Dari Jaya Ke Jatuh

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T184A
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 

Dalam banyak hal, perjalanan hidup kita mirip dengan pengalaman hidup raja Hizkia. Kita dapat memetik pelajaran dari II Tawarikh 32:24-27 yang antara lain Pelajaran 1: Masalah dapat menimpa orang percaya, Pelajaran 2: Pertolongan Tuhan datang kepada orang percaya, Pelajaran 3: Kejatuhan dapat menghampiri orang percaya.

Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Dalam banyak hal, perjalanan hidup kita mirip dengan pengalaman hidup raja Hizkia. Dari kegagalan dan kemenangannya kita dapat belajar untuk menghadapi hidup dengan lebih baik.

II Tawarikh 32:24-27
Pelajaran 1: Masalah dapat menimpa orang percaya

Pemerintahan Hizkia yang 29 tahun itu diapit oleh pemerintahan ayahnya, Ahas (16 tahun) dan putranya, Menaseh (55 tahun) yang lalim. Berbeda dengan ayahnya yang meninggalkan Tuhan, Hizkia setia melayani-Nya. Ia mentahirkan rumah Tuhan, mempersembahkan korban kepada Tuhan dan merayakan hari Paskah. Di tengah-tengah itu semua muncul masalah besar: Sanherib raja Asyur mengepung Yerusalem.
Problem dalam hidup dapat berasal dari dunia ini sendiri. Sejak dosa masuk, ketertiban dan kebajikan meninggalkan dunia. Kadang kita menjadi korban hilangnya ketertiban dan kebajikan ini. Namun adakalanya masalah datang dari Tuhan sendiri yang ingin menguji kita-berapa murni dan kuat iman dan kasih kita kepada-Nya-atau yang ingin menempatkan kita dalam rencana-Nya

Pelajaran 2: Pertolongan Tuhan datang kepada orang percaya

Hizkia meminta pertolongan Tuhan dan Ia melepaskannya dari belenggu Sanherib. Malaikat Tuhan membunuh 185 ribu pasukan Sanherib dan memaksanya pulang ke negaranya. Inilah iman Hizkia,"Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Jangan takut dan terkejut terhadap raja Asyur . . . karena yang menyertai kita lebih banyak daripada yang menyertai dia. Yang menyertai dia adalah tangan manusia tetapi yang menyertai kita adalah Tuhan Allah kita . . . " (2 Tawarikh 32:8-9).
Hizkia tidak hanya berdiam diri. Ia menutup mata air dan sungai agar tentara Asyur tidak mempunyai akses terhadap air, ia membangun tembok dan menara di atasnya, serta membuat lembing dan perisai. Namun yang memberi kemenangan adalah Tuhan; mereka sama sekali tidak pernah bertempur karena Tuhan sudah memberi kemenangan.
Meminta pertolongan Tuhan bukannya berarti berdiam diri saja. Kita boleh dan seharusnyalah berusaha memecahkan masalah kita. Dengan kata lain, lakukanlah bagian kita, Tuhan pun akan melakukan bagian-Nya. Meminta pertolongan Tuhan juga berarti beriman-melihat hidup dari kacamata Tuhan. Tidak ada yang dapat menghalangi Tuhan untuk menolong kita.

Pelajaran 3: Kejatuhan dapat menghampiri orang percaya

Setelah kemenangan melawan Asyur, Hizkia menjadi termasyur, "Sejak itu ia diagungkan oleh semua bangsa." (32:23) Tuhan pun memberi peringatan kepadanya melalui sakit penyakit yang dideritanya-bahwa sesungguhnya ia lemah dan membutuhkan Tuhan. Namun malangnya setelah sembuh, kesombongannya tidak lenyap; ia malah membanggakan kejayaannya kepada utusan raja Babil. Tuhan menghukum namun karena ia bertobat, hukuman itu datang pada masa keturunannya.
Kesuksesan adalah ladang subur kesombongan. Kita menganggap kitalah penyebab utama keberhasilan dan melupakan bahwa kalau Tuhan tidak mengizinkan, mustahil kita dapat meraih kesuksesan.