Saudara-saudara pendengar yang kami kasihi dimanapun Anda berada, Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso bersama Ibu Idajanti Raharjo dari Lembaga Bina Keluarga Kristen, telah siap menemani Anda dalam sebuah perbincangan dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling dan dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Kali ini kami akan berbincang-bincang tentang "Penderitaan Manusia". Kami percaya acara ini pasti akan sangat bermanfaat bagi kita semua, dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
Lengkap
(1) GS : Pak Paul, rupanya sudah menjadi bagian kita sejak manusia jatuh di dalam dosa, bahwa setiap manusia di dunia ini pernah mengalami penderitaan. Cuma yang kita lihat bahwa akhir-akhir ini tentu lebih banyak orang yang menderita akibat berbagai krisis yang melanda di negara ini. Berbicara tentang penderitaan Pak Paul, apa sih sebenarnya atau siapa sih yang layak kita sebut sebagai orang yang sedang menderita itu Pak Paul?
PG : Orang yang menderita adalah orang yang mengalami suatu peristiwa yang sangat menyakitkan, tidak diharapkannya atau tidak diduganya. Dan memang itulah salah satu ciri atau karakteristik dar penderitaan Pak Gunawan.
Yaitu seringkali penderitaan datang menimpa kita di saat kita tidak siap, jadi kalau orang bertanya bagaimanakah mempersiapkan diri untuk menderita? Saya kira jawabannya adalah kita tidak bisa benar-benar mempersiapkan diri, sebab kalau kita pikir memang kita tidak akan pernah siap untuk menderita. Secara naluriah dan alami kita adalah manusia yang menjauhkan diri dari rasa sakit, itulah sebabnya Sigmund Freud menelorkan suatu teorinya yang berkata bahwa manusia itu bergerak menjauhkan diri dari penderitaan atau rasa sakit dan mendekatkan diri pada yang nikmat. Maka prinsipnya itu disebut kenikmatan. Jadi memang pada dasarnya kita makhluk yang tidak suka dengan penderitaan.
GS : Kalau begitu Pak Paul, penderitaan itu bukan hanya penderitaan fisik bisa jauh lebih dari itu ya Pak Paul? Jadi mungkin secara fisik kita tidak melihat bahwa orang itu sedang menderita, maksud saya secara jiwa mungkin sedang menderita berat.
PG : Betul, jadi ada yang bisa dilihat secara kasat mata, misalkan orang yang sedang sakit dan menderita tapi ada juga yang tidak bisa dilihat secara kasat mata yakni penderitaan batiniah yang da dalam diri kita.
Nah waktu kita menderita seringkali kita ini mencari jawaban atas pertanyaan mengapa harus saya yang menderita seperti ini. Nah sewaktu kita bertanya seperti itu yang sebetulnya sedang kita cari adalah tujuannya, jadi waktu kita bicara tentang alasan kita sebetulnya sedang mencari tujuan. Apakah penderitaan saya ini membawa saya kepada suatu tujuan tertentu. Nah jadi kalau kita bisa menemukan jawabannya itu akan sedikit banyak memberikan kita alasan yang menguatkan kita untuk bertahan. Kalau kita menderita dan kita tidak bisa menemukan jawabannya atau alasan mengapa kita harus menderita, seringkali kita lebih merasakan lemah dan rasanya tidak kuat lagi menanggung itu semua.
(2) GS : Yang saya lihat itu memang ada beberapa macam bentuk penderitaan Pak Paul, cuma yang terus terang membuat saya sulit untuk mengelompok-ngelompokkannya begitu Pak Paul, itu pasti ada yang kategori-kategori tertentu. Pak Paul mungkin bisa bantu menjelaskan ini?
PG : Saya sekurang-kurangnya mendapatkan ada 8 jenis penderitaan yang dipaparkan oleh Firman Tuhan di Alkitab. Yang pertama adalah suatu penderitaan yang muncul akibat pembelaan Firman Tuhan. Jdi adakalanya kita menderita karena kita menegakkan kebenaran Tuhan atau menyebarkan Injil Tuhan kepada orang yang tidak mau menerimanya, sehingga akhirnya kita mendapatkan penderitaan.
