Saudara-saudara pendengar yang kami kasihi dimanapun Anda berada, Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini tentang "Batsyeba di Mata Tuhan", kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian, dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
Lengkap
GS : Pak Paul, sering kali orang mendengar nama Batsyeba yang teringat adalah perzinahannya dengan Daud. Tetapi perbincangan kali ini kita mau membicarakan bagaimana pandangan Tuhan, dari sudut pandangan Tuhan tentang Batsyeba. Itu bagaimana Pak Paul, apakah itu nanti tidak bertolak belakang?
PG : Memang kalau kita membicarakan tentang kejatuhan Daud, kita menyebut nama Batsyeba, mengingat Batsyeba, tapi sebetulnya kita tidak memberi banyak perhatian terhadap wanita ini. Fokus kita dalah pada Daud sendiri, dan memang Daud adalah tokoh sentral, itu betul sekali.
Tapi justru melalui pembahasan kali ini Pak Gunawan, saya ingin mengajak para pendengar untuk melihat Batsyeba. Ternyata Tuhan tidak melupakan, meskipun Daud adalah tokoh sentral di Alkitab, tapi tetap Batsyeba itu mempunyai tempat di hati Tuhan. Dan kita akan melihat pemeliharaan Tuhan atasnya.
GS : Sebenarnya siapa Batsyeba itu Pak?
PG : Nah, Batsyeba itu pertama-tama adalah seorang istri perwira yang bernama Uria, tapi Batsyeba itu mempunyai darah birulah kalau kita boleh katakan itu. Kenapa? Sebab ayahnya Eliam itu adala salah seorang serdadu atau perwira, dan perwira yang cukup tinggi di dalam pasukan Daud.
Dan kakek Batsyeba itu adalah Ahitofel, Ahitofel adalah penasihat raja saat itu. Dan dikatakan di Alkitab bahwa nasihat Ahitofel dianggap seperti petunjuk dari Tuhan untuk mereka saat itu. Dengan kata lain, Ahitofel merupakan seorang yang sangat berpengaruh. Jadi bayangkan kakeknya seorang penasihat raja yang sangat berpengaruh, ayahnya seorang perwira yang juga menduduki tempat yang tinggi di dalam angkatan bersenjata Daud saat itu, suaminya juga adalah seorang perwira. Dengan kata lain, memang dia orang yang berdarah biru, jadi orang yang cukup terkenal. Tapi dalam kejatuhan Daud, akhirnya terjadilah tragedi yang sangat besar.
GS : Itu sebenarnya apa yang terjadi antara Daud dan Batsyeba itu?
PG : Alkitab mencatat bahwa Daud itu melihat Batsyeba sedang mandi, kemudian dia memanggil Batsyeba dan akhirnya mereka berdua berdosa, mereka berzinah. Dan setelah berzinah akhirnya Batsyeba iu hamil.
Waktu Batsyeba hamil, Batsyeba memberitahukan Daud dan paniklah Daud, dalam keadaan panik itu Daud memanggil suaminya yaitu Uria pulang, yang kebetulan memang sedang berada di medan pertempuran. Harapan Daud memanggil suaminya pulang adalah membujuk suaminya untuk pulang ke rumahnya, nah dia berharap nanti Uria pulang berhubungan dengan istrinya, bisa nanti dikatakan anak itu lahir prematur atau apa, namun hasil hubungan dengan suaminya sendiri sehingga dosa Daud bisa tertutupi. Apa mau dikata Uria menolak pulang, malam itu setelah diundang Daud makan dia tidur di depan pintu istana. Keesokan harinya Daud diberitahukan bahwa Uria tidak pulang, wah....dia mengajak pesta lagi dengan harapan Uria pulang ke rumah. Disuruh pulang, Uria tetap tidak pulang tidur di depan pintu istana raja. Waktu Daud bertanya kenapa tidak pulang, dia berkata: "Saya tidak bisa pulang sebab serdadu-serdadu saya sedang bertempur di padang belantara, masa saya pulang dan bersenang-senang dengan istri saya." Kita melihat sikap perwira yang luar biasa mulianya dari seorang yang bernama Uria. Begitu setia membela Daud, tapi Daud memang sudah gelap mata maka pada waktu dia gagal membujuk Uria pulang dan berhubungan dengan istrinya, dia menulis surat yang dibawa oleh Uria sendiri, dia bawa kepada Yoab panglima tertinggi saat itu dan meminta Yoab meletakkan Uria di barisan terdepan, agar bisa langsung mati terbunuh oleh musuh dan itulah yang terjadi. Dengan kata lain, waktu Uria pulang kembali ke medan pertempuran dia membawa surat kematiannya yang sudah diteken oleh raja Daud yang begitu dibelanya dengan penuh kesetiaan. Dan inilah kejahatan yang Daud lakukan dan kita tahu sambungan ceritanya, pada akhirnya Tuhan meminta nabi Natan menegur Daud dan Tuhan menjatuhkan sanksi kepada Daud.
