Lengkap
Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini tentang "Gangguan Paranoia". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
GS : Beberapa waktu yang lalu kita berbicara tentang gangguan skizofrenia, dan sekarang tentang paranoia, sebenarnya apa itu gangguan paranoia ?
PG : Kita memang sedang membicarakan gangguan jiwa yang relatif serius, Pak Gunawan. Gangguan paranoia ini berasal dari dua kata yaitu Para - Noia, Para itu berarti di luar, Noia itu dari kata ous berarti pemikiran.
Jadi seolah-olah dari kata paranoia itu hendak dikatakan sebuah pemikiran yang ada di luar kewajaran atau kenormalan. Jadi gangguan ini sebenarnya berpusat pada kecurigaan yang sangat besar kepada lingkungan sehingga gangguan ini biasanya ditandai dengan kehati-hatian yang besar, sukar mempercayai orang dan akhirnya dia membuat sebuah skenario yang sebenarnya tidak ada, skenario yang menjadikan seolah-olah dirinya sebagai korban yang mau dianiaya atau ditangkap. Jadi hidupnya selalu dihantui oleh ketakutan maka dia harus selalu berhati-hati mengantisipasi kalau-kalau nanti dia akan ditangkap atau dilukai oleh orang lain.
GS : Itu beda dengan halusinasi, Pak Paul ?
PG : Jadi begini Pak Gunawan, kita bisa membagi gangguan paranoia itu dalam dua bagian atau dua kadar. Dalam kadar yang lebih ringan gangguan ini lebih pada sebuah kepribadian yaitu ada orang-oang yang mempunyai kepribadian paranoid artinya dia susah sekali dekat dengan orang, susah sekali percaya dengan orang, susah sekali mempunyai relasi yang akrab dengan orang, selalu hati-hati dengan orang.
Tapi dalam kadar yang rendah orang ini masih bisa berfungsi Pak Gunawan, dia bisa bekerja dan mungkin saja masih bisa berumah tangga meskipun relasi dengan pasangannya juga tidak bisa terlalu dalam tapi dia masih bisa bicara, dia masih bisa menjawab, bercerita dan sebagainya tapi jelas kesulitannya adalah membangun relasi dengan sesama. Jadi orang ini susah sekali mempunyai teman karena kecurigaannya yang sangat besar. Dalam kadar yang berat gangguan paranoia ini memang menjadi sebuah gangguan yang mengganggu fungsi sehari-hari, membuat dia akhirnya mempunyai dilusi yaitu pemikiran-pemikiran yang tidak rasional misalnya ada sekelompok orang yang tengah memburunya, yang tengah mau mencelakakannya, ada orang yang tengah mendengarkan ucapan-ucapannya bahkan ucapan dalam hatinya sendiri. Jadi dengan kata lain ketakutannya itu sudah tidak lagi wajar, begitu sangat besar menguasai hidupnya, dan dia akan menciptakan sebuah skenario bahwa ada sekelompk orang yang berencana jahat terhadapnya, maka dia harus berhati-hati. Itu sebabnya Pak Gunawan saya pernah mendengar cerita tentang orang yang menyiapkan senjata tajam di rumahnya untuk berjaga-jaga karena katanya ada orang yang mau menyerangnya dan sebagainya. Ini dalam kadar yang berat akhirnya melibatkan dilusi atau pemikiran yang begitu tidak rasional lagi.
GS : Kalau dalam tahap yang ringan, sebetulnya orang lain sulit untuk mendeteksi bahwa dia terkena gangguan paranoia?
PG : Betul. Karena ini memang lebih mengena kepada kepribadian atau karakternya. Jadi memang masih bisa diterima di dalam masyarakat, kita kadang-kadang bertemu dengan orang seperti ini di lingup kerja dan kita katakan "Orang ini aneh tidak mau berteman dan sebagainya," tapi dalam kadar yang berat dia akan mengembangkan pemikiran yang begitu aneh.
