Saudara–saudara pendengar yang kami kasihi dimanapun Anda berada, Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling. Perbincangan kami kali ini akan membahas tentang "Air Menjadi Anggur". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
GS : Dari judulnya, mungkin para pendengar sudah tahu kemana arah pembicaraan kita ini ya, Pak Paul. Tetapi baiklah kita coba lanjutkan sebenarnya ada banyak pelajaran dari peristiwa air menjadi anggur ini.
PG : Betul, Pak Gunawan. Jadi kita akan melihat sebuah peristiwa dimana Tuhan Yesus mengubah air menjadi anggur di sebuah pesta perkawinan di Kana. Cerita ini ditulis di Injil Yohanes 2:1-11 sebagaimana dikatakan oleh Yohanes, si Penulis Injil, itu adalah pertama kalinya Tuhan Yesus melakukan mujizat. Jadi ada beberapa pelajaran yang dapat kita tarik dan terapkan di dalam kehidupan kita, terutama keluarga kita.
GS : Karena peristiwa itu juga terjadi di tengah suatu keluarga dan ada yang sedang membentuk keluarga baru melalui pernikahan. Tapi pelajaran apa yang dapat kita tarik dari peristiwa itu ?
PG : Yang pertama adalah sebaik apapun persiapan yang kita lakukan, hasil akhir tidak selalu sesuai harapan. Pada pesta pernikahan itu, secara tiba-tiba anggur habis. Nah, sebagaimana lazimnya pihak pengantin pasti telah memperhitungkan jumlah anggur yang mesti dipersiapkan bagi para tamu. Namu ternyata perhitungan mereka meleset, anggur habis sebelum pesta berakhir. Apa yang terjadi pada pesta kawin itu dapat terjadi dalam hidup kita pula, Pak Gunawan. Kita menyiapkan diri untuk berkeluarga dengan memilih pasangan yang kita nilai baik. Dalam perjalanannya, pasangan mengapa berubah menjadi buruk. Kebiasaan buruk disambutnya, kebiasaan baik ditinggalkannya. Contoh lain yang kerap terjadi berhubungan dengan anak. Kita berusaha membesarkan anak sebaik-baiknya, kita pelajari cara yang efektif untuk membesarkannya, kita membagi waktu sebaik-baiknya agar tidak melalaikan tanggung jawab, kita pun menanamkan iman dalam kehidupan mereka. Setelah besar, mereka berubah. Mereka bergaul dengan orang yang bermasalah, mereka mengambil keputusan yang tidak bijaksana, bahkan ada yang meninggalkan iman pada Kristus. Inilah fakta kehidupan yang kadang terjadi, Pak Gunawan.
GS : Itu juga yang seringkali menghantui banyak pasangan yang hendak menikah karena tidak tahu apa yang akan terjadi. Memang segala sesuatunya sudah dipersiapkan sampai ke detailnya. Tapi ‘kan perubahan selalu terjadi, baik mengenai diri kita sendiri atau pasangan kita, atau bahkan anak-anak kita. Misalkan saja ada pasangan yang sudah mempersiapkan diri dalam bidang kesehatan. Setelah menikah beberapa tahun, ternyata pasangannya sakit serius sehingga hal itu menggoncangkan rumah tangga tersebut.
PG : Betul. Inilah pelajaran yang bisa kita tarik dari peristiwa di perjamuan kawin di Kana. Sebaik apa pun persiapan yang kita lakukan, hasil akhir tidak selalu sesuai dengan harapan. Dan kita juga diingatkan bahwa hidup dengan Tuhan tidak berarti kita dibebaskan dari persoalan hidup, Pak Gunawan. Tidak berarti bahwa segalanya akan berjalan lancar sesuai dengan persiapan yang telah kita lakukan. Namun kenyataan ini tidak seharusnya membuat kita kecewa. Sebaliknya, kenyataan ini seyogyanya membawa kita lebih dekat kepada Tuhan. Tidak lagi kita bersandar kepada diri dan kesanggupan kita mempersiapkan segalanya dengan baik. Sekarang kita bersandar sepenuhnya pada Tuhan. Kita tetap harus menyiapkan hidup sebaik-baiknya tetapi kita harus berserah pada kuasa dan kehendak Tuhan.