GS : Pak Paul, kalau kita melihat kenapa begitu mudahnya si Batsyeba menyerahkan dirinya kepada Daud?
PG : Memang Alkitab tidak mencatat apa yang membuat Batsyeba itu menyerahkan dirinya begitu mudah kepada Daud. Jadi saya hanya bisa menduga Pak Gunawan, sekali lagi Batsyeba itu bukanlah orang ari lingkaran luar, dia itu berasal dari lingkaran dalam.
Jadi saya membayangkan sewaktu kecil, usianya Batsyeba dan Daud saya kira terpaut satu generasi sebab Daud itu sejajar dengan ayah Batsyeba, jadi kemungkinan besar Uria yang menikah dengan Batsyeba usianya juga masih muda. Dan kakeknya Ahitofel seorang yang lebih lanjut usia. Jadi saya membayangkan sewaktu Batsyeba kecil, mungkin sekali ayahnya Eliam sudah pernah membawanya ke istana, kakeknya mungkin pernah membawanya ke istana dan sebagai gadis kecil dia melihat Daud sebagai raja yang begitu berpengaruh dan Alkitab mencatat Daud adalah seorang yang tampan, ganteng. Jadi artinya apa, ya mungkin sekali sebagai anak gadis dia terpesona melihat raja yang begitu berwibawa dan begitu berpengaruh apalagi ganteng. Dan Alkitab tidak mencatat bahwa Batsyeba memberontak atau berteriak atau menuduh diperkosa, jadi ini memang sebuah perselingkuhan. Sebuah perselingkuhan antara seseorang yang sangat berwibawa, sangat berpengaruh, dengan seseorang yang mungkin terpesona kepadanya, jadi akhirnya memang dua-dua jatuh ke dalam dosa. Nah meskipun Daud dituntut Tuhan tanggung jawab yang lebih besar, tapi memang Batsyeba pun juga mempunyai andilnya, sebab Batsyeba pun bisa berteriak, bisa memberontak, dan itu tidak dilakukannya. Dia langsung tunduk dan mengikuti kemauan raja Daud. Nah, inilah awal dari bencana yang harus dihadapi oleh Batsyeba dan Daud.
GS : Bagaimana kelanjutan dari kisahnya Batsyeba ini Pak Paul?
PG : Yang ingin saya munculkan adalah penderitaannya Batsyeba. Pak Gunawan bayangkan ya, bahwa Batsyeba itu harus hidup dengan rasa bersalah, bahwa gara-gara dia gagal menolak permintaan Daud dngan kata lain dia gagal berkata tidak kepada Daud, maka suaminya mati terbunuh.