Saya ingat dulu sewaktu saya bekerja ada seorang teman yang seperti ini, dia tidak ada teman sama sekali tapi dia bisa mengerjakan tugasnya sebagai "sosial worker" dia masih bisa melayani klien, dia masih bicara, dia bisa mengurus anak-anak yang di pertanggungjawabkan kepadanya. Saya kasihan melihat dia sendirian tidak punya teman dan saya masih ingat, seringkali dia makan di suatu tempat makan sendirian. Sehingga untuk waktu berikutnya saya ajak dia, saya bilang "Sekali-kali kalau kamu ada waktu, saya mau makan sama-sama," saya sudah berbaik hati menemani dia karena dia tidak punya teman. Tiba-tiba dia marah kepada saya dengan sinis dan kasar, dia berkata, "Saya mau makan sendirian saya tidak mau ditemani oleh orang lain," dengan keras dan marah dia bicara begitu. Inilah gangguan-gangguan yang jika kita melihatnya, maka kita akan menyimpulkan "Dia aneh," tapi memang sebetulnya sudah ada masalah dalam dirinya itu, tapi dalam kadar yang relatif rendah sehingga orang itu masih bisa berfungsi namun kalau berkembang menjadi gangguan yang lebih parah. Gangguan paranoia ini akan melumpuhkan seseorang, dia tidak akan bisa bekerja lagi, dia biasanya hanya di rumah karena dia ketakutan, saat berbicara pun bisa ketakutan, susah percaya dengan orang, tidak mau keluar rumah karena merasa dunia itu penuh dengan ancaman.
GS : Jadi yang dialami itu dilusi Pak Paul, dan bukan halusinasi.
PG : Bukan, namun kalau misalnya dia juga terkena gangguan skizofrenia, di program yang lalu kita membicarakan tentang gangguan skizofrenia, Sebetulnya gangguan skizofrenia juga terbagi dalam bberapa jenis dan salah satunya adalah skizofrenia yang berjenis paranoia.
Orang yang terkena gangguan skizofrenia yang berjenis paranoia ini akan berhalusinasi. Mungkin ada sebagian pendengar yang pernah menonton film, "The beautiful mind" tentang seorang yang sangat cerdas lulusan dari sekolah terkemuka di Amerika Serikat kemudian menikah tapi akhirnya ternyata menderita gangguan skizofrenia yang berjenis paranoia. Jadi artinya apa? Dia di dalam film itu terlihat begitu ketakutan, dia diserang seperti mau dicelakai sehingga dia membentuk seperti pusat pertahanan di dalam rumahnya sendiri untuk melindungi dirinya dari serangan orang, dia bisa gunting-gunting, klipping surat kabar dan sebagainya. Dan kalau sudah sampai seperti itu maka itu sama dengan skizofrenia karena paranoianya ini jenis skizofrenia. Dia akan mempunyai dilusi dan juga halusinasi, dia bicara dengan orang dan dia merasa ada orang yang mau mengancamnya dan sebagainya.
GS : Dan sebenarnya apa yang menyebabkan orang terkena gangguan skizofrenia?
PG : Kalau memang dalam kadar yang rendah mungkin penyebabnya adalah lingkungan yaitu misalnya ada anak yang dibesarkan dalam lingkup yang sangat dingin, sangat tidak ada kasih sayang, tidak ad keamanan di rumah, penuh dengan ketegangan dan ancaman, maka si anak anak bertumbuh kembang dengan sebuah pertahanan yang sangat kaku sebab beranggapan di luar sana berbahaya, sehingga dia selalu melindungi diri.
Itu sebabnya waktu dia bergaul dengan orang, dia selalu berhati-hati takut kalau nanti dia terlalu mudah percaya dengan orang, maka orang akan melukai atau mencelakakannya. Jadi kalau orang berbicara dengan dia, dia akan selalu bertanya-tanya, apa maksud di belakang pertanyaan ini ? Dia selalu curiga pasti ada sesuatu. Dalam kadar yang rendah gangguan paranoia bisa disebabkan oleh lingkungan yang seperti itu. Namun kalau kita membicarakan tentang paranoia yang lebih serius, apalagi dalam gangguan skizofrenia saya lebih meyakini memang ini adalah akibat dari penyebab-penyebab organik yaitu senyawa kimiawi di otak kita yang tidak lagi berfungsi dengan semestinya. Jadi ada hal-hal yang terhilang atau kurang, yang menyebabkan gangguan ini.
GS : Apakah bisa kita melakukan tindakan pencegahan supaya seseorang tidak mengalami gangguan paranoia?
PG : Sudah tentu kalau kita mau membuat anak yang berkepribadian paranoid, dalam rumah memang kita harus menyediakan kasih sayang yang hangat yang berlimpah, anak ini dipercaya, memberikan keteangan, ketentraman.
