Komunikasi Bisa Melanggengkan Pasangan Suami Istri

Versi printer-friendly

Keluarga yang dibentuk TUHAN sejak awal adalah dibentuk dengan komunikasi adanya. Sebagaimana kita ketahui dari kitab Kejadian bahwa TUHAN senantiasa berkomunikasi dengan ciptaan-Nya, baik saat sebelum maupun begitu Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa.

Oleh karena kita sebagai manusia harus melanjutkan pola yang sudah ditentukan TUHAN, kita yang hidup di abad modern ini sepatutnya tahu bahwa manusia tanpa komunikasi akan mengalami banyak hal yang buntu dan ketidaktahuan.

Setiap keluarga yang terdiri atas pasangan suami-istri dan anak-anak bahkan mantu dan cucu, senantiasa harus ada komunikasi antar satu dan lainnya, jika tidak ada komunikasi dapat dipastikan tidak akan tahu apa yang sudah terjadi dalam lingkungan anggota keluarga kita tentunya.

Sebuah keluarga baru biasanya ada kemungkinan hanya sekitar 3-5 tahun masih menjalin komunikasi antar satu dan lainnya namun, begitu pasangan suami istri mulai menanjak kariernya dan masing-masing sibuk, maka kebiasaan tersebut mulai memudar, begitu masing-masing sampai di rumah, karena lelah bekerja, cuma sekadar -- say hello-, dan lalu sibuk dengan kewajiban rumah masing-masing lalu menuju peraduan, mungkin ketika terjadi masalah dalam keluarga barulah berkomunikasi. Diharapkan dalam keluarga tidak terjadi seperti itu, tapi bisa selalu berkomunikasi walau tidak selalu berbicara langsung bisa juga lewat telepon atau sms, WA bukan ?

Sebagaimana tulisan Drs.Jamaludin Rachmat, M.Sc dalam bukunya berjudul: Psikologi Komunikasi Berikut ini :

Hubungan kita dengan keluarga kita, kawan-kawan sepermainan, dan tetangga –tetangga yang dekat (di kampung kita, bukan real estate) terasa lebih akrab, lebih personal, lebih menyentuh hati kita. Kelompok ini disebut oleh Charles Horton Cooley (1909) sebagai kelompok Primer.......... Pertama, kualitas komunikasi pada kelompok Primer bersifat dalam dan meluas. Dalam, artinya menembus kepribadian kita yang paling tersembunyi, menyingkapkan unsur-unsur backstage (perilaku yang hanya kita tampakkan dalam suasana privat saja). Meluas, artinya sedikit sekali kendala yang menentukan rentangan dan cara berkomunikasi. Pada kelompok Primer, kita ungkapkan hal-hal yang bersifat pribadi dengan menggunakan berbagai lambang, verbal maupun nonverbal. Pada kelompok sekunder, komunikasi bersifat dangkal (hanya menembus bagian luar dari kepribadian kita) dan terbatas (hanya berkenaan dengan hal-hal tertentu saja). Lambang komunikasi umumnya verbal dan sedikit sekali nonverbal. Kedua, komunikasi pada kelompok Primer bersifat personal. Dalam kelompok Primer, yang penting buat kita ialah siapa dia, bukan apakah dia. Kita mengkomunikasikan seluruh pribadi kita. Hubungan kita dengan anggota kelompok Primer bersifat unik dan tidak dapat dipindahkan (-non transferable-). Drs. Jamaludin Rachmat, M.Sc, 2001:142 (1)

Untuk itu lanjutkan komunikasi kelompok primer yang bersifat personal dalam keluarga terutama sebagai Pasangan suami-istri yang sudah disatukan TUHAN YESUS lewat lembaga Pernikahan. Muncul pertanyaan dari setiap pembaca, bagaimana dengan kondisi kami yang hidup di kota metropolitan seperti Jakarta? Saat untuk tatap muka begitu sedikit, waktu mayoritas ada di luar rumah. Prof. Dr. H.M. Burban Bungin,S.Sos, M.Si (2011:270-271) mengungkapkan berikut ini: (2)

Kelompok adalah sekumpulan orang-orang yang terdiri dari dua atau tiga orang bahkan lebih, kelompok memiliki hubungan yang intensif di antara mereka satu sama lainnya, terutama kelompok primer, intensitas hubungan di antara mereka merupakan pernyataan utama yang dilakukan oleh orang-orang dalam kelompok tersebut. Kelompok memiliki tujuan dan aturan-aturan yang dibuat sendiri dan merupakan kontribusi arus informasi di antara mereka sehingga mampu menciptakan atribut kelompok sebagai bentuk karakteristik yang khas dan melekat pada kelompok itu. Kelompok yang baik adalah kelompok yang dapat mengatur sirkulasi tatap muka yang intensif di antara anggota kelompok, serta tatap muka itu pula akan mengatur sirkulasi komunikasi makna di antara mereka, sehingga mampu melahirkan sentimen-sentimen kelompok serta kerinduan di antara mereka....... makna tatap muka tersebut berkaitan dengan adanya interaksi di antara semua anggota kelompok.

Dibuat oleh: Pdt. Yusak Timothy, M.Th.

(1)Drs. Jamaludin Rachmat, Psikologi Komunikasi,M.Sc. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2001:142).

(2)Prof. Dr. H.M. Burban Bungin,S.Sos, M.Si, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011:270-271)