Pola Melayani Tuhan yang Alkitabiah
Banyak gereja mungkin kekurangan jemaat yang mau melayani di gereja sebagai guru Sekolah Minggu, pemimpin liturgi, pianis, singer, kolektan, penyambut tamu dan anggota paduan suara juga bentuk pelayanan lainnya, lalu mempermudah prasyarat untuk mereka yang baru lahir baru dan dibaptis, supaya tidak terjadi kekosongan sehingga menyebabkan para hamba Tuhan harus tugas rangkap di lebih dari 1-3 bentuk pelayanan. Sebelum jemaat melayani jauh lebih baik mengikuti kebaktian rutin dahulu seperti paparan John R.W. Stott berikut ini :
"Baptisan ialah pintu masuk ke dalam persekutuan kristen yang kelihatan. Baptisan juga memiliki artinya yang lain lagi. Apabila kita belum dibaptis, baiklah kita meminta kepada pendeta supaya kita dibaptis. Baiklah kita biarkan diri kita terhisab dalam persekutuan kristen. Pada mulanya mungkin banyak yang nampak aneh bagi kita, tapi janganlah berdiri menonton.
Mengikuti kebaktian pada hari Minggu penting sekali bagi setiap orang kristen. Itu adalah kewajiban setiap orang kristen dan dapat dikatakan bahwa hampir semua gereja Kristen sependapat, bahwa Perjamuan Suci adalah pusat kebaktian gerejawi. Dalamnya kita memperingati kematian Juruselamat kita pada persekutuan seorang dengan yang lain." (1). Apakah pendapat rasul Paulus akan hal tersebut di atas ? "Janganlah ia seorang yang baru bertobat, agar jangan ia menjadi sombong dan kena hukuman iblis. (1 Tim 3:6)."
Firman di atas bukan hanya diperuntukkan bagi mereka yang akan menjadi penilik jemaat saja, tentu dimulai dari mereka yang melayani sebagai guru Sekolah Minggu, pemimpin liturgi, pianis, singer, kolektan, penyambut tamu dan anggota paduan suara juga bentuk pelayanan lainnya, jika pelayanan tersebut rapi dan bertanggung jawab serta tak bercacat, tentu akan direferensi menjadi penilik jemaat juga Diaken/ majelis gereja tentunya.
"ALLAH MENENTANG ORANG SOMBONG tetapi memberi anugerah pada Allah dan mengapa Ia sangat berkenan pada kerendahhatian? Keduanya adalah sikap terhadap Allah dan orang lain (Luk 18:9-14). Kesombongan membuat orang kehilangan penglihatan tentang kesenjangan antara Pencipta yang kudus dan manusia yang berdosa, dan ini menghasilkan penyerapan diri sendiri dan penghinaan kepada orang lain. Kerendahhatian memiliki visi keagungan, kasih dan pengampunan Allah dalam Kristus, dan ini menghasilkan kasih pada Allah dan sesama (Filipi 2:1-5)."(2)
Oleh sebab itu sebelum jemaat melayani TUHAN di berbagai bidang tersebut di atas, sepatutnya jemaat duduk diam sebagai jemaat setiap hari Minggu/sabat, menerima pengajaran sepanjang 52 minggu per tahun hadir tanpa alpa. Dan hadirlah minimal 3 tahun, juga hadir di persekutuan doa dan bila mau melayani sebagai guru Sekolah Minggu wajib ikut pelatihan yang diselenggarakan gereja. Alasan guru Sekolah Minggu wajib ikut pelatihan adalah sbb :
"Seorang bapak Sekolah Minggu bernama Dr. J.N. Frost berkata, ‘Pekerjaan Sekolah Minggu adalah mengajar Alkitab, menanamkan firman Allah ke jiwa anak yang mungil. Di Sekolah Minggu setiap detik merupakan pengalaman yang berharga bagi anak-anak. Oleh sebab itu, Sekolah Minggu menjadi bagian yang penting bagi Gereja untuk mendidik anak." (3).