Nah itu banyak dialami oleh banyak tokoh Alkitab para martir. Misalkan Paulus mengalami banyak sekali penderitaan karena orang tidak selalu siap menerima apa yang dia katakan tentang Firman Tuhan. Yohanes Pembabtis akhirnya mati dipancung karena mengatakan kebenaran Firman Tuhan, jadi banyak sekali contoh-contoh. Yakobus salah satu rasul Tuhan juga akhirnya harus tewas di tangan raja Herodes. Jadi mereka semua adalah contoh orang-orang yang menderita karena memberitakan kebenaran Tuhan.
GS : Atau memang mungkin setiap orang yang betul-betul melaksanakan Firman Tuhan secara konsekuen Pak Paul pasti akan ditentang oleh orang-orang lain, pasti dia akan mengalami penderitaan seperti yang Tuhan katakan bahwa dunia ini memang membenci kamu.
PG : Betul, jadi ada waktu tertentu di mana kita membela kebenaran Tuhan, kita menderita. Dan Firman Tuhan sendiri pun pernah berkata bahwa ia yang ingin hidup kudus akan menderita, jadi seringali kita harus menghadapi orang yang tidak menyenangi kebenaran Firman Tuhan.
IR : Apakah itu yang dikatakan salib Pak Paul? Karena menderita untuk kebenaran itu.
PG : Tepat sekali, kategori ini adalah kategori yang dapat disimpulkan memikul salib, jadi benar-benar kita menderita karena membela kebenaran Tuhan. Itu yang dikatakan di Matius pasal 5 sewakt Tuhan sedang mengajarkan tentang bagaimana seharusnya kita ini hidup sebagai orang Kristen, khotbahnya yang dikenal sebagai khotbah di atas bukit.
Yang terakhir adalah berbahagialah jikalau orang menganiaya kamu oleh karenaKu.
GS : Tapi saya melihat bahwa justru melalui penderitaan itulah orang kristen itu juga bisa menjadi dewasa Pak Paul, memahami imannya itu maksud saya dia makin mengerti bahwa melalui penderitaan itu sebenarnya gereja itu bertumbuh.
PG : Betul, dan seringkali itu yang terjadi Pak Gunawan dan Ibu Ida, misalkan kita lihat kasus seperti di RRC (Cina). Sebelum komunis mengambil alih sebelum tahun '49 orang Kristen saya tidak igat jumlahnya tapi berjumlah tidak terlalu banyak, namun setelah komunis mengambil alih dan mereka menganiaya orang-orang Kristen justru orang Kristen bertambah.
Jadi rupanya memang tatkala orang Kristen mengalami penderitaan mereka akhirnya terpaksa atau dipaksa untuk lebih bersandar kepada Tuhan. Dan dalam kesusahan itu Tuhan bekerja dengan lebih nyata pula sehingga akhirnya lebih banyak orang yang datang kepada Tuhan. Justru adakalanya kita melihat dalam zaman kemakmuran kita terlena dan akhirnya justru banyak kemunduran iman terjadi di zaman kemakmuran.
GS : Itu salah satu bentuk penderitaan yang diakibatkan kalau seseorang itu mentaati Firman Tuhan, apakah ada bentuk penderitaan yang lain Pak Paul?
PG : Yang berikutnya adalah kita menderita untuk kepentingan kita sendiri, ini dipaparkan oleh rasul Paulus di 2 Korintus. Di sana beliau menceritakan penderitaannya yaitu Tuhan meberikan duri dalam dagingnya.
Duri itu tidak ada yang tahu secara pasti, tapi yang jelas adalah dia menderita karena adanya duri dalam dagingnya itu. Dan dalam
2 Korintus 12:7-9, Paulus dengan gamblang mengungkapkan, bahwa duri itu Tuhan berikan supaya dia tidak sombong, tetap rendah hati. Jadi memang adakalanya Tuhan mengizinkan kita menderita supaya kita tetap rendah hati.