Dan saya yakin akhirnya Batsyeba tahu mengapa suaminya mati, dan dia akhirnya juga harus mengetahui bahwa suaminya yang sekarang inilah yang sebetulnya memerintahkan kematian suaminya yang pertama itu. Jadi coba bayangkan penderitaan seorang istri, seorang wanita yang masih muda yang berbuat kesalahan, namun dia harus menanggung perasaan bersalah yang sangat berat dan mencabik-cabik hidupnya. Bayangkan dia harus bersama seorang suami yang telah membunuh suami pertamanya, dan kenapa suaminya itu sampai membunuh suami pertamanya? Adalah karena andilnya juga. Dia tidak memberontak, dia tidak melawan, dia meng-iakan godaan dan bujukan dari Daud. Dengan kata lain dia turut mempunyai andil dalam kematian suaminya, dan mungkin sekali dia akan menyesali hidupnya, kenapa dulu saya tidak berkata tidak kepada Daud, kenapa saya harus menuruti keinginannya sampai suami saya harus mati. Jadi saya bisa bayangkan itulah penderitaan seorang Batsyeba dan mungkin sekali itu adalah bagian yang harus juga ditanggung oleh Batsyeba. Saya yakin Daud pun harus selalu mengingat perbuatan yang sangat salah itu, saya kira sampai mati pun Daud tetap mengingat bahwa dia pernah melakukan dosa yang begitu besar di hadapan Tuhan. Dia begitu berhati-hati menjaga nyawa orang, waktu Saul dapat dibunuhnya, dua kali tidak dibunuh oleh Daud. Daud berkata: Saya tidak akan membunuh orang yang Tuhan urapi. Serdadunya, panglima-panglimanya membujuk dia untuk membunuh Saul, raja yang sedang mencoba mengakhiri hidupnya, dia menolak. Dengan kata lain Daud mencoba memelihara hidup tapi sampai hatinya dia membunuh orang yang begitu baik kepadanya. Jadi saya yakin Daud pun dalam sisa kehidupannya hidup di dalam rasa bersalah yang sangat besar, demikian pulalah dengan Batsyeba. Jadi selama berpuluhan tahun dia menikah dengan Daud setelah itu saya percaya dia tidak pernah bisa melupakan seseorang yang bernama Uria suaminya yang pertama yang begitu mulia hatinya. Dan dia tidak bisa melupakan berbagian dalam kematian suaminya itu.
GS : Tetapi setelah diingatkan oleh nabi Natan, Daud sempat bertobat Pak?
PG : Dia bertobat dan di dalam Mazmur akhirnya Daud mencurahkan penderitaannya itu. Bahwa dia sepertinya merasa sakit sampai ke tulang-tulangnya, artinya hidup di dalam dosa atau menyembunyikandosa di dalam hidup itu membuat dia sakit sekali, membuat dia begitu menderita sekali.
Dan itulah yang akhirnya juga Daud ungkapkan. Nah, akhirnya memang Natan menegurnya dan Daud bertobat, dan kita tidak mendengar lagi tentang Batsyeba sampai lama sekali.
GS : Setelah itu kita mendengar atau membaca dalam Alkitab bahwa Salomo itu anak dari Batsyeba, Pak?
PG : Betul sekali, anak hasil perzinahan antara Daud dan Batsyeba meninggal dunia dan Tuhan kemudian mengaruniakan anak lagi dan dia adalah Salomo. Inilah anak yang Daud janjikan akan menjadi rja menggantikannya.
Nah, ini sesuatu yang menarik, sebab Daud sebelumnya sudah mempunyai banyak istri tapi dia tidak memilih salah satu anak yang terdahulu, dia justru menjanjikan Salomo yang akan menjadi seorang raja menggantikannya. Pada hari tuanya ternyata Daud itu tidak bisa lagi bersikap tegas, nomor satu kita tahu bahwa anaknya Absalom pernah memberontak dan akhirnya harus mati di tangan panglimanya sendiri. Terus kemudian anak yang berikutnya Adonia mencoba untuk menobatkan diri menjadi raja. Sebab memang kalau dari segi urutan jelas memang Adonia, tapi saya kira memang Adonia membuktikan dirinya sebagai seorang yang ambisius dan Tuhan tidak senang, bahkan Tuhan tidak memilih dia. Dia pasti tahu bahwa Salomo-lah yang telah ditunjuk, pasti Daud sudah pernah memberitahukannya bahwa nanti yang akan menggantikannya adalah Salomo. Rupanya Adonia tidak terima, sebab dia merasa setelah Absalom meninggal, dialah yang seharusnya menggantikan menjadi seorang raja dan di sini kita memang melihat hati seseorang yang begitu ambisius. Makanya Tuhan tidak mengizinkan dia menjadi raja dan akhirnya yang Tuhan akan angkat nantinya adalah Salomo.