GS : Berarti harus ada ruang yang kita sediakan dalam kehidupan ini yang sepenuhnya harus bergantung kepada Tuhan. Kita terbatas dan tidak tahu apa yang akan terjadi di depan. Satu-satunya cara adalah berserah kepada Tuhan. Tapi sehari-hari yang ada di hadapan kita ini harus kita kerjakan. Begitu, Pak Paul ?
PG : Betul, Pak Gunawan. Jadi yang menjadi tugas kita, kita lakukan. Selebihnya kita serahkan kepada Tuhan.
GS : Pelajaran kedua, Pak ?
PG : Di dalam setiap kesulitan yang kita hadapi, pasti ada Tuhan dan pasti ada anak Tuhan di sana. Di dalam perjamuan kawin itu, Tuhan Yesus hadir bersama ibunya, Maria. Yohanes menulis, begitu Maria mengetahui bahwa anggur telah habis, ia pun meminta Yesus, Putranya untuk berbuat sesuatu. Di dalam kesulitan pasti Tuhan berada di sana dan Dia pun akan menghadirkan anak-anak-Nya untuk mendampingi dan menolong kita. setiap keluarga memunyai masalahnya sendiri-sendiri. Kadang kita tidak dapat menyelesaikan masalah. Kadang kita membutuhkan topangan dari sesama. Di saat seperti itulah Tuhan mengutus anak-Nya untuk datang dan menolong kita. Sudah tentu kita berharap bahwa Tuhan datang sebelum masalah datang. Manusia selalu begitu, Pak Gunawan. Jadi kalau kita kaitkan dengan peristiwa di Kana, sebelum anggur habis seharusnya Tuhan datang sehingga tidak sampai kehabisan anggur. Tapi tidak ! Pada umumnya Tuhan hadir setelah masalah datang. Mungkin kita tengah menghadapi masalah di mana suami berselingkuh dan berharap Tuhan mencegah hal itu terjadi. Atau kita tengah menghadapi masalah kehilangan pekerjaan dan berharap Tuhan telah menghindarkan kita dari kesulitan keuangan dan kehilangan pekerjaan itu. Tapi pada umumnya memang Tuhan tidak mencegah masalah datang. Sebab itulah bagian dari hidup di dunia yang tidak sempurna ini. Ia membiarkan kita mengalami masalah sama seperti orang lain juga harus menghadapi masalah. Namun Ia tidak meninggalkan kita sendirian. Dia akan mengutus salah seorang anak-Nya datang mendampingi kita. Ia akan hadir dan menolong kita.
GS : Kalau kita melihat sikap Maria memang sikap seorang ibu yang sangat prihatin melihat kesulitan yang dihadapi oleh keluarga mempelai itu, Pak Paul. Sehingga dia berani mengatakan kepada Tuhan Yesus dan meminta Tuhan Yesus menolong. Jadi sikap seperti ini juga penting bagi kita. memang pasti ada Tuhan dan anak Tuhan yang menolong. Tapi juga harus ada orang yang menggerakkan supaya ada yang tergerak dan menolong.
PG : Betul. Memang Maria bisa berkata, "Ini bukanlah pernikahan anak saya atau saudara saya. Ini bukan urusan saya." Tapi tidak, dia tahu bahwa ada Yesus putranya, dan dia juga tahu bahwa putranya ini adalah Anak Allah. Bukan anaknya sendiri, jadi dia tahu pasti ada yang bisa dilakukan oleh Yesus. Inilah yang jadi pelajaran buat kita, Pak Gunawan. Apa yang bisa kita kerjakan, kita kerjakan. Sebab mungkin sekali Tuhan hadirkan masalah itu di hadapan kita supaya kita bisa berbuat sesuatu untuk menolong orang yang sedang dalam masalah itu.
GS : Mungkin bukan kita sendiri yang terlibat langsung untuk menolong. Tapi dengan kita mengungkapkannya, ada orang lain yang tergerak.
PG : Betul. Seperti Maria, dia seorang perantara. Memang bukan dia yang mengubah air menjadi anggur, tapi dia adalah perantara. Kita juga bisa menjadi perantara. Mungkin gara-gara kita, maka datang pertolongan buat orang lain.