GS : Duri itu bentuknya macam-macam ya Pak Paul? Tapi di dalam hal rasul Paulus yang dia katakan mungkin bersifat fisik ya Pak Paul?
PG : Bisa, jadi bersifat fisik diduga dia mengalami dua kemungkinan juga mungkin fisiknya sedang sakit, lemah atau mungkin mentalnya yang lemah tapi tidak dapat dipastikan.
GS : Dalam hal seperti itu Pak Paul, jadi penderitaan karena dia tahu bahwa itu diberikan Tuhan kepadanya supaya dia tidak jadi sombong, apakah betul rasul Paulus itu menderita sebenarnya? Menurut pengamatan orang lain mungkin dia menderita tetapi apa memang betul itu suatu penderitaan?
PG : Rupanya ya, sebab dalam ayat-ayat tersebut Paulus dengan jelas dia mengatakan dia memohon kepada Tuhan agar Tuhan menyingkirkan atau melepaskan dia. (GS : Tetapi Tuhan berkata cukup anugerhKu bagimu ya) betul.
GS : Yang saya tanyakan memang begini Pak Paul, ada seorang yang sudah lama menderita sakit yang menurut teman-temannya, kami orang luar yang melihat memang ini menderita. Tapi setiap kali kami datang menjenguk dia, coba menghibur dia tapi nyatanya bisa terbalik, dia yang sakit itu menghibur kita karena dia mengatakan: "Wah saya justru bersukacita, saya justru merasa bahagia di tempat ini karena merasakan perlindungan Tuhan dan hiburan dari Tuhan yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya Pak Paul. Dalam hal ini ada beberapa orang yang mengatakan itu menghibur dirinya sendiri.
PG : Mungkin dalam kasus itu justru kita melihat suatu penggenapan dari janji Tuhan, seperti yang tadi Pak Gunawan sudah singgung, memang Tuhan akhirnya menjawab Paulus : Anugerah-Ku cukup bagiu! Dalam kasus tadi saya bisa katakan bahwa orang itu mengalami kepenuhan anugerah Tuhan bahwa anugerah Tuhan cukup baginya sehingga walaupun dia menderita, dia bisa melaluinya dengan kekuatan Tuhan.
Tapi saya tidak bisa menyangkal bahwa mungkin saja ada waktu-waktu tertentu dia menderita, rasa sakit. Saya belum lama ini menyaksikan seorang anak Tuhan meninggal dunia. Mungkin hampir setahun menderita kanker, dan karena penderitaannya itu dia tidak bisa lagi berjalan, dia harus terbaring di tempat tidur. Dan saya menyaksikan sakitnya itu, dia sampai kadang-kadang harus pingsan karena menahan sakit yang sangat luar biasa. Dalam penderitaannya itu adakalanya dia menceritakan pengalamannya dengan Tuhan, bagaimana dia akhirnya mendapatkan mimpi melihat sorga. Jadi ada waktu di mana dia sangat dikuatkan dan bagikan itu kepada saya, saya merasa dikuatkan. Tapi tidak bisa saya sangkal, banyak sekali waktu di mana dia menderita.
(3) IR : Pada awalnya, penderitaan itu kalau baru datang orang itu shock karena harus mengalami proses seperti apa yang dikatakan Pak Gunawan yang akhirnya dia merasakan sukacita, ada kekuatan itu apakah proses Pak Paul?
PG : Betul sekali Ibu Ida, jadi sebetulnya memang ada tahapannya, tahapan yang kita lalui sewaktu kita mengalami musibah atau penderitaan. Sebetulnya ini bukan ide saya, jadi saya meminjam pandngan dari seseorang yang bernama Elisabeth Kubler Ross.
