Kata kunci: Kenangan lama yang terasa indah, godaan mengompori CLBK tergantung atas 3 hal, kesehatan pernikahan, kesehatan jiwa dan kesehatan iman, segitiga cinta ialah ketertarikan biologis, kedekatan emosional dan komitmen, hadapi masalah pernikahan bukan dengan menghindar apalagi melarikan diri.
Saudara-saudara pendengar yang kami kasihi dimana pun Anda berada, Anda kembali bersama kami dalam acara Telaga, TEgur sapa gembaLA keluarGA. Acara ini diselenggarakan oleh Lembaga Bina Keluarga Kristen atau LBKK bekerjasama dengan radio kesayangan Anda ini. Saya, Yosie, akan berbincang-bincang dengan Bapak Penginjil Sindunata Kurniawan, M.K., M.Phil, beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling keluarga. Perbincangan kami kali ini tentang "Cinta Lama Bersemi Kembali" (CLBK). Kami percaya acara ini bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
Y: CLBK wah seperti judul film, sebuah tema yang sangat menarik karena di zaman yang serba permisif, longgar, ini sepertinya sesuatu yang makin umum, tapi bagaimana kita sebagai anak-anak Tuhan memandang dan menyikapinya, silakan, Pak Sindu.
SK: CLBK itu, Bu Yosie, memang bukan sesuatu yang asing bagi kita seperti tadi yang dinyatakan oleh Bu Yosie dan ini bahkan zaman bergerak, semakin lama menjadi istilah umum bahkan tidak heran orang rata-rata tidak tahu, bahkan dulu saya pikir CLBK itu apa ya ? CLBK itu oh cilukba…….ternyata bukan, saya orang jadoel, akhirnya baru tahu belakangan, oh itu singkatan dan menarik, memang menarik, bicara cinta lama bersemi kembali itu indah, memang. Asalnya dari sebuah kenangan lama yang terasa indah dan kemudian kita secara alamiah, manusiawi, kita suka merekam ingatan, peristiwa-peristiwa yang indah dalam hidup kita, termasuk kenangan, romantika percintaan di masa sekolah, di masa remaja, di masa kuliah, di masa sebagai bujangan. Ini memang sesuatu sebenarnya gejala manusiawi yang bisa spontan muncul. Perasaan cinta itu ‘kan tidak dirancang secara umumnya, entah kenapa ya kok aku jatuh cinta pada pandangan pertama, waktu aku ketemu dia lagi ada tiba-tiba ada perasaan kembali kenangan indah masa lalu. Itu memang sesuatu yang alamiah.
Y: Benar Pak, bahkan kadang-kadang karena reuni atau tiba-tiba dipertemukan seperti dengan satu peristiwa, ada pekerjaan, pelayanan bersama-sama, tiba-tiba memori-memori lama itu terbangkitkan, ya Pak.
SK: Betul, jadi hal-hal ini rata-rata tidak sengaja, tapi memang mungkin ada yang disengaja.
Y: Mencari-cari.
SK: Rata-rata yang kontak CLBK itu mungkin karena kita bekerja bagi orang yang sudah sekian tahun berpisah, akhirnya karena pekerjaan, "Lho kamu kerja disini" dan kita memang diutus oleh atasan kita dan kita sebagai pemilik sebuah bisnis, kita mau ekspansi kerjasama dengan perusahaan ini dan ternyata si cinta itu ada di sana dan jadi teman bisnis kita, ya sudah kita ketemu atau bertemu di mall atau di pasar tradisional, atau dalam sebuah pelayanan, ke gereja lain, ke kota lain, eh ketemu lagi, jadi sesuatu yang kembali awalnya, kebetulan kemudian lewat proses yang lambat, kita akhirnya bertemu berulang-ulang karena tugas-tugas pelayanan, pekerjaan atau konteks kita studi lanjut, dari awalnya sekadar percakapan non-personal, percakapan tentang hal-hal yang lain, tentang tugas, tentang pekerjaan, tentang pelayanan, lambat-laun beralih ke percakapan yang bersifat personal, percakapan secara pribadi. "Kamu sudah menikah, belum? Berapa anakmu?" Kemudian mungkin akhirnya mulai nyaman, curhat, "Aku mengalami kelesuan dalam pernikahan, kok tidak seindah waktu pacaran dulu dengan kamu. Seandainya waktu bisa diulangi, menyesal aku putus dengan kamu, mestinya kamu yang menjadi istriku" atau "Mestinya kamu yang menjadi suamiku, bukan suamiku yang sekarang ini". Itulah ada proses alamiah, bergradasi, berjenjang dan akhirnya CLBK itu semakin menjadi.