GS : Yang menarik adalah kalau kita membaca dalam silsilah Tuhan Yesus, Salomo ini adalah nenek moyang Tuhan Yesus.
PG : Tepat sekali Pak Gunawan, nah yang indah yang ingin saya angkat adalah pertama kali kita mendengar Batsyeba, kita mendengar tentang istri, seorang wanita muda yang gagal berkata tidak, tap kedua kali kita mendengar tentang Batsyeba kita membaca tentang seorang wanita yang sudah tua namun bijak.
Sehingga dia berani berkata tidak kepada Daud. Nabi Natan yang menyuruh Batyeba menghadap kepada Daud dan berkata tolong beritahukan, ingatkan raja Daud, dia sudah berjanji untuk mengangkat Salomo menjadi raja. Nah sebetulnya Batsyeba bisa berkata tidaklah, tidak apa-apa biarkan saja Daud mau mengangkat Adonia, biarkan saja. Tapi kali ini Batsyeba berkata tidak kepada Daud, dengan kata lain Batsyeba berani untuk menentang kehendak raja. Dia berani menagih janji raja Daud, "Engkau berjanji, Salomo-lah yang akan menggantikanmu kok sekarang engkau diam saja Adonia menobatkan dirinya." Nah akhirnya Daud diingatkan akan janjinya itu, sadar bahwa dia keliru, jadi dia langsung meminta nabi Natan untuk menobatkan Salomo menjadi raja. Jadi kita melihat suatu perubahan di sini Pak Gunawan, dari seorang wanita muda yang tidak bijaksana, Batsyeba berubah menjadi seorang wanita tua yang bijaksana. Dari seseorang yang tidak bisa berkata tidak, menjadi seseorang yang berani berkata tidak, dan dalam perubahannya itulah kita melihat anugerah Tuhan. Bukan dari wanita-wanita yang lain, bukan dari istri-istri Daud yang lain, Tuhan memilih kakek moyang dari Tuhan Yesus tapi justru dari seorang Batsyeba yang pernah jatuh ke dalam dosa. Nah di sini kita melihat betapa luas dan besarnya anugerah Tuhan kepada manusia.
GS : Tetapi di dalam hal ini, apakah berarti Tuhan itu lalu melupakan begitu saja dosa yang diperbuat oleh Batsyeba itu?
PG : Saya percaya Tuhan sudah melupakannya Pak Gunawan, Tuhan tahu Batsyeba itu berbuat kesalahan, di usia mudanya dia pernah salah dan Tuhan sudah menghadirkan hukuman baginya. Saya percaya betahun-tahun dia harus hidup dalam rasa bersalah dan penderitaan batin yang berat, namun Tuhan tidak melupakan Batsyeba.
Saya percaya naiknya Salomo menjadi seorang raja, itu mengobati hati Batsyeba, dia akhirnya bisa melihat Tuhan tidak melupakannya. Dari keturunannyalah muncul seorang raja, dan kita tahu Salomo menjadi seorang raja yang begitu berhasil, begitu mulia, begitu gemilang dengan kemewahan dan dengan hikmat dan itu adalah saya kira obat yang bisa menghibur hati Batsyeba sebagai seorang ibu.
GS : Jadi setiap orang memang bisa salah seperti halnya yang dialami oleh Batsyeba, tapi satu hal yang kita tahu dengan pasti Tuhan yang Maha Pengampun itu.
PG : Tuhan mengampuni, dan jangan terus-menerus kita menghukum diri. Kadang kala kitalah yang tidak bisa mengampuni diri dan terus-menerus mendakwa diri. Tuhan sudah melupakan dosa itu, dan untk membuktikan Tuhan sudah melupakan, Tuhan itu bukan saja membiarkan Batyeba hidup tapi Tuhan kemudian melimpahkan Batsyeba dengan kemuliaan, akhirnya putranyalah yang menjadi seorang raja.