GS : Dan yang kita lihat sebagai sikap keterlambatan Tuhan datang juga ada pada saat Lazarus sakit. Tuhan Yesus sengaja datang terlambat sampai Lazarus meninggal. Maria dan Marta juga mengatakan seandainya Tuhan disini, saudaraku tidak mati.
PG : Memang inilah pengharapan kita, Pak Gunawan. Kita hidup dengan Tuhan, minta perlindungan Tuhan dengan harapan bahwa Tuhan menghindarkan kita dari musibah atau masalah. Tapi mengapa tidak ya ? Kenapa Tuhan tidak datang sebelum masalah datang ? Dan pada kenyataannya Tuhan datang setelah masalah datang. Sebab Dia ingin menunjukkan kepada kita bahwa Dia sanggup menolong kita.
GS : Tapi itu juga mengajarkan kita untuk tidak menggampangkan Tuhan. Dalam arti setiap kali ada masalah kita langsung lemparkan kepada Tuhan padahal Tuhan melihat sebenarnya kita mampu mengatasi itu. Dan melalui titik dimana Tuhan membiarkan kita jatuh dalam masalah yang begitu berat, membuat kita betul-betul bergantung kepada Tuhan, "Saya sudah tidak mampu lagi. Tidak ada harapan." Seperti anggur yang habis, harus bagaimana lagi.
PG : Betul. Sekali lagi kita diingatkan bahwa tidak ada masalah yang tidak dapat diatasi oleh Tuhan.
GS : Apa pelajaran ketiga, Pak Paul ?
PG : Pertumbuhan iman senantiasa menjadi prioritas Tuhan dalam hidup kita. Pada waktu Maria meminta Yesus anaknya untuk berbuat sesuatu untuk menolong keluarga ini, Yesus menjawab , "Saat-Ku belum tiba." Dengan kata lain, bukan saja Tuhan menolak untuk memenuhi permohonan Maria, Dia pun menolak menolong keluarga ini. Saya menduga, sebagai manusia, Maria terluka akibat penolakan yang disampaikan secara langsung itu. Namun sebagaimana kita ketahui, Maria tidak beranjak. Ia malah menyuruh para pelayan di rumah itu, "Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu." Nah, hal ini menunjukkan adanya iman pada Maria. Dia percaya bahwa Yesus tidak akan berdiam diri melihat kesusahan orang. Ia yakin bahwa Yesus pasti akan melakukan sesuatu walau ia sendiri tidak tahu apakah yang akan dilakukan Yesus. Itulah iman, itulah yang dicari Tuhan pada diri kita. Sewaktu Tuhan melihat iman, Ia akan menanggapi dan berbuat sesuatu. Namun ada satu hal lagi yang perlu kita perhatikan. Sewaktu permohonannya ditolak, Maria tidak kecewa dan marah kepada Yesus. Pada saat itu, Maria mengubah pandangannya terhadap Yesus. Dari anakku menjadi Allahku. Saya kira ini adalah kuncinya. Mengapa dia tidak kecewa ? Mengapa dia tidak marah ? Mengapa dia tidak berkata, "Anakku mengapa begini, malah menolakku ?" Tidak ! Di saat Tuhan menolaknya, saat itu dia diingatkan, "Ini adalah Allahku." Ada kalanya kita pun kecewa kepada Tuhan karena Ia tidak meluluskan permohonan kita. Sesungguhnya kita kecewa karena kita menganggap Tuhan sebagai sahabat kita. Namun kita harus selalu mengingat bahwa Yesus bukan hanya sahabat kita tapi Ia pun adalah Tuhan dan Allah kita; dan sebagai Tuhan dan Allah, Ia memunyai waktu dan rencana-Nya.
GS : Jadi setiap hal yang akan Tuhan lakukan bagi kita bertujuan untuk pertumbuhan iman kita sendiri, Pak Paul ? Jadi kalau Dia menunda pertolongan-Nya itu bukan untuk membuat kita lebih susah, tapi supaya iman kita bertumbuh, makin bergantung kepada Tuhan.