Sehingga setelah dewasa dia akan lebih dapat percaya kepada orang, bergaul dengan santai dengan orang lain, jadi itulah yang bisa kita lakukan. Tapi kalau ada penyebab organik yang di otak yang tadi saya sudah sebut sebetulnya hampir bisa dikatakan tidak ada yang bisa kita lakukan, Pak Gunawan. Jadi kalau akhirnya masalah ini berkembang, sedangkan di keluarga kita relatif sehat berarti faktor bawaan itulah yang menyebabkan dia terkena gangguan ini.
GS : Kalau pun kita tidak bisa mencegahnya, lalu penanganannya bagaimana Pak Paul?
PG : Memang bergantung lagi pada kadarnya, kalau kadarnya masih relatif rendah dan dia masih bisa berfungsi, dia masih bisa bekerja maka tidak apa-apa. Meskipun dia tidak suka bergaul, dia sendrian dan sebagainya biarkan tidak apa-apa.
Memang kalau kita hidup dengan dia apalagi menikah dengan dia, lumayan sengsara karena dia tidak bisa diajak bersosialisasi, kalau diajak dia juga tidak suka tapi ini yang seringkali menjadi masalah adalah kalau dia tidak diajak dia akan marah karena dia merasa, "Kenapa saya harus sendirian di rumah, kenapa kamu tidak mau menjaga saya, kenapa kamu tidak bertanggung jawab tehadap saya." Dan dalam kasus-kasus tertentu memang bisa menimbulkan masalah besar dalam keluarga misalnya dia mulai mengembangkan pemikiran yang tidak rasional yaitu pasangannya itu sedang menipunya, sedang berselingkuh ada orang lain di luar, udara tidak ada, dan mungkin kita bertanya, "Kenapa mereka ini terus menerus menciptakan skenario seperti itu menuduh pasangannya selingkuh dan sebagainya?" Sebetulnya kalau kita mau mengerti pemikiran yang tengah dilakukannya adalah melindungi diri dan itu adalah intinya, Pak Gunawan. Dia sudah mempunyai ketakutan misalnya dengan istri, bahwa istrinya itu akan mengkhianati dia. Oleh sebab itu dia mulai membayangkan istrinya telah benar-benar mengkhianatinya, supaya apa? Dengan dia mengarang skenario ini dalam benaknya dia menjadi lebih aman sehingga kalau pun terjadi dia tidak lagi terlalu terluka. Masalahnya adalah karena dia sudah mempunyai gangguan ini. Waktu dia mengarang cerita itu, dia benar-benar termakan oleh karangan itu sendiri, dia menjadi yakin sekali dengan kebenaran khayalan itu dan tidak bisa lagi membedakan bahwa sesungguhnya ini adalah sebuah khayalan dan bukan kenyataan. Memang kasihan pasangan yang hidup dengan dia karena kemana-mana akan dicurigai, akan dituduh ini dan itu dan sebagainya. Tapi gangguan paranoia ini berbeda dengan gangguan skizofrenia yang kita sudah bahas, dalam skizofrenia memang dampaknya atau penampakan problem itu lebih nyata, Pak Gunawan, dalam bicara ngelantur, tertawa sendirian dan sebagainya. Paranoia tidak seperti itu, jadi hanya kadang-kadang muncul yaitu bicaranya yang mulai ngelantur, karangan-karangannya yang tidak lagi mempunyai dasar rasionalnya tapi mungkin saja dia masih bisa berfungsi dan sebagainya. Jadi kadang-kadang orang bisa saja percaya dengan dia bahwa waktu dia berkata, "Pasangan saya sedang berselingkuh" orang mungkin beranggapan benar-benar kalau pasangannya berselingkuh padahalnya itu semua hanya dalam dunia khayalnya saja.
GS : Pak Paul, kalau orang-orang yang mengalami gangguan paranoia ini yang tadi sudah dikatakan, mereka ini asosial artinya sukar bermasyarakat tapi mereka bisa menikah, Pak Paul?
PG : Karena bisa saja orang seperti ini mempunyai kelebihan-kelebihan misalnya karena dia cerdas jadi akhirnya ada orang yang mau menikah dengan dia, karena dia orangnya polos, jadi orang meliht dia "Orang ini baik, tulus, bicara pun juga apa adanya tidak menipu dan sebagainya," jadi memang ada kelebihan-kelebihan pada dia, atau dia dianggap anak yang baik tidak pernah dikatakan melakukan hal-hal yang salah, yang memakai narkoba atau membohongi orang tua, menghabiskan uang.