Dia memaparkan tahapan pertama sewaktu kita mengalami musibah adalah kita ini marah sekali, tidak kita terima kenapa kita harus mengalami ini dan berikutnya adalah kita mengalami kemarahan, kenapa kita harus mengalami hal seperti ini, tidak selayaknya hal ini menimpa saya. Tidak bisa kita sangkali Bu Ida, saya kira setiap orang mempunyai suatu anggapan bahwa penderitaan akan menimpa orang lain bukan saya, jadi waktu penderitaan menimpa kita tidak bisa kaget, kita ini tidak menyangka hal ini akan menimpa kita, jadi reaksi marah biasanya reaksi yang umum muncul. Setelah reaksi marah dan menyangkali bahwa kita ini tidak bisa lagi mengelak dari musibah tersebut, mulailah kita ini tawar-menawar dengan Tuhan. Kalau saya sembuh saya akan melayani Tuhan, kalau saya sembuh apapun yang Kau minta akan saya berikan kepadaMu Tuhan. Tahap ketiga adalah kita akhirnya menyadari bahwa penderitaan itu tidak bisa kita hindari dan tidak bisa lagi kita tawar-menawar jadi harus kita hadapi. Nah tahap keempat adalah tahap depresi, kita akhirnya dirundung oleh kesedihan yang luar biasa, tiba-tiba hidup kita ini tidak ada lagi artinya, semua harapan punah. Nah mudah-mudahan setelah tahap keempat itu kita bisa masuk ke tahap yang kelima yaitu tahap penerimaan. Tahap ini adalah tahap di mana kita akhirnya berhasil mengatakan ya saya menerima, saya mengakui inilah problem saya, penderitaan saya, saya tidak bisa mengelakkan diri, menghindari diri dari problem ini jadi saya akan harus hadapi, nah itu mudah-mudahan tahap yang kelima itu bisa kita semua lalui. Namun tidak bisa disangkal ada orang yang berhasil tahap kelima terakhir itu.
GS : Apa akibatnya kalau tidak berhasil?
PG : Penuh dengan kemarahan dan depresi akhirnya (GS : Jadi kembali ke proses yang ketiga lagi) ke depan lagi. Dan tawar-menawar lagi, tidak berhasil marah lagi ke tahap yang kedua.
GS : Atau mengambil jalan pintas dengan bunuh diri.
IR : Pak Paul kalau dikatakan jalan pintas itu ya, mungkinkah itu menimpa bagi anak-anak Tuhan karena di dalam janji Tuhan dikatakan bahwa hidup di dalam Tuhan segala perkara dapat ditanggungnya, jadi apakah bunuh diri itu bisa dilakukan oleh anak-anak Tuhan?
PG : Kalau ditanyakan apakah bisa jawabannya pasti adalah bisa dalam pengertian orang bisa memilih untuk bunuh diri. Tapi kalau ditanya apakah boleh jawabannya tidak boleh, jadi Tuhan tidak meninginkan kita bunuh diri.
Jelas alasannya yaitu nomor satu waktu kita bunuh diri kita membunuh seseorang, meskipun kita berkata saya sendiri yang saya bunuh tapi tetap kita membunuh seseorang. Kedua adalah kita membunuh makhluk ciptaan Tuhan sendiri dan hanya Tuhan yang berhak untuk mengambil nyawa seseorang sebab kita tidak memiliki hak itu.
IR : Tuhan juga berkata bahwa Tuhan mengizinkan penderitaan itu tidak melampaui dari kekuatan seseorang. Maksudnya seseorang itu yang percaya Pak Paul, jadi rasanya tidak bisa, tidak ada alasan sebagai anak Tuhan kalau sampai mengambil jalan pintas.
PG : Meskipun harus saya akui Bu Ida saya percaya Tuhan memang berkata bahwa Dia tidak akan memberikan pencobaan yang melebihi kemampuan kita untuk mengatasinya, bahkan di dalam saat itupun Diaakan memberikan kita jalan keluar.
Saya melihat jalan keluar itu Bu Ida dalam kasus yang pernah saya hadapi, tapi harus saya akui bahwa rasanya penderitaan yang dialami oleh orang-orang ini melampaui kekuatannya. Seperti dalam kasus yang tadi saya sebut itu, baru saja dia meninggal kira-kira tiga minggu yang lalu. Tapi sebelum itu saya melihat dia menderita luar biasa, itu benar-benar penderitaan yang luar biasa beratnya sampai bisa pingsan karena kesakitan, begitu sakitnya sampai pingsan luar biasa.