Y: Sebetulnya CLBK itu boleh, sah-sah saja, karena proses alamiah, tidak dirancang-rancang, atau dihindari, Pak ?
SK: Poinnya bukan boleh atau tidak boleh, yang saya mau fokuskan atau tekankan pada awalnya itu sesuatu yang alamiah, tetapi bagaimana selanjutnya ? Itu tanggungjawab kita, saya suka dengan pernyataan Martin Luther yang terkenal, "Kita tidak bisa membiarkan seekor burung hinggap di kepala kita, tetapi adalah tanggungjawab untuk tidak membiarkan burung itu bersarang dan bertelur di kepala kita". Jadi soal burung yang beterbangan dan tiba-tiba hinggap di kepala kita, itu tidak bisa kita kontrol, kebetulan, sebuah situasi yang tidak bisa kita kontrol, tetapi apakah kita membiarkan burung itu nyaman bersarang di kepala kita, hinggap, bersarang, bertelur, beranak pinak di atas kepala kita atau kita segera mengusir burung itu, itu pilihan kita dan tanggungjawab kita.
Y: Jadi faktor-faktor apa saja yang membuat kita itu gampang mengusir burung, ataukah gampang tergoda untuk izinkan burung itu bersarang di kepala kita, dalam konteks "Cinta Lama Bersemi Kembali", Pak ?
SK: Untuk ini, Bu Yosie, saya mau membatasi percakapan kita kepada konteks orang yang sudah berpasangan. Orang yang sudah menikah apalagi yang sudah punya pasangan. Apakah CLBK ini percikan apinya mau kita perbesar atau kita padamkan, itu sebuah pilihan, seperti saya katakan sebagaimana ilustrasi, apakah kita biarkan burung itu bersarang terus-menerus di kepala kita, atau kita usir, itu pilihan. Apakah percikan kecil api CLBK itu kita kompori untuk makin besar atau kita segera padamkan, itu pilihan kita. Dalam konteks ini memang poinnya adalah apakah kita memang atau orang tersebut sudah menikah, berpasangan atau masih lajang ? Ataukah memang sudah berstatus duda atau janda? Itu satu hal penting, kalau sudah berstatus menikah memang sepatutnya kita segera memadamkan percikan api CLBK sejak dini.
Y: Harus tegas ya, Pak ? Mengapa ?
SK: Karena ingatlah, kalau bermain-main dengan api, awalnya memang menyenangkan, sebagaimana anak kecil atau kita mengalami seperti anak kecil, mengambil korek api, bakar kertas, menyalakan lilin, itu memang bagian eksplorasi sehat, tumbuh kembang anak yang sehat seperti itu, suka bermain dengan api, tapi kalau terus-menerus bermain api, ujungnya pasti terbakar juga. Lha demikian juga soal CLBK, maka dalam hal ini mengompori CLBK itu sepatutnya kita hindarkan dan kembali tadi pertanyaan Bu Yosie, mengapa orang bisa tergoda untuk mengompori CLBK? Saya rumuskan, Bu Yosie, ada tiga faktor yaitu pertama faktor kesehatan pernikahan, yang kedua kesehatan jiwa, yang ketiga kesehatan iman.
Y: Kalau kesehatan pernikahan berarti kita gampang tergoda kalau pernikahan kita tidak atau kurang sehat, ya Pak ?
SK ; Tepat, Bu Yosie, memang godaan itu muncul kalau pernikahan kita sedang kering ketika sedang bertemu dengan si mantan kita itu. Ketika pernikahan kita sedang kering atau pernikahan kita terasa monoton, satu nada, do – do – do – do, tidak tercipta sebuah simfoni yang indah, harmoni yang membuat kita bersukacita, ketika pernikahan kita sedang kering, monoton bahkan mungkin pernikahan kita seperti perang dunia, penuh konflik, saling serang-menyerang dan saling menyakiti. Disanalah pada saat kita bertemu si dia, cinta lama kita itu maka terasalah seperti rumput tetangga pasti lebih hijau daripada rumput halaman kita sendiri. Dalam hal ini, Bu Yosie, secara alami kita ingin melarikan diri dari situasi kepenatan pernikahan kita untuk mencari oase jiwa dengan mantan, atau si cinta lama ini.
Y: Satu pikiran bahwa oh, pengandaian, kalau saja, andai saja aku sama si dia, mungkin aku lebih berbahagia, begitu ya Pak ?