Jadi hidupnya bisa dikatakan relatif baik, sehingga ada orang yang berkata, "Lumayan orang ini tidak ada masalah apa-apa," kenalan tidak seberapa dalam juga tidak apa-apa meskipun sebetulnya kalau dia ingat-ingat lagi ke masa lalu saat dalam masa berpacaran seharusnya dia menyadari, "Iya, saat masa berpacaran dulu dia jarang bicara hal-hal yang pribadi dan kebanyakan hanya diam, bicara singkat-singkat saja," tapi mungkin sekali orang tidak menyangka apa-apa, sampai setelah menikah baru dia sadari, "Benar ya, susah bicara dengan dia, maunya menyendiri, tidak suka diajak bicara. Kalau diajak bicara waktunya tidak pas dia marah, kenapa begini? Sepertinya dunianya terlalu kaku dan dunianya itu benar-benar menyelimuti dia sehingga dia tidak mudah lepas," nanti lama-kelamaan akan mulai kelihatan, dia mulai melakukan hal-hal yang berbeda, yang aneh, kebiasaan-kebiasaan yang tidak lumrah dan itu mulai kelihatan. Apalagi nanti kalau dia mulai mengeluarkan pemikiran-pemikiran yang aneh bahwa ada orang yang mendengarkan dia, tetangga ini sepertinya sedang membicarakan dia, dia bisa dengar dari tembok ada orang yang sedang menyebut-nyebut nama dia. "Lihat ada orang yang matanya sedang melirik ke saya, dia mau memarahi saya" dan lain-lain. Jadi dia mulai bicara seperti itu dan biasanya di saat itu kita menyadari kalau orang ini terkena gangguan paranoia.
GS : Itu dari pihak pasangan yang tertarik pada orang yang paranoid ini, tetapi maksud dari pertanyaan saya adalah orang yang paranoid ini. Kenapa bisa tertarik para orang lain padahal dia ini asosial ?
PG : Memang dia tidak bisa bergaul dengan banyak orang tetapi dalam jiwanya yang paranoid itu dia masih bisa menoleransi sedikit orang yang dianggap bisa dipercaya. Jadi misalkan di dalam rumahya dia bisa percaya pada mamanya atau papanya.
Dia masih bisa percaya pada kakak atau adiknya, dan nanti di luar itu dia masih bisa percaya pada satu atau dua orang lagi. Jadi masih bisa meskipun kita lihat dia sudah sangat terbatas, sudah tentu waktu kita berkata dia mencintai orang ini dan sebagainya, dalam pengertian "Ya, dia memang mencintai" tapi dalam pengertian dia sungguh-sungguh bisa masuk ke dalam hati, memang tidak bisa. Dia akan sungguh-sungguh kesulitan memahami isi hati orang atau melihat dari kacamata orang.
GS : Tapi misalnya jika punya anak banyak dan kesulitannya adalah anak-anaknya dan pasangannya Pak Paul, dan itu bagaimana Pak Paul hidup dengan orang yang mengalami gangguan paranoia ini?
PG : Akhirnya kalau itu yang terjadi, anak dan si orang tua yang tidak sakit itu memang harus mengembangkan kehidupan mereka, namun yang menyusahkan adalah kalau si penderita paranoia ini melarng atau membatasi pasangan atau anak-anaknya untuk bergaul dengan orang di luar, itu yang menyusahkan dan itu memang akan bisa menghambat perkembangan jiwa anak-anaknya.
GS : Apakah bisa menimbulkan kondisi yang membahayakan atau tidak, Pak Paul untuk pasangan atau anak-anaknya?
PG : Gangguan paranoia memang mempunyai tema besar yaitu tema dianiaya, tema disakiti, tema dilukai, tema dicelakai. Jadi seorang yang menderita gangguan paranoia dihantui oleh rasa takut. Dala kondisi tertentu kalau khayalannya itu memang sudah begitu liar, dia bisa beranggapan bahwa orang di sekitarnya misalnya pasangannya berniat untuk mencelakakannya dan dalam kondisi seperti itu bisa saja karena ingin melindungi dirinya maka dia melakukan hal-hal yang bisa membahayakan jiwa orang.