GS : Dari dua bentuk penderitaan yang tadi Pak Paul katakan, sebenarnya dia tidak inginkan, yang pertama tadi karena dia taat pada Firman Tuhan. Konsekuensi logisnya dia akan menderita karena disalah mengerti orang. Yang kedua itu Tuhan yang memberikan dia seperti Paulus tadi, Tuhan yang memberikan duri dalam dagingnya supaya dia tidak menjadi sombong dan merasakan anugerah Tuhan. Tetapi ada bentuk yang lain Pak Paul selain kedua bentuk yang itu?
PG : Ada, ya ini berkaitan juga dengan yang tadi Paulus katakan 2 Korintus 12:7-9. Yang menarik adalah meskipun Paulus mengakui bahwa itu adalah duri, duri dari Tuhan tapi Paulus dngan jelas mengatakan bahwa yang melakukannya adalah iblis.
Jadi dikaitkan dengan campur tangan iblis di situ, jadi dengan kata lain jenis yang ketiga dari yang sedang kita diskusikan adalah kita menderita karena gangguan dari iblis. Jadi ada orang-orang yang dirusakkan oleh iblis, misalkan juga Ayub atau orang-orang yang diganggu oleh iblis. Dan saya memang pernah menyaksikan ada anak Tuhan yang dalam pergumulan berat sekali, jadi dia memang belum benar-benar bisa mendapatkan kekuatan, kemantapan dalam imannya pada Tuhan. Dia diganggu oleh iblis, saya lihat dengan mata kepala saya orang yang dibanting oleh iblis.
GS : Itu sama dengan kerasukan setan?
PG : Itu yang dimaksud dengan kerasukan setan, jadi adakalanya kita bisa diganggu seperti itu, tapi saya kira iblis tidak hanya mengganggu kita dengan cara yang begitu vulgar tetapi bisa juga dngan membanting-banting, merasuk dalam diri kita.
Adakalanya iblis memang mengganggu dan menyerang kita dengan cara yang lebih halus dan akhirnya kita pun bisa dibuat susah olehnya.
GS : Tapi pada akhirnya juga menimbulkan penderitaan, baik halus maupun vulgar tetap menimbulkan penderitaan. Apakah itu berkaitan dengan pemahaman bahwa segala sesuatu yang jahat itu tidak mungkin berasal dari Allah, lalu tadi yang dialami oleh rasul Paulus karena suatu duri, Paulus melihatnya. Memang ini perbuatan iblis yang diizinkan oleh Allah.
PG : Betul, jadi itu adalah perbuatan iblis tapi memang diizinkan demi kebaikan Paulus.
GS : Dari Tuhan sendiri tidak mungkin melakukan hal itu Pak Paul?
PG : Tidak, karena Tuhan bukan Tuhan yang jahat.
GS : Kalau dalam kasus ini, jadi memang Tuhan itu mengizinkan anak-anakNya, orang-orang pilihannya mengalami penderitaan yang dilakukan oleh iblis, sampai sejauh mana Tuhan Allah itu melindungi anak-anakNya?
PG : Saya ingat sekali Firman Tuhan di Mazmur yang berkata: "Dia jatuh tapi tidak akan tergeletak." Jadi anak Tuhan bisa bongkok sedikit ya karena serangan-serangan itu tapi tidak akan ergeletak.
Jadi akan ada kekuatan Tuhan, campur tangan Tuhan yang akan terus menopangnya sehingga tidak sampai dia itu tergeletak.
GS : Jadi mungkin tadi yang Ibu Ida katakan, mungkin seseorang itu sampai bunuh diri.
PG : Kalau ditanya apakah anak Tuhan, orang Kristen yang akhirnya mengambil jalan pintas ada, apakah seharusnya tidak, apakah Tuhan berkenan, pasti tidak juga. Tapi kita harus akui kita ini mansia lemah, adakalanya mengambil keputusan tanpa pemikiran yang panjang karena kita terlalu menderita.
GS : Ya lagi pula kita tidak tahu pergumulan seseorang itu sampai sejauh mana ya Pak Paul, itu yang kita lihat 'kan hanya dari permukaannya saja.
