Diolok-olok Teman

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T260B
Nara Sumber: 
Pdt.Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Anak tidak hidup di dunia yang sempurna. Biasanya akan ada anak lain yang gemar mengolok-oloknya dan tidak jarang, olokan tinggal dalam hati anak dan mempengaruhi konsep dirinya. Apa yang bisa diajarkan orang tua kepada anaknya ketika anak menghadapi olokan? Dan kenapa anak kita bisa mengolok-olok temannya?
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Anak tidak hidup di dunia yang sempurna. Biasanya akan ada anak lain yang gemar mengolok-oloknya dan tidak jarang, olokan tinggal dalam hati anak dan mempengaruhi konsep dirinya. Pada dasarnya, mengolok adalah tindakan membuat orang lain merasa kurang berharga dan ini dapat dilakukan lewat perkataan maupun bahasa tubuh. Mari kita lihat lebih saksama tentang olokan ini.

Mengapa kita mengolok-olok yang lain? Sesungguhnya ada dua jenis olokan:
  • Olokan canda: biasanya ini dilontarkan untuk memancing tawa.
  • Olokan beracun: biasanya ini dilakukan dengan sengaja untuk menjatuhkan yang lain atas dasar iri atau marah.

Kita mesti menjelaskan kepada anak akan perbedaan dua olokan ini. Sewaktu ia mendengar olokan temannya, ia harus dapat membedakan keduanya. Jangan sampai anak menjadi terlalu peka dan menyamaratakan semua olokan. Terhadap olokan canda, kita mengajarnya untuk tidak menanggapinya dengan serius. Terhadap olokan beracun, kita didik anak untuk berbicara langsung dengan temannya dan menanyakan apakah maksud yang terkandung di belakang olokan itu.

Menghadapi Olokan
  • Sewaktu diolok-olok kita marah dan pada umumnya ingin membalas dengan cara menjatuhkannya pula. Kita mesti mengingatkan anak untuk menahan diri dan tidak membalas sebab balas membalas tidak menyelesaikan masalah dan Tuhan pun melarang kita untuk membalas.
  • Kita mesti mendidik anak untuk belajar mengolok-canda teman tanpa harus menjatuhkan atau mempermalukannya. Hindarilah olokan yang berkaitan dengan penampakan fisik, tingkat intelektual, dan latar belakang keluarga dan ekonomi.
  • Kita harus mengajarkan anak akan bagaimanakah Tuhan melihat kita. Firman Tuhan berkata, "Apakah manusia sehingga Engkau mengingatnya? Apakah manusia sehingga Engkau mengindahkannya? Namun Engkau membuatnya hampir sama dengan Allah dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat." (Mazmur 8:5,6) Jadi, barangsiapa menghina sesamanya, ia telah menghina Tuhan penciptanya.
  • Kita juga harus mengingatkan anak bahwa terpenting adalah apa yang Tuhan katakan tentang dirinya, bukan apa yang temannya katakan. Salah satu dampak buruk olokan adalah kita merasa tidak bernilai dan seburuk apa yang dikatakan teman. Tugas kita sebagai orangtua adalah mengingatkannya akan bagian dalam dirinya yang indah.
  • Terakhir, kita mesti mengingatkan anak untuk tidak berupaya membuktikan dirinya. Ada kecenderungan, guna mematahkan olokan teman, anak akan berusaha untuk memperlihatkan kepada lingkungan bahwa ia tidak seperti yang dikatakan teman. Kadang perilaku ini membuatnya mengatakan hal-hal yang tidak benar atau malah mengundangnya melakukan tindakan yang berlebihan. Kita harus yakinkan anak bahwa ia tidak perlu membuktikan dirinya sebab terpenting adalah bagaimana ia menerima dan mengenal dirinya.

Firman Tuhan
"Aku berlaku tidak bercela di hadapan-Nya dan menjaga diri terhadap kesalahan. Karena itu Tuhan membalas kepadaku sesuai dengan kebenaranku, sesuai dengan kesucian tanganku di depan mata-Nya." (Mazmur 18:24, 25)