PG : Betul, Pak Gunawan. Kadang kita tidak bisa menyangkal bahwa pengharapan kita bertabrakan dengan pemeliharaan Tuhan. Saya ingin menjelaskan hal ini. Kebanyakan dari kita datang kepada Tuhan, berharap hidup dengan nyaman. Tapi Tuhan berharap lain. Tuhan berharap iman dari kita. kita mengharapkan Tuhan membuat kita senyaman mungkin. Tidak! Tuhan mau melihat kita bertumbuh dalam iman dan untuk membuat iman bertumbuh, yang seringkali nanti harus Tuhan ambil adalah kenyamanan.
GS : Memang biasanya iman bertumbuh bukan dalam kenyamanan melainkan dalam kesukaran, lewat penderitaan, lewat permasalahan hidup. Itu menyadarkan kita bahwa kita betul-betul bergantung kepada Tuhan.
PG : Betul. Jadi ada dua hal yang diharapkan-Nya dari kita, yaitu iman – percaya bahwa Tuhan tahu apa yang baik buat kita dan Dia memegang segalanya dalam kendali-Nya -, dan yang kedua adalah kesiapan serta kesetiaan kita untuk melakukan kehendak-Nya. Disini kita melihat Maria meminta para pelayan untuk siap melakukan apa pun yang diperintahkan Tuhan. Kita tahu akhirnya Tuhan meminta mereka untuk mengisi air di tempayan dan akhirnya Ia mengubah air menjadi anggur. Ini pelajaran buat kita, Pak Gunawan. Kita pun mesti siap mengisi air di tempayan. Artinya, siap melakukan pekerjaan Tuhan dengan penuh kesetiaan. Kita tidak tahu kapankah Tuhan akan mengubah air pelayanan menjadi anggur berkat. Tapi tidak apa-apa. Terpenting kita terus melakukan tugas dan kewajiban kita dengan setia. Baik itu di keluarga maupun di luar rumah. Kerjakan tugas dan kewajiban kita. Isilah tempayan dengan air. Suatu hari kelak Tuhan akan mengubahnya menjadi anggur berkat.
GS : Kalau kita lihat disini, yang terlibat jadi tambah banyak yaitu orang-orang yang mengisi tempayan dengan air. Jadi bukan hanya Maria dan Tuhan Yesus tetapi sekarang sudah ada lebih banyak orang yang terlibat di dalam mujizat ini.
PG : Betul. Kita juga mesti melihat bahwa para pelayan itu sedikit banyak juga menunjukkan iman. Sebab kalau kita jadi mereka, kita mungkin akan bertanya-tanya, "Buat apa air diisi ke tempayan ? Air ya air. Yang kurang ‘kan anggur, bukannya air ?" tapi kita melihat disitu tidak ada satu pelayan pun yang mempertanyakan keputusan Tuhan. Mereka ikuti saja, mereka kerjakan saja, dan karena mereka hanya taat, akhirnya mereka melihat apa yang Tuhan kerjakan yaitu air diubah menjadi anggur.
GS : Namun ketaatan dan iman merupakan sesuatu yang saling berkaitan, Pak Paul. Kalau kita mengatakan kita beriman tetapi tidak taat ya iman itu tidak bisa terwujud dalam perbuatan nyata.
PG : Betul. Jadi kalau kita berkata kita beriman ya kita mesti melakukannya karena itulah bukti bahwa kita beriman.
GS : Walaupun pada saat itu mujizat belum terjadi, Pak Paul ?
PG : Belum. Belum terjadi. Makanya pada waktu mereka membawa air itu ke kepala pesta atau koordinator pesta pernikahan, barulah orang itu mengetesnya dan berkata itu anggur dan bukan air. Jadi sampai saat itu sebetulnya tidak ada yang tahu bahwa air telah berubah menjadi anggur.
GS : Tapi ketaatanlah yang membuat mereka melakukan apa yang Tuhan perintahkan kepada mereka. Saya rasa ini sangat penting untuk pengalaman hidup kita.
