minum obat," akhirnya dia tidak mau minum obat, dan kembali lagi pada khayalannya, akhirnya dibawa ke rumah sakit lagi. Dan ini berlangsung seumur hidup, Pak Gunawan, sampai akhirnya orang itu meninggal dunia sebab tidak ada obat yang bisa menyembuhkan dia, kalau keluarga mempunyai anggota yang seperti itu maka perlu dipikirkan pengaturannya atau perawatannya sebab orang tua tidak bisa selamanya merawat anak ini, berarti suatu hari kelak anak ini harus ada yang merawat, tapi siapa yang merawatnya ? Kadang-kadang orang tua berkata, "Tidak apa-apa kalau kami sudah tidak ada, nanti kakak atau adiknya yang merawat." Persoalannya adalah kalau kakak atau adiknya mempunyai keluarga, ini bukanlah sesuatu yang sehat sebab kalau dalam keluarga itu ada anak dan anak itu melihat pamannya yang menderita gangguan seperti ini, itu bukanlah hal sehat. Maka hal yang cocok yang lebih disarankan adalah sebaiknya kalau orang tua sudah mulai tua dan sebagainya sebaiknya dia ditaruh di dalam rumah perawatan, asal kita bisa percaya rumah perawatan itu akan merawatnya dengan baik, mungkin itu adalah jalan keluar yang terbaik dan dia bisa tinggal di sana, punya kamar sendiri, mendapatkan perawatan, mendapatkan obat, kalau dia tidak mau minum obat dia bisa disuntik dan sebagainya, sehingga dia lebih terkontrol.
GS : Ada di beberapa tempat orang yang menderita gangguan mental seperti ini, lalu dipasung atau diisolir , itu sebetulnya tidak menyelesaikan masalah, Pak Paul?
PG : Kasihan karena dengan dipasung atau dianiaya seperti itu, dia akan tetap menderita secara fisiknya dan kita mesti mengingat bahwa ini bukanlah sebuah suatu kesengajaan, dia bukan berniat bruk, dia bukanlah orang yang jahat sehingga harus diperlakukan seperti itu, dia orang yang sakit dan orang yang sakit memerlukan perawatan.
Saya mengerti bagi masyarakat tertentu yang tidak memahami masalah ini, orang yang mengalami gangguan seperti ini dianggap gangguan dan menakutkan bagi masyarakat jadi lebih baik disingkirkan dengan cara seperti itu. Saya kira kita harus tetap mengingat bahwa orang ini pun adalah ciptaan Tuhan, jadi kita juga tetap harus memperlakukan dia dengan hormat. Kita harus memberikan perawatan dan memang harus ada lembaga-lembaga yang bersedia untuk menolong orang-orang seperti ini, memang kita harus akui kalau masalah ini adalah masalah yang cukup besar, karena di lingkungan kita saya kira rumah perawatan yang bisa merawat dengan baik tidak banyak dan kalau pun ada memerlukan biaya yang tinggi dan ini sebuah masalah yang tidak gampang untuk diselesaikan.
GS : Kadang-kadang kambuhnya itu ada pemicunya atau tidak, Pak Paul? Karena ada orang yang seperti ini, setelah melahirkan dia pasti terkena gangguan skizofrenia entah itu tingkatnya sedang atau berat, tapi kenapa justru setelah melahirkan ?
PG : Menimpa orang setelah melahirkan itu biasanya karena depresi yang berat, Pak Gunawan. Itu disebutnya "Post partum depression", depresi yang biasa diidap setelah melahirkan itu biasanya berifat sementara, beberapa bulan setelahnya karena pada masa kehamilan dan setelah kelahiran terjadi perubahan hormonal dalam tubuh si wanita dan rupanya itu mempengaruhi serotonin di otak kita, yaitu senyawa kimiawi di otak kita yang akhirnya menurunkan si wanita ke dalam lembah depresi dan dalam lembah depresi yang dalam, dia bisa mengembangkan baik itu halusinasi maupun dilusinya.
Tapi sekali lagi gangguan ini tidak memerlukan adanya pencetus sebab memang sudah ada di dalam diri orang itu, di otak orang itu, tinggal tunggu tanggal mainnya maka gejalanya akan menampakkan diri.
GS : Tapi biasanya baru kita kenali setelah dia dewasa atau bagaimana, Pak Paul ?
PG : Biasanya setelah remaja atau dewasa awal. Biasanya mulai terlihat setelah umur 15 atau 16 tahun. Dia mulai tidak mau bergaul, diam, murung tidak mau bertemu orang, susah percaya, tidak mauada perasaan-perasaan yang keluar, wajahnya datar-datar saja, kalau senang tidak pernah terlihat dan sedih pun tidak kelihatan, marah tidak kelihatan.
Jadi benar-benar sebuah wajah yang kosong, yang datar saja. Akhirnya mulai kelihatan bicara sendiri, tertawa sendirian dan sebagainya.
GS : Pak Paul, ini membutuhkan perawatan seorang ahli psikiater yang Pak Paul katakan dan sehubungan dengan hal ini apakah ada ayat Firman Tuhan yang ingin Pak Paul sampaikan ?
PG : Saya akan bacakan Mazmur 139:13,16 "Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku. mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-Mu semuanya tetulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satupun dari padanya."
Kita mesti mengingat penderita skizofrenia mestinya adalah ciptaan Tuhan, dan Tuhan tidak pernah membuat kesalahan, kenapa Dia mengizinkan semua ini terjadi? Maksud inilah yang tidak mudah untuk kita ketahui, tapi janganlah kita menyesali atau malahan marah kepada Tuhan, tapi terimalah ! Ada rencana Tuhan dan tetap ini adalah ciptaan Tuhan yang kita mesti hormati.
GS : Terima kasih Pak Paul untuk perbincangan kali ini dan saya rasa ini akan menambah wawasan kita tentang pemahaman gangguan skizofrenia ini. Dan para pendengar sekalian kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Gangguan Skizofrenia". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 58 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan. Akhirnya dari studio kami mengucapkan terimakasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara Telaga yang akan datang.