Air Mata dan Mahkota (Mazmur 126)
Orang yang menabur dengan mencucurkan air mata akan menuai dengan bersorak-sorai. Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih pasti pulang dengan sorak sorai sambil membawa berkas-berkasnya. Mazmur 126:5-6
Hidup tidak lepas dari air mata. Adakalanya kita menangis karena ditinggal pergi oleh orang yang kita kasihi namun kadang, kita mencucurkan air mata karena penyesalan. Makna penyesalan sudah tentu berkaitan dengan sesuatu yang telah terjadi di masa lampau. Penyesalan biasanya muncul tatkala kita melihat sesuatu yang telah terjadi namun sesungguhnya tidak kita harapkan terjadi. Penyesalan sebenarnya merupakan introspeksi diri dan pengakuan bahwa ya, kita tidak berbuat semestinya.
Mungkin ada di antara kita yang membawa penyesalan. Kita masih sering menengok ke belakang dan berharap bahwa kita telah melakukan sesuatu yang berbeda sehingga apa yang terjadi dapat dihindarkan. Namun nasi telah menjadi bubur dan memang, mustahil mengubah bubur kembali menjadi nasi. Apa yang harus kita lakukan sekarang adalah memakan bubur itu dan berhenti berharap bahwa kita akan memakan nasi.
Ada satu lagi yang dapat kita lakukan. Kita dapat berjuang lebih keras mencoba bertahan di jalan yang benar sehingga tidak perlu kita dirundung penyesalan di kemudian hari. Taburlah yang baik dan menyenangkan Tuhan kendati susah dan payah; jangan cepat menyerah dan berkata, "Apa yang terjadi, terjadilah!" Kalau perlu, cucurkan bukan hanya peluh tetapi juga air mata perjuangan untuk hidup di jalan Tuhan yang benar. Jangan cepat menyerah, terus berjuang sampai akhir.
Wang Ming Tao adalah seorang hamba Tuhan yang harus mendekam di dalam penjara komunis Cina karena imannya dalam Kristus. Namun tahun-tahun di dalam kesendirian dan penderitaan tidak membuat imannya lapuk. Sebaliknya ia makin bersinar dan berbuah. Setelah ia dibebaskan, ia menerima kunjungan Pendeta Billy Graham dari Amerika. Di akhir percakapan, Pdt. Billy Graham menanyakan apakah ada pesan yang ingin Pdt. Wang sampaikan. Wang Min Tao menitipkan pesan dengan mensitir Wahyu 2:10, "Hendaklah engkau setia sampai mati dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan."
Kesetiaan dibuktikan bukan melalui ikrar yang nyaring tetapi melalui ketetapan hati yang lirih untuk tetap bertahan di jalan Tuhan. Kadang jalan ini mengundang tetesan air mata namun ingatlah, di akhir jalan, kita akan bersorak sorai memetik buah kemenangan dan menerima mahkota kehidupan.
- Blog Paul Gunadi
- Log in dulu untuk mengirim komentar
- 11477 kali dibaca