PG : Betul, Pak Gunawan. Memang kita menginginkan bukti bahwa apa yang kita kerjakan akan membuahkan hasil. Tapi tidak selalu kita akan dapat melihat bukti atau buah dari apa yang telah kita lakukan. Namun yang Tuhan harapkan dari kita adalah kesetiaan. Kerjakan saja. Sebagai ibu rumah tangga, kerjakan. Sebagai seorang ayah, kerjakan tugas kita. sebagai pelayan Tuhan, kerjakan. Apapun itu yang Tuhan inginkan, kerjakanlah. Ada orang yang harus merawat ibunya. Ada yang harus merawat ayahnya yang sedang sakit dan ini sudah berjalan bukan saja berbulan-bulan tapi mungkin bertahun-tahun. Nah, tugas kita hanyalah kerjakan. Karena kita memang tidak selalu tahu apa yang akan Tuhan lakukan nanti.
GS : Sebenarnya dengan melakukan saja itu sudah merupakan bentuk kesaksian kepada orang lain, Pak Paul. Sehingga orang bisa menilai betapa kita tekun melakukan pekerjaan yang Tuhan percayakan sekalipun itu kelihatan tidak bernilai dan tidak ada harganya.
PG : Betul. Jadi kita mesti mengimani bahwa air yang sedang kita isikan ini suatu hari akan diubah Tuhan menjadi anggur berkat. Ini poin yang perlu kita ingat hawa dalam waktu Tuhan dan dengan cara Tuhan yang tidak dapat kita mengerti, apa yang kita lakukan hari ini akan menjadi berkat, akan digunakan oleh Tuhan nantinya.
GS: Apakah masih ada pelajaran lain dari peristiwa air menjadi anggur ini, Pak Paul ?
PG : Yang terakhir adalah Tuhan menolong dengan segala cara, bahkan dengan cara yang paling sederhana. Tidak ada yang menduga bahwa Tuhan akan mengubah air biasa menjadi anggur. Ini adalah tindakan yang berada di luar pemikiran manusia. Kadang dalam kesulitan kita berdoa dan menantikan Tuhan memberikan solusi dari luar dan dengan cara yang rumit. Ini yang biasanya kita pikirkan. Ternyata Tuhan menghadirkan solusi dari dalam dan dengan cara yang sederhana. Ya, Tuhan tidak memerlukan hal yang kompleks dan canggih untuk menolong kita. Dia dapat menggunakan apa saja. Jadi sewaktu menghadapi masalah, tidak usah kita mencari jalan yang susah dan rumit. Tuhan dapat menolong kita dengan segala cara.
GS : Bukan hanya caranya tapi kadang waktu dan tempatnya juga tidak terduga sama sekali, Pak Paul. Tapi kita hanya beriman bahwa Tuhan pasti menolong.
PG : Betul sekali, Pak Gunawan. Saya teringat cerita Corrie Ten Boom. Kita tahu dia dipenjarakan pada saat Perang Dunia ke-2 oleh Jerman karena menyembunyikan orang-orang Yahudi di dalam rumahnya. Ayahnya akhirnya mati di dalam penjara. Kakaknya juga mati dalam penjara. Dan akhirnya, apa yang terjadi dengan Corrie Ten Boom ? Dia dibebaskan. Dengan cara apa dia dibebaskan ? Namanya seharusnya dicantumkan dalam daftar orang yang akan dimasukkan ke kamar gas. Karena pada saat itu NAZI tidak mau orang terus mendekam di dalam tahanan pada usia yang sudah tua karena tidak lagi produktif, nanti malah jadi beban. Maka kalau sudah mulai berumur, langsung dimasukkan ke kamar gas untuk dibunuh. Kita tahu sebetulnya Corrie Ten Boom bukan seorang Yahudi namun seorang Belanda asli. Tapi karena dia menyembunyikan orang Yahudi dari bahaya penangkapan orang-orang Jerman, akhirnya dia harus menderita seperti itu. Namanya seharusnya masuk dalam daftar orang-orang yang akan dikirim ke kamar gas. Apa mau dikata, si juru tulis salah memasukkan namanya. Namanya justru dimasukkan di daftar orang yang akan dibebaskan. Jadi tiba-tiba dia dipanggil kemudian diberitahu bahwa dia akan dibebaskan. Dan sebelum dibebaskan pun dia disuruh ke Rumah Sakit untuk dirawat karena kondisi tubuhnya sudah sangat lemah. Setelah disehatkan, barulah dia dibebaskan. Dia sampai tidak percaya dia dibebaskan. Namun belakangan dia tahu, ternyata dia dibebaskan gara-gara kesalahan itu. Dari pengalaman Corrie Ten Boom, dia selalu mengatakan ini, "Tuhan tidak punya masalah. Tuhan hanya punya rencana" atau "God has no problems, God only has plans". Itu indah sekali. Jadi waktu kita menghadapi masalah, kita pasti berkata, "Aduh masalah lagi masalah lagi." Tapi kita mesti cepat-cepat melihatnya dari kacamata Tuhan, "Tidak, Tuhan tidak punya masalah. Sebab Dia jauh lebih besar daripada masalah. Masalah akan menjadi cara-Nya menghadirkan rencana-Nya.