Seolah-olah Tuhan ingin berkata kepada Batsyeba: "Batsyeba, Aku tidak melupakanmu, Aku tidak mencampakkanmu. Engkau pernah salah tapi Aku tidak mencampakkanmu." Ini berita yang perlu didengar oleh kita semua Pak Gunawan, kadang kala kita yang telah berdosa akan berkata sudahlah Tuhan sudah mencampakkan saya, membuang saya seumur hidup. O.....tidak, Tuhan tidak mencampakkan, tangan Tuhan senantiasa terbuka untuk memanggil dan menyambut kita pulang kembali ke rumahNya dan tidak ada yang akan Dia campakkan kalau mau pulang ke rumahNya. Uluran tanganNya selalu terbuka untuk kita yang mau kembali kepadaNya.
GS : Tapi sering kali sikap orang-orang di sekitarnya itu Pak Paul, kalau melihat seseorang atau mengetahui seseorang yang sudah jatuh dalam dosa langsung orang itu justru disingkirkan tidak dimasukkan di dalam kelompoknya, tidak diterima lagi di dalam kelompok itu.
PG : Ini yang mesti kita koreksi Pak Gunawan, saya kira kita itu memang tidak terlalu mudah mengampuni orang. Kalau orang telah bersalah kita cenderung mengingatnya supaya jangan sampai kita tekena lagi akibat dari kesalahan orang tersebut.
Tapi kita mesti melihat orang seperti Tuhan melihat orang. Tuhan melihat orang dengan mata percaya dan keinginan memberikan kesempatan yang kedua, jadi prinsip inilah yang juga harus kita terapkan dalam kehidupan dengan sesama, beri kesempatan kedua. Ada orang yang hanya bersedia memberi kesempatan pertama dan sebetulnya itu bukan kesempatan memang seharusnya begitu, tapi waktu orang bersalah kita tidak mau memberikan kesempatan kedua. Saya kira berilah kepercayaan bahwa seseorang itu akan membuktikan dirinya dan mencoba untuk berubah jadi berikan kesempatan kepada dia untuk membuktikan dirinya, berikan kesempatan kedua. Di sini kita melihat Tuhan tidak tanggung-tanggung di dalam memberikan kesempatan kedua kepada Batsyeba, Tuhan akhirnya menunjuk putranya menjadi seorang raja. Dan bukan hanya itu, dari Salomo-lah, dari garis keturunan Batsyeba-lah muncul seorang Tuhan Yesus.
GS : Hal ini mengingatkan saya khususnya tentang kisah yang dicatat di dalam Injil, di mana ada seseorang yang berzinah yang dibawa kepada Tuhan Yesus. Pada saat itu Tuhan Yesus memang diperhadapkan pada suatu masalah yang sangat sulit sekali itu.
PG : Sangat sulit, karena menurut hukum Taurat seharusnya wanita itu memang dirajam dengan batu sampai mati. Namun yang Tuhan lakukan sangatlah radikal, sangatlah penuh dengan sentuhan kasih yag luar biasa.
Tuhan hanya menunduk, menulis-nulis di tanah kemudian Tuhan berkata: "Barangsiapa yang tidak berdosa, silakan lempar batu pertama." Tidak ada yang berani melempar, langsung satu per satu mereka pergi meninggalkan wanita itu. Dan yang Tuhan tanyakan dan katakan kepada wanita itu luar biasa sangat indah, Tuhan hanya berkata: "Di manakah orang-orang yang tadi itu ingin menghukummu?" "Sudah pergi, Tuhan." Dan Tuhan berkata: "Pulanglah, dan jangan berdosa lagi." Tuhan juga tidak menghukumnya, artinya apa, Tuhan mengampuni. Kadang-kadang kita melihat Tuhan itu sebagai Tuhan yang begitu bergebu-gebu mau menghukum kita, tidak. Tuhan menghukum di dalam bingkai kasih, kasih Tuhan itu selalu bingkainya. Tuhan bukanlah Tuhan yang mau menghukum dan kadang-kadang mengasihi, Dia Tuhan yang mengasihi dan dalam kasihNya Dia menghukum kita. Kalau sampai Dia menghukum, itu adalah tindakan yang keluar dari kasihNya bukan dari kebencianNya. Ini terlihat jelas dalam contoh Batsyeba ini. Kita bisa melihat Yesus lahir dari garis keturunan Batsyeba, artinya apa, Tuhan tidak malu lahir dari seseorang atau lahir dari garis keturunan seseorang yang telah jatuh