Misalnya saya ingat ada kasus dimana orang yang akhirnya menyimpan senjata tajam untuk melindungi dirinya. Ada orang yang pernah menyandera anggota keluarga di rumahnya karena menganggap ada orang yang mau melukai anggota keluarganya, sehingga dia yang harus melindungi. Jadi hal-hal seperti ini mungkin saja muncul, sudah tentu kalau ini mulai terjadi berarti kita harus berhati-hati. Kedua adalah kalau orang yang menderita paranoia ini adalah orang yang memang pada dasarnya relatif agresif, jadi orangnya memang mudah marah dan kalau marah dia tidak bisa menguasai diri dengan baik, kalau orang yang agresif dan mempunyai gangguan paranoia ini bukan suatu kombinasi yang baik, ini sebuah kombinasi yang memang lebih membuka peluang dia bisa menjadi agresif di dalam kondisi paranoianya itu. Mungkin kita masih bisa ingat orang-orang yang mencoba untuk membunuh presiden di Amerika Serikat, misalnya John Hinklea Jr. yang mencoba untuk menghabisi nyawa almarhum mantan presiden Ronald Reagan, dia juga menderita gangguan jiwa. Dia beranggapan bahwa dia harus membuktikan cintanya kepada Joddy Foster dengan cara membunuh presiden Reagan. Itulah alam pikirannya, jadi bagi dia itu sebuah keharusan yakni melakukan hal seperti itu dan dia tidak memikirkan bahwa dia melakukan sebuah tindak kriminal yang jahat, tapi saat itu dia tidak bisa memikirkannya karena dia beranggapan ini yang harus dia lakukan. Yang lainnya lagi adalah kadang-kadang para penderita paranoia bisa menerima perintah bahwa dia bisa melakukan sesuatu kepada orang lain, dia tidak bisa lepas dari perintah itu jadi dia harus melakukannya, meskipun kita tahu ini adalah suatu gejala dari gangguan jiwanya. Maka kita harus berhati-hati kalau ada anggota dari keluarga kita yang menderita gangguan paranoia seperti ini, apalagi mulai sering menceritakan tentang ancaman yang dialaminya. Maka kita mesti berhati-hati, itu sebabnya kalau ada anggota keluarga yang menderita gangguan ini maka kita harus secara teratur dan sering mengajaknya bicara dan mendengarkan khayalannya karena dari khayalannya itulah kita baru bisa tahu seberapa berbahayanya dia. Misalkan dia mulai mengatakan, "Ada orang-orang jahat yang ingin menangkap saya atau menculik saya," kita bisa tanya "Dengan cara apa mereka mau menangkapmu? Apakah kamu sudah melihat atau belum?" Kemudian dia menjawab, "Ya dia sudah membawa senjata dan sebagainya," maka kita bisa tanyakan, "Kalau misalkan mereka sudah mendekat apa yang akan kamu lakukan ?" Dia menjawab lagi, "Saya sudah siapkan senjata dan sebagainya." Makin jelas khayalannya dan makin berbahaya khayalannya itu berarti makin kita harus berhati-hati, sebab bisa-bisa dia beranggapan kitalah orang itu, kalau itu yang terjadi berarti ini memang mesti ditangani.
GS : Biasanya gejala-gejala itu nampak pada usia berapa, Pak Paul?
PG : Memang sekali lagi gangguan ini tidak bisa dilihat pada masa kecil, sebab pada masa kecil perilaku anak itu terlalu beragam, ada yang begitu sosial banyak teman, ada yang begitu pendiam tiak punya teman dan rata-rata anak memang akan berkhayal.
Jadi sangat susah untuk mendeteksinya. Umumnya seperti gangguan skizofrenia, gangguan ini pun mulai menampakkan dirinya di usia-usia setelah remaja, belasan tahun, dia tidak punya teman susah sekali bergaul dan mulai mengembangkan pemikiran, "Ada orang yang sedang menguntit saya, ada orang sedang memelototi saya. Tadi saya marah kepada dia karena tadi dia mau mengajak saya berkelahi," dan kita mulai mendengar ucapan-ucapan seperti itu.
GS : Ada orang yang ketika mendengar cerita seperti itu yang Pak Paul katakan tadi, terus menggali apa yang dia rasakan tetapi ada juga yang langsung memotong dengan tujuan untuk menyadarkan bahwa itu tidak betul dan ini bagaimana Pak Paul?
PG : Tidak akan berhasil, Pak Gunawan. Karena apa pun yang kita katakan tidak akan menyadarkan dia, kalau kita katakan "Ini hanya pemikiranmu, tidak seperti pada kenyataannya," itu tidak bisa dn makin membuat dia merasa kalau kita berpihak pada orang-orang yang mau melukai dia.