GS : Iya. Kita juga diajar untuk berkata bukan "Aku punya masalah yang besar" tapi "Aku punya Allah yang lebih besar daripada masalahku".
PG : Betul. Dalam kisah perjamuan kawin ini Yohanes mencatat sewaktu para murid melihat hal ini, percayalah mereka. Itulah awal pertama para murid percaya bahwa orang yang di hadapan mereka ini bukanlah manusia biasa tapi Dia juga adalah Anak Allah.
GS : Peristiwa ini mengingatkan saya pada Naaman yang sakit kusta, Pak Paul. Dia datang meminta kesembuhan akhirnya disuruh mandi di sungai. Lalu dia merasa hal itu terlalu gampang dilakukan dan kenapa dia harus jauh-jauh ke Israel kalau hanya untuk mandi. Tapi kenyataannya dia sembuh dengan menaati apa yang diperintahkan kepadanya.
PG : Betul. Tuhan tidak pernah kehabisan cara dan kehabisan akal. Dia bisa menggunakan segala cara untuk melakukan pekerjaan-Nya.
GS : Tapi dalam pertolongan Tuhan yang tidak terduga seperti ini, sebenarnya membuat kita lebih kuat iman atau semakin meragukan Dia ?
PG : Seharusnya tambah kuat, ya. Seperti tadi perkataan Corrie Ten Boom bahwa Tuhan tidak punya masalah, Tuhan hanya punya rencana. Artinya apa ? Dia benar-benar dikuatkan. Saya membaca kisah kehidupan dan pelayanannya. Setelah dia dibebaskan dan setelah perang dunia ke-2 berakhir dia pergi ke berbagai negara untuk mengabarkan Tuhan baik, Tuhan dapat menolong kita dalam segala situasi. Dalam perjalanannya itu, berkali-kali dia juga menghadapi kesulitan. Tidak ada uang, tidak ada yang menampung dan segala macam hal yang memang sangat menyusahkannya. Tapi karena dia sudah mengalami pemeliharaan Tuhan yang ajaib itu, dia kuat dan beriman. Dia selalu tahu Tuhan pasti bisa menolong.
GS : Yang dikuatirkan setelah tahu ternyata mudah bagi Tuhan untuk menolong saya sehingga menggampangkan Tuhan, Pak Paul. Jadi setiap ada masalah kita bilang, "Pasti Tuhan menyelesaikan." Lalu dia pasif, tidak berusaha lagi untuk mengatasi masalahnya.
PG : Sudah tentu sebagai manusia kita harus melakukan bagian kita. Kita harus hidup sebijaksana mungkin. Kita juga harus mempersiapkan. Seperti dalam perjamuan kawin di Kana ini kita tidak boleh berkata, "Kalau begitu kita tidak perlu siap-siap. Tuhan pasti bisa tolong." Tidak ! Kita juga tetap mempersiapkan segalanya sebaik-baiknya sebab itu juga yang Tuhan inginkan yaitu kita menjadi orang yang bertanggung jawab.
GS : Iya. Terima kasih untuk perbincangan ini, Pak Paul. Kita percaya bahwa Tuhan yang sama itu tetap akan menyertai perjalanan hidup kita. Para pendengar sekalian, terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Air Menjadi Anggur". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini, silakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 56 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@telaga.org. Kami juga mengundang Anda untuk mengunjungi situs kami di www.telaga.org. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan banyak terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara Telaga yang akan datang.