Lengkap
Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini tentang "Apakah Pornografi". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
GS : Mengenai Pornografi memang pernah terjadi kesimpang siuran di negara kita sehingga Undang-Undang Pornografi sampai sekarang tidak tuntas-tuntas, masalahnya pengertian pornografi sendiri itu apa? Batasannya itu bagaimana, Pak Paul?
PG : Memang kalau kita mau membahasnya secara sosial, secara ilmu itu sendiri memang akan terjadi perdebatan, batasnya sejauh manakah sesuatu itu menjadi porno dan sebagainya. Saya kira saya in tidak akan sanggup memberikan definisi yang sangat tepat dan bisa diterima oleh semua orang.
Jadi saya akan kembali lagi kepada Firman Tuhan karena itulah landasan kita. Di dalam bahasa Yunani kata porno berasal dari kata "Porneo", yang menarik dari kata Porneo ini sebetulnya berarti percabulan dan inilah kata yang digunakan Firman Tuhan. Jadi waktu Firman Tuhan berkata jauhilah percabulan, itulah kata yang digunakannya yaitu Porneo. Porneo atau porno sebetulnya adalah gambar percabulan. Jadi dari kata itu sendiri memang sebuah kata yang sudah seratus persen adalah sebuah kata berdosa karena arti harafiahnya adalah gambar percabulan. Kita tahu pada zaman sekarang gambar-gambar ini disebarkan lewat berbagai teknologi komunikasi dan juga film-film. Jadi sekarang melalui ponsel, melalui internet dan juga film-film kita akhirnya mendapatkan gambar-gambar porno ini. Kita memahami bahwa percabulan dalam hubungan seks yang dilakukan di luar pernikahan dan ini sesuatu yang tidak diperkenankan Tuhan sebab Firman Tuhan di 1 Tesalonika 4:3 berkata, "Karena inilah kehendak Allah: pengudusanmu, yaitu supaya kamu menjauhi percabulan." Jadi dari etimologi istilah pornografi kita bisa menyimpulkan bahwa tujuan jiwa dari pornografi adalah mempromosikan percabulan atau seks yang tidak diperkenan Tuhan.
GS : Memang didalam pendefinisian atau pemahaman seseorang tentang pornografi, seringkali berkata, "Saya tidak melakukan perbuatan cabul itu" artinya tidak ada interaksi seks dengan lawan jenis yang lain sehingga dia merasa ini bukan sesuatu hal yang melanggar Firman Tuhan, Pak Paul?
PG : Dosa terjadi bukan tatkala kita berhubungan senggama, dosa terjadi di dalam pikiran kita maka Tuhan berkata di Matius 5 :27-28, Firman Tuhan berkata "Jangan berzinah. Tetapi Aku berkata keadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya."
Jadi di sini Tuhan menegaskan cakupan dosa bahwa dosa itu bukan dimulai tatkala kita bersenggama dengan orang yang bukanlah pasangan nikah kita, dosa dimulai di dalam pikiran kita tatkala kita bernafsu dan mau melakukan hubungan dengan seseorang dalam pikiran kita itu. Jadi sekali lagi kalau orang berkata, "Ini bukanlah dosa dan sebagainya" itu salah ! Apa yang terjadi di dalam pikiran kita itu sudah menjadi sebuah dosa.
GS : Kalau seseorang berkata setelah melihat gambar itu dia tidak punya pikiran untuk berdosa artinya tidak punya keinginan untuk berbuat cabul, itu bagaimana, Pak Paul?
PG : Saya menegaskan bahwa pornografi memang berarti gambar percabulan. Jadi dengan kata lain ini adalah sebuah dosa, pornografi itu sendiri adalah sebuah dosa karena nomor satu berisikan percaulan, gambar itu adalah gambar manusia yang melakukan percabulan kemudian direkam atau diabadikan lewat foto dan sebagainya, itu adalah sebuah percabulan.