Jadi ada baiknya kalau kita berhadapan dengan penderita paranoia kita tidak membantahnya, kita hanya mendengarkan saja supaya kita bisa juga mengetahui dengan pasti kondisinya. Sudah tentu dia memerlukan pengobatan agar dilusinya itu bisa hilang. Masalahnya adalah penderita paranoia itu memiliki ketakutan yang amat besar, jadi begitu melihat pil atau tablet dia sudah beranggapan ini pasti racun dan dokter adalah bagian dari komplotan yang mau mencederainya. Jadi sangat susah merawat penderita paranoia. Makanya dia harus dirawat dengan jangka waktu yang panjang sehingga lebih tertangani kalau misalkan dia tidak mau minum obat, dia bisa dipaksa supaya dia akhirnya lebih tenang dan dilusinya juga makin berkurang
GS : Biasanya mereka juga kurang mengurus dirinya sendiri, misalkan rambutnya dibiarkan panjang atau sampai tidak mandi berhari-hari. Apakah bisa seperti itu Pak Paul?
PG : Bisa. Pertama memang dalam kondisi sakit seperti itu sudah tentu kesadaran ingatan mau mandi tidak ada. Kalau kita misalkan dari penciuman, kita sadar tubuh kita bau dan sebagainya maka kia perlu mandi.
Dan orang yang menderita gangguan jiwa seperti itu otomatis panca indranya terganggu. Jadi meskipun tercium tapi dia juga tidak merasakannya sama sekali, dia tidak merasakan kalau dirinya itu tidak enak, terakhir kali mandi sudah seminggu yang lalu tapi dia tidak merasakan hal itu, apalagi ingatan dia harus sikat gigi, ingatan dia harus mandi memang seringkali tidak ada, dia mesti dipaksa-paksa harus mandi. Belum lagi kalau dia mengembangkan pemikiran paranoia misalkan di kamar mandi itu ada misalnya microphone (alat perekam) yang mau merekam dia karena dia sedang dikuntit, atau air itu sedang ditaruh obat maka akan sangat susah sekali untuk dia mandi.
GS : Dan biasanya orang yang terkena gangguan paranoia biasanya masih bisa bergerak bebas di masyarakat. Dan apakah itu tidak cukup berbahaya baik bagi masyarakat atau pun bagi dirinya sendiri.
PG : Kalau kadarnya rendah dia memang bisa berfungsi dan biasanya tidak membahayakan, tapi kalau gangguan itu sudah terlalu kuat maka dia tidak lagi berfungsi dan menganggap lingkungannya semuamembahayakan dia.
Memang untuk hal-hal yang seperti ini kita harus lebih berhati-hati. Maka tadi saya sudah katakan kalau dia sudah memiliki khayalan, sudah lebih agresif, atau mungkin dia orangnya sudah lumayan agresif, lebih baik memang dia dijaga, dirawat di rumah perawatan yang terpisah.
GS : Sambil dibawa ke psikiater untuk diberikan obat-obat menghilangkan dilusinya itu tadi. Namun sebelum kita mengakhiri perbincangan ini mungkin Pak Paul, ingin menyampaikan kebenaran Firman Tuhan?
PG : Mazmur 146:5,6 berkata, "Berbahagialah orang yang mempunyai Allah Yakub sebagai penolong, yang harapannya pada TUHAN, Allahnya: Dia yang menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya;yang tetap setia untuk selama-lamanya."
Pada para penderita paranoia kita masih bisa mengajaknya untuk bersandar kepada Tuhan walaupun dia takut dan sebagainya, kita katakan "Tuhan itu perkasa, Tuhan bisa melindungi kamu. Mari kamu berdoa lagi, mari kita baca Firman Tuhan." Jadi tetap saya kira dia masih bisa memberi respons terhadap Firman Tuhan dan inilah yang kita mau tekankan kepada dia.
GS : Dan rasanya penting juga untuk kita yang sehat ini menunjukkan kasih kita tetap kepada orang-orang yang menderita gangguan paranoia ini, Pak Paul?
GS : Terima kasih Pak Paul untuk perbincangan kali. Dan para pendengar sekalian kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Gangguan Paranoia". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 58 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan. Akhirnya dari studio kami mengucapkan terimakasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara Telaga yang akan datang.