dalam dosa perzinahan, bahkan sebelumnya ada seorang wanita lagi yang bernama Rahab. Kita tahu Daud berayahkan Isai, Isai berayahkan Obed, Obed berayahkan Boas, Boas beristrikan Rut, Rut itu seorang yang berkebangsaan Moab. Seorang yang dianggap kafir oleh orang Israel, orang yang dianggap buangan, dari Rutlah juga muncul seorang Daud dan dari Daudlah akhirnya muncul Salomo dan dari Salomo akhirnya muncul Tuhan Yesus. Namun di atasnya lagi ada seseorang yang bernama Rahab dan Tuhan tidak malu-malu. Rahab adalah seorang apa sebelum dia menikah dengan seorang Israel waktu di Yerikho, seorang perempuan yang tidak benar. Jadi sekali lagi kita melihat kasih Tuhan begitu besar, Dia memakai orang berdosa untuk menjalankan dan menggenapi rencana keselamatanNya. Dia tidak anti orang berdosa, Dia anti dengan orang yang tidak mau bertobat itu betul. Tapi orang berdosa yang mau bertobat, Dia akan sayangi, Dia akan bukakan pintu dan Dia akan pakai. Sebagai contohnya adalah Batsyeba.
GS : Bagaimana Pak Paul, sikap seseorang yang harus dia lakukan tatkala dia menyadari bahwa Tuhan sudah mengampuni, tapi lingkungannya masih belum mau menerima dia?
PG : Saya kira dia harus jalan terus, dia harus jalan terus dan berkeyakinan bahwa yang terpenting Tuhan sudah mengampuninya. Dan dia buktikan diri di hadapan Tuhan dan di hadapan orang bahwa da telah berubah, sebab yang dituntut adalah buah pertobatannya itu.
Nah, silakan dia membuktikan diri dan biarkan nanti orang melihat dan perlahan-lahan akhirnya mengubah sikap mereka sehingga bisa menerimanya.
GS : Ya memang itu membutuhkan waktu dan kesabaran Pak Paul, sering kali orang tidak sabar kemudian putus asa.
PG : Betul sekali Pak Gunawan, dan saya kira memang uluran tangan, penerimaan itu penting sekali bagi orang yang telah jatuh. Contohnya di sini adalah nabi Natan, siapakah yang dicatat kemudiandatang mengingatkan Batsyeba bahwa anakmulah Salomo yang harus menjadi seorang raja? Nabi Natan, nabi yang sama yang menegur Daud waktu Daud berzinah dengan Batsyeba, nabi yang sama inilah yang akhirnya mengajak Batsyeba untuk berbicara kepada raja Daud.
Dengan kata lain, kita bisa di sini membayangkan yang telah terjadi, bahwa setelah nabi Natan menegur Daud, nabi Natan itu ternyata masih mempunyai hubungan yang baik dengan Batsyeba. Dia memperhatikan perempuan ini, dia tidak mencampakkan perempuan ini, maka pada akhirnya waktu Daud mengambil tindakan yang keliru tidak menobatkan Salomo, Natan memerlukan diri berbicara kepada Batsyeba, ia menunjukkan kepeduliannya. Nah, kita melihat di sini seorang hamba Tuhan seperti Natan tetap memelihara hubungan, menjaga, memelihara domba yang pernah jatuh ini dan tidak mencampakkannya.
GS : Saya percaya pada saat ini sangat dibutuhkan orang-orang yang berhati seperti Natan, seperti Batsyeba yang mau bangkit dari kejatuhannya, karena tantangan kehidupan ini memang luar biasa. Kita tidak pernah mentolerir akan dosa-dosa seperti ini, tapi kalau seseorang jatuh kita percaya bahwa Tuhan mengampuni dia. Terima kasih sekali Pak Paul, untuk perbincangan kali ini. Para pendengar sekalian kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Batsyeba di Mata Tuhan". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini, silakan Anda menghubungi kami lewat surat, alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen atau LBKK Jl. Cimanuk 58 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id. Kami juga mengundang Anda untuk mengunjungi situs kami di www.telaga.org. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan banyak terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.