Dan yang nomor dua pornografi adalah sebuah bisnis yang mempromosikan percabulan maka orang membelinya. Dengan kata lain, kalau orang melihatnya kemudian tidak merasakan apa-apa, itu pun mustahil kalau dia manusia normal pasti dia akan merasakan sesuatu. Tapi anggap saja dia tidak merasakan apa-apa, dengan dia mengkonsumsi pornografi maka dia membantu bisnis-bisnis yang mempromosikan percabulan itu sendiri. Jadi tetap pornografi itu sendiri adalah dosa, apa pun yang kita lakukan dengan dosa adalah dosa.
GS : Dan bagaimana kalau pornografi itu terjadi di dalam suatu pernikahan, Pak Paul?
PG : Memang pernah ada yang berkata, "Tidak apa-apa kalau saya dan pasangan saya menonton film-film porno di dalam kamar tidur kami sendiri dan tidak dikonsumsi oleh orang lain atau anak-anak, anya kami berdua saja, tujuannya hanyalah untuk menolong kami menambah keintiman dan kemesraan dalam hubungan suami istri apa salahnya!" Saya mau tegaskan bahwa tidak ada yang benar dari pornografi sebab tujuan akhirnya adalah perbuatan dosa yang melawan Tuhan.
Jadi dimana pun dan dalam konteks apa pun pornografi tidak dibenarkan. Misalnya ada orang yang berargumen seperti itu, artinya bagi mereka kalau tujuannya baik, kenapa tidak boleh menggunakan cara yang kami gunakan ini. Argumen ini salah ! Ada beberapa alasan kenapa saya katakan salah. Pertama, dosa adalah dosa dan menggunakan dosa sebagai sarana mencapai tujuan tertentu tetap adalah dosa. Jadi kita tidak bisa berkata "Tujuannya baik, tidak apa-apa menggunakan cara dosa" cara yang sudah salah itu menjadikan perbuatan kita berdosa apa pun tujuannya. Ingatlah bahwa Allah menuntut korban penebusan dosa bahkan untuk dosa yang dilakukan dengan tidak sengaja. Jadi jangankan dosa pornografi yang jelas-jelas kita lakukan dengan sengaja, bahkan untuk dosa yang kita tidak sengaja pun Tuhan menuntut korban penebusan dosa. Argumen yang kedua adalah tujuan tidak membenarkan sarana. Kalau orang berkata, "Tujuannya baik, kami makin mesra dan sebagainya" itu salah! Saya berikan contoh yang ekstrem, Hitler ingin melihat bangsanya menjadi tuan atas negaranya dan untuk itu dia membunuh 6 juta orang Yahudi. Apakah kita berkata, "Oh tujuan Hitler baik, mau menjadikan bangsanya tuan di negaranya", tidak mungkin! kita tidak akan berkata tujuannya baik maka boleh dan silakan membunuh 6 juta orang. Jadi tujuan Hitler tidak membenarkan sarana salah yang digunakannya. Kalau suami istri berkata, "Saya hanya mau melakukannya dalam kamar tidur saya, supaya kami berdua dapat berhubungan seksual dengan lebih baik," itu tidak! Tujuan tidak membenarkan perbuatan yang salah. Yang ketiga adalah seks merupakan pemenuhan hasrat dan kasih kepada seseorang dan orang ini seharusnya adalah pasangan nikah kita sendiri. Sewaktu sarana pornografi digunakan maka sesungguhnya hasrat yang timbul bukanlah tertuju dan disebabkan oleh pasangan lagi melainkan oleh pemeran pornografi itu, dengan kata lain orang yang melakukan pornografi dalam pernikahan adalah orang yang membohongi baik dirinya maupun pasangannya sendiri. Jadi sekali lagi tidak ada yang dapat dibenarkan dengan penggunaan pornografi dalam konteks apa pun termasuk dalam konteks pernikahan.
GS : Hal ini digunakan untuk merancang fantasi seseorang, katakan tidak menggunakan suatu objek pornografi seperti itu, apakah fantasi itu juga tidak bisa dibenarkan, Pak Paul?
PG : Bukankah hubungan seksual yang dimaksudkan Tuhan adalah hubungan kita dengan pasangan kita, jadi seharusnya yang menjadi objek rangsangan atau penyebab timbulnya rangsangan adalah pasangannikah kita sendiri.