SK: Betul, karena kita akan terfokus pada memori-memori jiwa, kenangan-kenangan romantik waktu kita makan bakso berdua di tengah hujan, kita tetap naik motor, wah kehujanan di sekolah tapi ‘kan seru, aduh indah, kita fokus pada hal-hal yang akhirnya, hal-hal yang indah, yang romantik tadi membuat hormon oksitosin yang memberikan rasa nyaman, rasa tenang dan perasaan positif kita itu terstimulasi.
Y: Ini bahayanya ya Pak, yang akhirnya diasosiasi dengan si dia tadi, bahwa dekat dia saya nyaman, dekat dengan si mantan saya merasa beda, kok tidak seperti pasangan kita, akhirnya mulai membandingkan ya Pak ?
SK: Betul, jadi ini ada juga proses hormonal, jadi ketemu kenangan manis, maka tadi tidak heran sebagian orang masih oke, orang mengajar kita dan kita mungkin mengajarkan, "Berpikirlah positif, ucapkan perkataan iman, ucap syukurlah, pikirkanlah apa yang benar, apa yang mulia, apa yang adil, apa yang manis, apa yang sedap didengar, apa yang disebut kebajikan dan patut dipuji" (Fil.4:8) karena itu memang menciptakan hormon oksitosin muncul. Pikiran-pikiran yang menyenangkan itu membuat hormon oksitosin bekerja lebih optimal, muncul perasaan nyaman, tenang dan nikmat. Kembali ke bahasan kita tadi, CLBK yang kita izinkan muncul, kita suburkan, kita kompori, memberikan kenyamanan, kita berpikir, nyaman memang, aku keliru menikah dengan suamiku yang sekarang, dengan istriku yang sekarang ini, seandainya cinta lamaku ini yang aku nikahi, wao, berkebalikan bahagia, selama-lamanya.
Y: Menarik, Pak. Apa lagi poin kedua ?
SK: Yang membuat kita tergoda, mengompori percikan api CLBK itu adalah soal kesehatan jiwa, jadi kita akan makin tergoda bila jiwa kita sedang tidak sehat yaitu ketika pola pikir kita jangka pendek, kita tidak memiliki perspektif jangka panjang. Yang penting ‘kan aku senang, kalau aku senang, situ senang ya lakukan saja. Itu berpikir pendek, hanya melihat kekinian, tidak melihat resikonya, konsekwensinya, yang penting aku suka, putar kanan ya putar kanan, putar kiri ya putar kiri. Aku sukanya jalannya berlawanan arah, EGP ("emangnya gua pikirin"), ya kalau kita berlalu lintas lawan arah ya silakan, kita akan ditabrak atau menabrak. Sama, itu ada jiwa yang kurang sehat, berpikir pendek. Yang kedua, emosinya emosi yang sumbu pendek. Kita hanya cari pokoknya aku nyaman sekarang. Pokoknya, yang penting saat ini, nanti urusan belakangan. Itu ada konteks, pikiran pendek, tapi emosi juga pendek, yang penting senang sekarang, ya sudah aku menikmati. Aku lelah dengan istriku, dengan suamiku, pernikahan kami penat, ya sudah aku mencari pelampiasan, yang penting aku marah-marah, aku legakan kemarahanku, aku benci….ci….ci pada suamiku, pada istriku. Disini aku cinta..ta…ta..ta, ya sudah nikmati, rayakan cinta, apapun itu konteksnya. Kita seharusnya kalau kita berjiwa yang sehat, kita akan berpikir lebih panjang, lebih utuh. Kita juga emosinya lebih mampu mengelola, komplit dengan pasangan itu fakta, ada berbeda pendapat itu realitas, tapi emosi yang sehat, emosi yang matang akan mengelola situasi yang negatif ini bagaimana dikelola tidak semakin menghancurkan tapi secara bertahap menjadi kondisi yang lebih positif. Kemarahan dilampiaskan kepada pasangan, kita mencari Tuhan atau kita mencari teman kita, mungkin kita datang ke konselor sehingga emosi kita buang sampahnya ke tempat yang tepat. Kita menampilkan emosi yang sehat dan positif kepada pasangan untuk menabuh, membuat kondisi kesehatan pernikahan kita meningkat kembali lewat diri kita dari jiwa yang sehat itu.
Y: Menarik ya Pak, ternyata pikiran pendek dan sumbu pendek ini tanda-tanda jiwa kurang sehat, harus belajar terus, ya Pak. Yang poin ketiga yang membuat kita cenderung tergoda untuk CLBK.