Selain hal di atas juga karena anak begitu unik dan bermacam-macam latar belakang dan kebudayaan seperti ungkapan berikut :
"Anak didik itu datang dari bermacam-macam latar belakang. Ada yang dari keluarga cukup berada, ada yang dari keluarga miskin, ada yang seumur hidup tinggal di desa dan yang lain hanya mengenal kota besar, sedangkan yang lain lagi baru pindah ke lingkungan yang sama sekali baru bagi mereka. Ada yang datang dari keluarga pegawai negeri, ada yang tergolong bangsawan, dan ada yang berasal dari keluarga pendeta, guru, petani, pekerja di pabrik, buruh dan banyak yang lain lagi. Latar belakang ini memengaruhi cara berpikir anak, kemampuan mengertinya dan juga kesehatannya. Guru perlu mengenal setiap anak didiknya, termasuk latar belakang masing-masing."(4)
Begitu juga melayani di bidang yang lain seperti pemimpin liturgi, pianis, singer, kolektan, penyambut tamu dan anggota paduan suara juga bentuk pelayanan lainnya, pun perlu memahami latar belakang dan kebudayaan jemaat yang kita layani, agar kita tidak dinilai arogan dan lain sebagainya.
Bukan hanya jemaat baru berusaha mau dibina rohani mereka melalui ibadah umum dan persekutuan doa bahkan mengikuti pelatihan Sekolah Minggu dan lainnya, juga sepatutnya jemaat senior yang sudah melayani bertahun-tahun membina mereka yang usai baptis guna memperlancar tongkat estafet pelayanan gereja nantinya. Dan perlu kita sadari bahwa tidak akan bisa kita melayani TUHAN selama-lamanya, karena usia dan kesehatan akan membatasi kita. Oleh sebab itu kita perlu mempersiapkan generasi muda dan yang lebih muda dari kita untuk melanjutkan pelayanan kita di bidang yang sesuai dengan talenta dan karunia yang mereka miliki. Ikutilah teladan rasul Paulus yang sudah mempersiapkan generasi muda dan yang lebih muda dari dirinya yaitu : Timotius yang disebut anak kekasih (2 Tim 1:2; 1 Kor 4:17).
"Timotius tidak saja ikut serta dalam setiap rute perjalanan Paulus, tetapi ia juga bersedia dididik oleh Paulus dalam iman dan pengabdian terhadap tugas dan pelayanan jemaat. Pendidikan itu Timotius ikuti dengan tekun dan setia sekalipun untuk itu ia harus menderita sama seperti yang Paulus alami. Dalam 2 Timotius 3:10-11, Paulus mengatakan, "Tetapi engkau telah mengikuti semua ajaranku......" (LAI). Kata parakoloutheoo yang berarti menemani atau mengikuti merupakan istilah yang dipakai untuk menggambarkan hubungan Timotius sebagai murid dengan Paulus sebagai gurunya, mereka tinggal bersama dan menderita bersama."(5).
Dari tahun ke tahun dan dari generasi ke generasi, gereja memberikan kesempatan pada jemaat untuk bisa melayani juga mempersiapkan generasi muda dan yang lebih muda dari kita untuk melanjutkan pelayanan kita di bidang yang sesuai dengan talenta dan karunia yang mereka miliki. Dengan demikian gereja akan bertumbuh dengan pesat adanya.
Jika masih ada gereja yang secara instan, segera setelah jemaat dibaptis langsung menganjurkan jemaat itu untuk melayani, diusahakanlah untuk diubah untuk menghindari hal-hal tersebut di atas.
(1). John R.W. Stott, KEDAULATAN DAN KARYA KRISTUS. (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2008:180).
(2) Kelly M. Kapic, Pedoman Ringkas Berteologi. (Jakarta: Waskita Publishing, 2014:63).
(3) Mary Go Setiawani, Menerobos Dunia Anak, (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2000:14-15).
(4) Disusun oleh: Letha Humes dan Ny. A. Lieke Simanjuntak, PENUNTUN GURU PAK Sekolah Minggu dan Sekolah Dasar 1 dan 2, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1998:29).
(5) Robert P. Barrong dkk, Berakar di dalam Dia & Dibangun di atas Dia, ( Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2002:14).
- Blog admin
- Log in dulu untuk mengirim komentar
- 5900 kali dibaca