Orang yang mulai berfantasi sebelum melakukan hubungan seksual pada akhirnya memang berhasil melakukan hubungan dengan pasangannya tetapi sesungguhnya dalam kenyataan dia tidak berhubungan dengan pasangan, sebenarnya yang menggugah gairahnya bukan lagi pasangannya tapi objek lain atau individu lain, maka tidak dibenarkan. Lebih baik kita berusaha keras sedapat-dapatnya untuk terus menggali relasi seksual dengan pasangan kita dan memaksimalkannya. Apa pun hasilnya itulah yang kita terima karena itulah yang Tuhan telah berikan kepada kita.
GS : Pak Paul, sebenarnya apa yang membuat seseorang begitu tertarik dengan pornografi, karena dari anak-anak sekali pun sudah punya kebutuhan katakan seperti itu.
PG : Saya setuju Pak Gunawan, bahwa sedikit orang yang tidak tahu bahwa pornografi merupakan dosa yang melawan Tuhan, saya kira banyak orang yang menyadarinya namun masalahnya adalah kita tetapmelakukannya.
Ada beberapa alasannya oleh karena pornografi merupakan dosa maka sekali dosa melingkari leher akan susah bagi kita untuk melepaskannya. Inilah sifat dosa yang mesti kita camkan yaitu dosa datang untuk tinggal dan tinggal untuk menguasai, dosa tidak pernah datang untuk singgah kemudian meninggalkan kita tapi dosa datang untuk tinggal. Kalau dia tinggal, dia tidak tinggal numpang di kamar yang paling kecil tapi dia tinggal untuk menguasai satu rumah hidup kita. Jadi kita bisa simpulkan bahwa dosa adalah alat ampuh iblis untuk menjauhkan kita dari Tuhan, sebab waktu kita berdosa kita merasa kita tidak layak datang kepada Tuhan, kita tidak mau datang berdoa kepada Tuhan bahkan ada yang berkata bahwa, "Ya sudah terlanjur, sudah masuk ke dalam dosa maka sekalian mandi saja supaya basah." Maka iblis akan bersorak-sorai karena tujuannya tercapai, oleh sebab itulah iblis terus mendorong kita berbuat dosa dan sekali dia berhasil masuk maka ia tidak akan melepaskan cengkeramannya. Dan menurut saya sarana iblis untuk mencengkeram manusia yang paling kuat, paling ampuh dan paling universal adalah melalui pornografi.
GS : Dan itu memang sesuatu yang menarik pada awalnya Pak Paul, karena itu anak-anak pun tertarik untuk melihatnya.
PG : Memang secara kodrati, kita manusia mempunyai hasrat seksual, maka kita sudah memiliki keingintahuan tersebut. Dengan semaraknya pornografi maka keingintahuan itu akhirnya bertemu dengan twaran-tawaran yang begitu semarak dengan kita.
Jadi saya simpulkan pornografi adalah dosa yang berkaitan dan menyentuh kodrat manusiawi kita yang terlemah yaitu nafsu. Memang Tuhan memperlengkapi kita dengan nafsu, nafsu ini memang bukan ciptaan manusia tapi memang adalah pemberian Tuhan namun Tuhan memberikan nafsu untuk digunakan sebagai penambah kenikmatan tapi harus dilakukan dalam ikatan nikah, ini yang Tuhan tetapkan. Iblis mengeluarkan nafsu dari ikatan nikah dan membuatnya berdiri sendiri dengan bebas. Masalahnya adalah nafsu yang berdiri bebas akan berubah menjadi monster yang liar. Itu sebabnya pornografi sukar tanggal, ia bersemayam di tahta nafsu di dalam diri kita.
GS : Tetapi betapa pun kuatnya dosa pornografi, pikiran-pikiran cabul ini tapi dengan kuasa Roh Kudus saya yakin orang seperti itu bisa ditolong.
PG : Bisa, yang diperlukan adalah usaha tak pernah menyerah untuk kembali dan kembali lagi kepada Tuhan dan benar-benar menggenangi hati kita dengan FirmanNya sehingga perlahan-lahan kekuatan dri Firman Tuhan itu akan menjadi bagian dari diri kita sehingga kita lebih mampu untuk menolak godaan tersebut.