SK: Yaitu adanya kesehatan iman, ketika kita menikmati, menyerap sari-sari firman Allah dalam keseharian kita, menikmati membangun keintiman relasi dengan Tuhan kita, maka iman kita akan makin sehat. Iman yang sehat itu juga menjadi salah satu benteng perlindungan dari godaan, memerbesar, mengompori percikan CLBK. Kalau kita puas dengan Tuhan, itu akan mengompori juga kita untuk bisa memerbaiki situasi pernikahan kita yang kurang baik itu karena ada energi psikis, energi jiwa, energi spiritual dari kepuasan relasi kita dengan Tuhan untuk memuaskan relasi kita sebagai suami istri.
Y: Jadi kepuasan rohani kita itu juga akan membuat kita puas secara mental, ya Pak. Nah, apa yang terjadi bila kita tetap mengompori CLBK ?
SK: Ketika kita, Bu Yosie, membiarkan diri terbuai dengan berselancar di atas ombak, gelombang CLBK, ujungnya pastilah kita akan tergulung, dipermainkan oleh ombak CLBK itu, awalnya nikmat tapi ujungnya sengsara. Nikmat membawa sengsara dan itu ditandai dengan perselingkuhan akhirnya dengan cinta lama kita itu dan akhirnya bahtera rumah tangga kita sangat mungkin kandas dan anak-anak kita pun rentan dengan gangguan jiwa dan berbagai permasalahan yang tidak jauh dari permasalahan pernikahan kita dengan pasangan kita sebagai imbas tontonan menjadi tuntunan.
Y: Bahkan bisa sungguh-sungguh membuat pernikahan kita bercerai, ya Pak.
SK: Ya, sesungguhnya namanya perceraian itu kalau dalam bahasa Arab yang suka diucapkan di sekeliling kita, masyarakat kita, lebih banyak mudaratnya daripada manfaatnya. Sedapat-dapatnya kita bertahan seperti permintaan Tuhan kita, yaitu pertahankan pernikahan kita dengan kita mencari pertolongan yang lain. Kita hindari sedapat mungkin perceraian itu, karena perceraian tetap dua menjadi satu yang kemudian dirobek untuk dipisahkan. Ibaratnya seperti dua kertas yang kita lem, lengket merekat, apa yang terjadi Bu Yosie, bila dua kertas yang sudah menyatu karena dilem kemudian kita paksa untuk dipisahkan kembali ?
Y: Robek, pak, hancur.
SK: Pada sisi yang mana ?
Y: Dua dua.
SK: Kedua-duanya, jadi jangan pernah membayangkan perceraian itu soal yang ringan, toh artis ‘kan bercerai. Tetangga saya saja, famili saya saja bercerai, pendeta saja bercerai, memangnya saya malaikat? Maaf, apakah kalau tetangga kita menjatuhkan diri dari tebing jurang karena banyak yang melakukan itu, kita yang sehat mau juga sama-sama bunuh diri? Bukankah tidak, itu tetap pilihan kita.
Y: Tapi kalau demikian, mengapa Pak, CLBK itu tetap begitu menggoda, banyak juga yang terpeleset ?
SK: Karena ini, Bu Yosie, CLBK bekerja berlandaskan hukum cinta romantik.
Y: Hukum seperti apa, Pak ?
SK: Kita paham bahwa ada yang namanya segitiga cinta, ini bukan cinta segitiga ya. Cinta itu punya tiga unsur, unsur yang pertama, ‘passion’ atau ketertarikan biologis, ketertarikan seksual. Yang kedua, ‘intimacy’ atau kedekatan emosional, yang ketiga adalah komitmen atau keputusan kognitif dan psikomotorik untuk setia. Keputusan berlandaskan pikiran rasional dan keputusan berlandaskan sebuah kehendak bebas untuk tetap memertahankan sebuah relasi. Cinta punya tiga unsur dan cinta romantik sayangnya hanya bekerja di landasan dua unsur, yaitu landasan ‘passion’ dan ‘intimacy’, landasan antara ketertarikan biologis, ketertarikan seksual dan kedekatan emosional.
Y: Meniadakan komitmen, ya Pak.
