Musim Dingin

Versi printer-friendly

oleh Sdri. Betty Tjipta Sari

Sewaktu saya bekerja untuk IFES Nederland (di Indonesia: PERKANTAS), saya harus banyak bepergian dengan kereta. Dibandingkan dengan di Indonesia memang kereta di Belanda dapat diandalkan dalam ketepatan waktu dan kenyamanannya, namun tetap saja ada banyak gangguan yang dapat terjadi di jalan. Satu kali perusahaan kereta Belanda (NS = Nederlandse Spoorwagen) mendapat hukuman denda dari pemerintah karena sering terlambat. Kebanyakan keterlambatan terjadi karena cuaca seperti pohon tumbang dan terlalu banyak salju di atas rel, masalah tehnis seperti gangguan listrik, atau juga ada orang yang melompat ke rel saat kereta melintas. Beberapa kali saya mengalami gangguan seperti ini, dan paling banyak selama musim dingin. Selain masalah cuaca seperti badai dan salju, banyak orang mengalami winter depression (depresi musim dingin) dan mereka yang memang memiliki masalah psikologis, symptom (=gejala) gangguan jiwanya makin kuat selama musim dingin. Akibatnya tingkat bunuh diri menjadi lebih tinggi selama musim dingin.


Winter depression biasanya disebabkan karena kurangnya paparan sinar matahari. Terapi yang dilakukan biasanya dengan penyinaran cahaya. Tentu saja penyakit ini tidak akan didapati di Indonesia, karena tiap hari kita dapat melihat cahaya matahari selama 12 jam. Selama musim dingin di Belanda, matahari hanya muncul selama rata-rata 5-6 jam, itu pun jika tidak mendung. Sejak aku tinggal di Belanda dan mengalami winter yang dingin dan gelap, aku dapat menghargai apa artinya sinar matahari dan jadi mengerti mengapa banyak turis senang berjemur di bawah matahari, sementara kita memilih untuk menghindari sinar matahari karena tidak ingin kulit kita menjadi hitam. Padahal warna kulit kita yang coklat tua itu dianggap warna yang cantik bagi orang-orang Eropa. Mereka rela menghabiskan banyak uang untuk berjemur dan mendapat warna coklat.


Bukankah kita patut bersyukur karena dapat melihat sinar matahari setiap hari? Tidak ada risiko untuk mengalami winter depression. Sejauh ini aku tidak pernah mendengar ada orang mengalami depresi karena kebanyakan sinar matahari. Yang ada adalah dehidrasi, tapi ini mudah diatasi selama kita minum cukup air putih. Kadang memang kita tidak dapat melihat betapa berharganya satu hal yang biasa kita lihat sampai kita kehilangan hal itu. Sinar matahari yang bagi kita yang tinggal di daerah tropis adalah hal yang sangat biasa, tapi bagi orang Eropa menjadi satu hal yang mahal harganya. Bukan hanya masalah depresi, tapi selama musim dingin, tidak banyak jenis tanaman yang dapat tumbuh. Di masa lalu, bahkan tidak ada tanaman yang bisa ditanam. Sehingga kalau selama musim panas mereka gagal panen, maka bahaya kelaparan adalah sesuatu yang pasti di musim dingin di masa lalu. Sekarang memang berbeda karena adanya teknologi yang memungkinkan petani untuk tetap berproduksi selama musim dingin.


Di Indonesia kita dapat menamam padi hampir sepanjang tahun dan jenis tanaman lain pun dapat tumbuh sepanjang tahun. Namun karena kemudahan-kemudahan yang kita dapat dari alam yang Tuhan berikan, kita juga mudah lupa akan betapa banyaknya karunia Tuhan untuk kita yang hidup di negara tropis (dan tidak pernah tinggal di negara sub tropis). Lebih ironis lagi, kita tidak dapat melihat kekayaan kita sendiri. Kita pikir negara Eropa lebih kaya dari kita. Tapi kalau kita ingat sejarah, Belanda kaya karena menjual hasil bumi kita seperti rempah-rempah, gula dan kopi yang harganya sangat mahal di Eropa (karena tanaman-tamanan ini tidak dapat tumbuh di Eropa). Kita ingin memiliki apa yang negara Eropa punya, tapi lupa dengan apa yang kita miliki sendiri dan lupa untuk mengolahnya dengan sepenuh hati kita. Bukankah ironis jika setelah merdeka pun kita tidak dapat mengolah dan menjual hasil bumi kita dan membuat rakyat kaya. Seandainya kita dapat melihat dengan penuh rasa syukur dan mengolah dengan sepenuh hati apa yang Tuhan sudah karuniakan dengan rasa takut akan Tuhan, kita dapat menjadi negara yang kaya.


"Tuhan Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk

mengusahakan dan memelihara taman itu" (Kejadian 2:15)