GS : Memang kadang-kadang bukan hanya dalam bentuk gambar, Pak Paul. Tetapi ada suatu ungkapan-ungkapan atau tulisan-tulisan yang mengarah dan membuat orang itu lalu berpikiran kotor.
PG : Betul. Dan sekali lagi hal-hal itulah yang memang digunakan oleh banyak orang untuk kepentingan usahanya atau bisnisnya, dengan cara itulah dia bisa menjual barang-barang produknya.
GS : Dan kita berpikir kadang-kadang yang namanya pornografi itu gambar-gambar tertentu, hanya simbol simbol tertentu tapi orang yang melihat hal itu pikirannya akan mengarah ke sana, Pak Paul?
PG : Betul, Pak Gunawan dan sekali lagi hal-hal inilah yang memang menjual produk-produk yang ditawarkan maka akhirnya banyak hal yang dikaitkan dengan pornografi, dengan seks dan sebagainya. Msalkan juga lelucon rendahan selalu menggunakan seks karena akan membuat orang tertarik untuk mendengarkannya.
Jadi itu adalah sebuah sarana untuk menarik perhatian orang, sekali lagi seks merupakan bagian yang integral dengan kehidupan kita dan nafsu adalah bagian dari hidup kita pula. Maka seks atau pornografi menjadi sebuah kekuatan yang sangat besar untuk bisa mencengkeram kita. Namun ada satu hal lagi yang mesti saya angkat, kenapa susah sekali lepas dari cengkeraman itu karena pada akhirnya pornografi bisa memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang masih ada dalam diri kita. Jadi dengan kata lain pornografi seringkali digunakan sebagai pengganti pemenuh kebutuhan yang sesungguhnya. Misalkan kalau kita dibesarkan dalam keluarga dimana kita kurang dikasihi, maka akhirnya kita terjerat pornografi karena pornografi membuat kita sejenak menghilangkan kebutuhan kasih itu sedangkan untuk sementara kita bisa memperoleh kelegaan. Jadi dengan kata lain pornografi memang bisa mengisi meskipun secara sementara, dan secara semu dan secara salah. Dia mengisi kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi itu.
GS : Tetapi ini pemenuhan yang salah Pak Paul, yang bukan pada tempatnya. Itu seringkali terjadi karena pergaulan banyak remaja yang tadinya secara tidak sengaja melihat gambat-gambar porno ini, itu bagaimana, Pak Paul?
PG : Sekali lagi jika gambar-gambar itu dilihat oleh anak-anak usia belasan tahun maka akan benar-benar menjadi sesuatu yang mengisi keingintahuan kita karena secara alamiah inilah bagian pertubuhan atau perkembangan kita.
Maka kita ini ingin sekali untuk mengetahuinya. Pada waktu anak-anak mempunyai kesempatan untuk melihatnya, yang paling sering terjadi adalah gambar itu benar-benar akan masuk dan tinggal di dalam benaknya. Ada satu istilah dalam psikologi yang disebut "Imprinting" yaitu mencetak, sesuatu yang muncul yang dieksposkan pada diri kita pada usia yang muda pada usia 11 atau 12 tahun. Pada umumnya itu akan benar-benar mencetak meninggalkan jejak dan menimbulkan bekas dalam hidup kita, sehingga dari titik itu keingintahuan kita bukan malah berkurang, tapi makin bertambah. Yang kedua adalah keingintahuan kita untuk melakukannya juga makin bertambah bukan makin berkurang sebab sekali lagi pada usia yang masih terlalu muda, memang belum semestinyalah kita melakukan atau mengalami hal seperti itu, maka penting bagi orang tua atau anak-anak untuk menjaga diri jangan sampai anak-anak diperdaya oleh kata-kata seperti ini "Tidak apa-apa, tidak ada efek buat kamu, kamu akan lupakan ini," itu tidak! Justru kalau kita melihatnya pada usia muda, kita tidak akan bisa melupakan.