SK: Belum ada komitmen, maka sebenarnya cinta romantik itu bukanlah cinta yang matang. Kalau kita menikah berdasarkan cinta romantik semata, akhirnya seperti pernikahan kita yang sudah jalan ini tadi. Kenapa dulu dia begitu menyenangkan, begitu baik, melayani aku, memenuhi keinginanku, dialah Arjunaku, atau dialah Srikandiku, dialah Julietku, dialah Romeoku. Itulah karena cinta romantik tapi kita tidak mendewasakan cinta itu menjadi cinta yang matang. Cinta yang matang ada tiga hal itu tadi, ‘passion’ tetap ada, ketertarikan biologis, seksual, kedekatan ‘intimacy’ dan ditambahkan unsur komitmen, kehendak untuk mempertumbuhkan kualitas pernikahan kita, kualitas cinta kita, kehendak untuk setia. Ada unsur keputusan, ada unsur bertindak. Jadi cinta yang sehat, cinta yang matang bukan semata-mata perasaan cinta, tapi ada komitmen cinta, ada tindakan cinta. Cinta bukan sekadar sebuah akibat, tiba-tiba jatuh cinta, tapi cinta juga penyebab, aku mempertumbuhkan cintaku ini. Kembali ke pertanyaan tadi, cinta CLBK itu begitu menggoda karena ada unsur-unsur yang menyenangkan tadi.
Y: Padahal cinta yang matang tidak hanya yang menyenangkan, tapi ada sebuah komitmen, janji di hadapan Tuhan, apalagi kita ya, Pak.
SK: Benar, memang perasaan cinta, Bu Yosie, sesungguhnya bisa datang dan pergi dan perasaan cinta saja tidak pernah mampu menjadi fondasi cinta yang matang dan relasi pernikahan yang kekal sampai maut memisahkan.
Y: Kalau begitu apa yang harus kita pegang, Pak ?
SK: Maka dalam hal ini, Bu Yosie, di tengah realitas pernikahan kita masing-masing, rumah tangga kita masing-masing yang dinamis dan bisa bergelombang, naik dan turun mari kita kelola pernikahan kita secara cerdas. Berpandulah pada cinta yang matang, kerjakan cinta itu. Awalnya cinta memang seperti kebetulan, eh kok jatuh cinta, tetapi selanjutnya adalah sebuah keputusan secara sadar dan rasional untuk memilih. Kalau kita sudah berpasangan, sudah menikah, mari kembalilah ke pernikahan kita yang mula-mula. Bangkitkanlah cinta itu, kembali, bagaimana banyak kebencian dan konflik. Carilah pertolongan, disanalah tubuh Kristus hadir, kita hanya bisa bertumbuh menjadi murid Kristus yang kokoh, yang kuat, yang diberkati dan memberkati dunia kalau kita hidup bersama Kristus dan tubuh Kristus, bukan atau ya. Tuhan hadir juga lewat komunitas orang percaya, carilah konselor, carilah pendeta, carilah saudara-saudara seiman yang kita bisa berbagi beban penderitaan kita, dimana kita bisa berbagi beban, penderitaan kita, menerima penemanan dan kita berjalan bertumbuh tahap demi tahap, memerbaiki keadaan pernikahan kita supaya godaan, percikan CLBK itu tidak kita lanjutkan.
Y: Tepat sekali, Pak. Kalau begitu terakhir Pak, apa firman Tuhan yang menjadi landasan sekaligus pesan penting penutup dalam perbincangan kali ini ?
SK: Saya mengambil dari Kitab Kidung Agung 2:7, "Kusumpahi kamu putri-putri Yerusalem demi kijang-kijang atau demi rusa-rusa betina di padang, jangan kamu membangkitkan dan menggerakkan cinta sebelum diingininya". Bagian firman Tuhan ini mengingatkan kita cinta itu bukanlah sesuatu yang tidak bisa dikontrol dan kita tidak boleh membiarkan perasaan cinta itu yang mengontrol keputusan dan langkah hidup kita. Perasaan CLBK bisa muncul, wajar, natural, alamiah tetapi responsnya adalah pilihan kita. Mari jangan bangkit-bangkitkan, jangan permainkan api kecil CLBK itu supaya kita tidak digulung tenggelam akibat CLBK itu dan kita bisa punya alasan kembali menyelamatkan pernikahan kita, rumah tangga kita. Mari hadapilah masalah pernikahan dan rumah tangga kita, bukannya menghindar apalagi melarikan diri.
Y: Amin. Terima kasih banyak Pak Sindu untuk pencerahannya. Saya percaya ini bermanfaat buat ada yang sedang bergumul masalah pernikahan mereka dan tergoda untuk kembali ke cinta lama.
Para pendengar sekalian, terima kasih. Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Penginjil Sindunata Kurniawan, M.K, M.Phil. dalam acara Telaga, TEgur sapa gembaLA KeluarGA, kami baru saja berbincang-bincang tentang "Cinta Lama Bersemi Kembali" (CLBK). Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini, silakan menghubungi kami lewat surat, alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen atau LBKK, Jl. Cimanuk 56 Malang atau Anda dapat mengirimkan email ke telaga@telaga.org. Kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan. Akhir kata dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda. Sampai jumpa dalam acara Telaga yang akan datang.