IR : Dan mungkin itu juga tergantung dengan imannya Pak Paul, (PG : Betul) misalnya di Roma dikatakan bahwa segala sesuatu itu Tuhan ikut bekerja bersama-sama untuk mendatangkan kebaikan itu (PG : Itu Roma 8:28)
GS : Yang saya tahu itu bahwa kalau penderitaan yang dari iblis, yang diizinkan oleh Tuhan, itu Tuhan tidak akan pernah mengizinkan iblis itu mencabut nyawa seseorang karena penderitaan itu. Dia boleh merusakkan fisiknya seperti Ayub yang kita lihat tidak akan dizinkan oleh Tuhan untuk mencabut nyawa orang itu karena nyawa tetap hal Tuhan. Nah di sana kedaulatan Tuhan itu masih jelas ya Pak Paul?
PG : Betul sekali, jadi iblis hanya akan merusak batin, jiwa seseorang, tubuh seseorang tapi tidak akan mungkin dia mencabut nyawa tanpa seizin Tuhan sebab Tuhanlah yang memang mempunyai hak Tuggal.
GS : Mungkin ada bentuk penderitaan yang lain Pak Paul?
PG : Ada, yang seringkali menjadi topik pembicaraan kita. Yaitu adakalanya kita menderita karena perbuatan orang lain jadi dengan kata lain kita menjadi korban kelalaian atau kejahatan orang lan.
Saya sebut kelalaian sebab adakalanya orang tidak bermaksud jahat atau dengan sengaja mencelakakan kita tapi bisa akhirnya mencelakakan kita. Jadi misalnya kita lagi jalan kemudian ditabrak oleh mobil. Mobil itu tidak sengaja menabrak kita, dia menghindarkan diri dari tabrakan yang lain, akhirnya kita yang kena, jadi itu karena kelalaian. Tapi bisa juga karena kejahatan orang lain, misalkan kita dirampok, ditusuk dan berbagai macam kejahatan yang lain-lainnya.
GS : Itu yang lebih terencana ya Pak Paul, tapi masih tetap dalam kelompok itu Pak Paul?
PG : Masih dalam kelompok yang sama akhirnya memang kita menderita karena perbuatan orang lain dan itu sering terjadi.
GS : Yang Pak Paul katakan perbuatan itu sebatas yang melukai fisik seseorang atau juga dengan kata-kata Pak Paul? atau bahasa tubuhnya itu yang orang bisa menderita kadang-kadang ya diperlakukan, tidak ada kata-kata, tidak ada bahasa cuma tubuhnya yang membuktikan bahwa dia tidak suka, misalnya begitu.
GS : Betul, bisa jadi kita bisa menderita batiniah karena perlakuan orang lain. Ini terjadi dalam kasus rumah tangga ya Pak Gunawan, misalnya ada istri yang sangat tersiksa karena perlakuan atau kehidupan si suami yang tidak menyayangi, yang tidak memperhatikan dia dan sebagainya. Jadi selama kita ingin hidup di dunia kita juga harus siap menerima fakta ini adakalanya kita menjadi korban perbuatan orang lain, tadinya memang menyakitkan sekali.
GS : Tapi memang saya rasa kita memang perlu sekali betul-betul memahami bentuk-bentuk penderitaan yang Pak Paul tadi dikatakan ada sampai delapan itu berarti kita baru bicara empat Pak Paul. Mungkin dalam kesempatan yang akan datang kita akan lanjutkan lagi pembicaraan ini supaya kita mempunyai gambaran yang lebih jelas lagi tentang penderitaan dan kita tidak salah mengantisipasinya atau menganggapnya.
GS : Baiklah demikian tadi para pendengar yang kami kasihi, kami telah persembahkan ke hadapan anda sekalian sebuah perbincangan seputar penderitaan yang kita alami masing-masing bersama Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kalau anda berminat untuk melanjutkan acara tegur sapa ini kami persilakan anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 58 Malang. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, dari studio kami mengucapkan sampai jumpa pada acara Telaga yang akan datang.