GS : Pak Paul tadi katakan ada kebutuhan atau sesuatu kekosongan di dalam diri anak misalnya tentang kasih yang tidak terisi kemudian diisi dengan pornografi. Dan sebenarnya kekurangan ini harus diisi dengan apa, Pak Paul?
PG : Sesungguhnya ini memang tugas orang tua mengisi kebutuhan anak, misalnya bukankah semestinya orang tua berada di rumah tatkala anak pulang ke rumah sehingga orang tua bisa mengayomi anak, engawasinya, memberikan limpahan kasih sayang dan sebagainya.
Namun yang seringkali terjadi saat ini adalah justru tidak seperti itu. Cukup banyak anak-anak sekarang yang waktu pulang menjumpai rumah yang kosong, dan ada orang tua yang sampai di rumah jam 9 malam, sudah tentu kalau pulang malam maka mereka akan letih sehingga tidak punya banyak waktu untuk diberikan kepada anak-anak. Masalahnya adalah dalam masa pertumbuhan itulah, yang dibutuhkan anak yaitu pergaulan dengan orang tua, kasih sayang, perhatian dan juga terutama pengawasan. Anak-anak yang pulang ke rumah menjumpai rumah kosong akan lebih berkemungkinan terjerat pornografi dibandingkan dengan anak-anak yang begitu pulang akan bertemu dengan orang tuanya dan diajak berbicara, diajak untuk bercengkerama, diajak untuk bergurau, dikasihi dan sebagainya. Kesempatan dan kemungkinan untuk terlibat dalam pornografi akan mengecil di dalam rumah tangga yang seperti itu.
GS : Apakah mungkin masih ada alasan lain mengapa pornografi itu sukar untuk dilepaskan sebagai jerat yang sulit untuk dilepaskan, Pak Paul?
PG : Satu lagi adalah pornografi kadang digunakan untuk mengurangi ketegangan yang dirasakan, dengan kata lain pornografi menjadi alat untuk mengobati yang luka atau masalah yang meradang. Kenimatan pornografi bekerja sedemikian rupa sehingga sejenak kita akan melupakan masalah dan untuk sementara kita akan mengalami pengobatan kendati semu.
Maka orang-orang yang mempunyai masalah kejiwaan, kehampaan, kekosongan hidup dan sebagainya menjadi kandidat-kandidat terlibat dalam pornografi sebab sekali lagi pornografi seolah-olah bisa mengurangi ketegangan, kesusahan hatinya, dia bisa melupakan sejenak masalahnya dan mendapatkan pengobatan sementara meskipun salah. Yang menjadi masalah lagi adalah mencandu dan orang akhirnya mencari dan mencari terus, dia juga tidak bisa lagi memikirkan hal yang lain akhirnya pikirannya hanya dipenuhi dengan pornografi atau hal-hal yang bersifat seksual. Inilah yang akhirnya merusak pikirannya.
GS : Berarti apa yang dilihat lewat pornografi itu menguasai sebagian besar dari pikirannya, Pak Paul?
PG : Pasti. Jadi waktu dia melihat orang, dia akan melihat dari sudut seksual. Waktu dia bergaul dengan orang, dia juga akan melihatnya dari sudut seksual. Jadi segala hal mudah sekali dikaitka dengan hal-hal yang bersifat seksual, bukankah itu sesuatu yang tidak seharusnya terjadi sebab Tuhan tidak menginginkan kita melihat orang dari segi seksual.
Dengan kata lain kalau kita melakukan hal itu, kita hanya menjadikan seseorang itu sebagai objek nafsu kita. Dan manusia bukanlah sebuah objek nafsu, seharusnya objek nafsu kita adalah pasangan kita sendiri. Tuhan tidak menghendaki relasi manusia itu hanya diwarnai oleh hal-hal seperti itu.
GS : Tetapi Pak Paul, seringkali kita menjumpai entah itu dalam bentuk lukisan atau dalam bentuk patung yang dipamerkan di tempat-tempat umum itu tidak dianggap sebagai sesuatu hal yang porno, Pak Paul, padahal itu patung yang telanjang, atau gambar seorang wanita yang tidak memakai busana secara lengkap tapi orang tidak menyebutnya sebagai sesuatu pornografi.
PG : Saya kira yang terjadi adalah sebuah pembohongan, Pak Gunawan. Sebab seolah-olah orang yang bisa menikmati orang yang telanjang tapi tidak merasa apa-apa itu berarti sudah menempati kelas inggi di dalam masyarakat, di dalam cara berpikir, orang inilah yang menghargai seni.
Sebetulnya semua yang dilakukan itu adalah memang merupakan bagian dari pornografi, sebab sewaktu orang menggambarnya, dia pun harus menggambarnya berhadapan dengan orang yang telanjang itu. Kenapa dia menggambarnya seperti itu? Orang menyebutnya "keindahan", apakah di dalam berbusana tidak bisa menampakkan keindahan? Kenapa harus dibuka semuanya. Jadi sekali lagi itu adalah upaya membohongi diri dan dengan kita berkata, "Oh begitu indahnya" kita bahas dari sudut ilmiah dan sebagainya, seolah-olah kita adalah mesin yang bisa dipengaruhi, bukankah kita sedang mengelabui diri sendiri. Kita manusia normal kita melihat hal itu maka kita akan seharusnya tergugah kecuali kalau kita manusia tidak normal. Jadi kalau orang yang tidak tergugah bukannya berkelas tinggi tetapi memang kurang normal.
GS : Tetapi ada orang yang mengatakan begini, Pak Paul, sekali pun orang itu berbusana lengkap tapi kalau pikiran kita memang merupakan pikiran yang sudah dikotori oleh hal-hal yang berbau porno, maka tetap itu menjadi sesuatu hal yang tidak betul, Pak Paul.
PG : Betul sekali. Kalau dengan berbusana saja kita bisa mempunyai pemikiran yang kotor apalagi kalau melihat yang tidak berbusana, bukankah orang akan lebih berpikir yang aneh-aneh. Makanya kaau ada orang berkata, "Tergantung pada pikirannya," tapi juga tergantung pada apa yang kita lihat.
Bagaimana pun juga harus ada pengakuan bahwa apa yang kita lihat itu akan mempengaruhi kita.
GS : Pak Paul, apakah yang Firman Tuhan katakan sehubungan dengan ini?
PG : Saya akan bacakan dari 1 Korintus 6:13, "Makanan adalah untuk perut dan perut untuk makanan: tetapi kedua-duanya akan dibinasakan Allah. Tetapi tubuh bukanlah untuk percabulan, melainkan utuk Tuhan, dan Tuhan untuk tubuh."
Sekali lagi tubuh bukanlah untuk percabulan melainkan untuk Tuhan dan Tuhan untuk tubuh. Jadi Tuhan dan tubuh adalah yang dibicarakan di sini, Tuhan akan menempati tubuh kita. Jadi kita harus mempersiapkan, membersihkan tubuh kita menjadi tempat yang layak bagi Tuhan untuk diam di dalam tubuh kita ini. Bagaimanakah bisa melayakkan diri kalau kita mengisi tubuh kita dengan hal-hal yang tidak berkenan di hadapan Tuhan, kita mengotori tubuh ini? Maka bersihkanlah tubuh kita, bersihkanlah pikiran kita agar menjadi tempat yang layak bagi Tuhan.
GS : Jadi memang akan lebih aman orang untuk tidak mencoba-coba mengintip atau melihat pornografi itu sebagai apa pun juga yang dia tafsirkan, Pak Paul?
GS : Menjauhi itu lebih baik dari pada menyerempet bahaya seperti itu. Pak Paul, kita baru bicara tentang apa itu pornografi dan mungkin pada kesempatan yang lain kita akan bersama-sama memperbincangkan tentang bahaya pornografi atau dampak negatif dari pornografi itu sendiri, Pak Paul. Terima kasih Pak Paul untuk perbincangan kali ini. Dan para pendengar sekalian kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Apakah Pornografi". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 58 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan. Akhirnya dari studio kami mengucapkan terimakasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara Telaga yang akan datang.
Comments
Reinhart
Rab, 06/07/2011 - 1:15pm
Link permanen
syalom