Berita TELAGA

Kebahagiaan Keluarga dan Kemurahan Hati

Versi printer-friendly
Oktober


Sesungguhnya ada keterkaitan yang erat antara kebahagiaan rumah tangga dan sikap murah hati. Keluarga yang bahagia adalah keluarga yang murah hati. Tidak ada keluarga yang bahagia bila anggotanya bersikap kikir terhadap satu sama lain. Jadi, bila kita ingin membangun keluarga yang bahagia, bersikaplah murah hati. Marilah kita belajar murah hati dari Markus 12:41-44. Ada beberapa pelajaran yang dapat kita petik dari Firman Tuhan ini.

  1. Sebagaimana dapat kita lihat, tidak ada seorang pun yang memaksa si janda miskin ini untuk memberi persembahan kepada Tuhan. Ia memberi dengan sukarela. Hal ini menandakan bahwa ia mendengarkan suara hatinya, bukan suara pikiran atau logikanya. Jika ia mendengarkan suara pikirannya, mustahil ia memberi sebab ia tidak lagi memunyai uang. Logikanya akan menyuruhnya untuk menyimpan uang itu dan menunda untuk memberi persembahan kepada Tuhan. Orang yang murah hati adalah orang yang mendengarkan suara hati, ketimbang suara pikiran.
  2. Si janda miskin memberi dari kekurangannya, bukan kelimpahan. Memberi adalah sebuah tindakan yang mengharuskan kita keluar dari diri sendiri dan masuk ke dalam diri orang yang akan menjadi penerima pemberian kita. Si janda miskin tidak melihat dirinya, melainkan Tuhan yang layak menerima persembahannya. Ia memberi sebab ia tidak memikirkan dirinya lagi. Orang yang memberi adalah orang yang berego kecil; fokus perhatiannya adalah pada orang lain.
  3. Si janda miskin ini memberi semua sisa uangnya. Ia tidak menyisakan apa pun. Ini pertanda ia memertaruhkan hidupnya pada kemurahan hati Tuhan. Ia yakin bahwa Tuhan akan memelihara hidupnya. Orang yang memberi memang adalah orang yang beriman.
Jadi, sikap memberi atau murah hati keluar dari:
  1.  lebih banyak HATI,
  2.  lebih banyak IMAN, dan
  3.   lebih sedikit DIRI SENDIRI.

Nah, sekarang mari kita terapkan pelajaran ini ke dalam pernikahan.

  1. Pernikahan membutuhkan lebih banyak hati.
    Yang dimaksud dengan hati di sini adalah bagian terlembut pada diri kita. Ini adalah bagian diri kita yang berisikan kasih dan belas kasihan. Nah, lebih seringlah berbuat sesuatu kepada pasangan berdasarkan suara hati.
  2. Pernikahan membutuhkan lebih sedikit diri.
    Kita mesti memberi perhatian yang lebih besar kepada pasangan kita. Berusahalah sedapat mungkin untuk memenuhi kebutuhannya dan berbuatlah lebih banyak untuk membahagiakannya.
  3. Pernikahan membutuhkan lebih banyak iman.
    Ada banyak hal yang dapat memicu pertengkaran namun sebagian darinya berasal dari kurangnya iman. Oleh karena kurang beriman kita mengkhawatirkan kondisi keuangan dan mulai mengeluh dan akhirnya menyalahkan pasangan. Oleh karena kurang iman, kita terlalu mencemaskan masa depan anak sehingga terlalu membatasi ruang gerak anak. Itu sebabnya kita mesti lebih beriman, lebih berserah pada Kristus dan kesetiaan-Nya. Makin kita berserah kepada-Nya, makin sedikit tekanan hidup dan makin besar sukacita.

Kesimpulan: Murah hati berasal dari lebih banyak hati, lebih banyak iman, dan lebih sedikit diri. Inilah resep kebahagiaan pernikahan.

Ringkasan T326A
Oleh : Pdt. Dr. Paul Gunadi
Simak judul-judul tentang "Keluarga" lainnya di www.telaga.org



PERTANYAAN :

Pak, ada beberapa pertanyaan yang ingin saya ajukan sebagai berikut :

  1. Untuk menuju suatu perkawinan kadang ada pasangan wanitanya pernah mengalami pemerkosaan, apakah cara pemberkatannya berbeda?
  2. Jika pihak wanita dan pihak laki-laki yang berkomitmen untuk menjada kekudusan tetapi masing-masing memunyai masa lalu pernah melakukan hubungan di luar nikah dengan pasangan mereka masing-masing, apakah cara pemberkatannya berbeda?
  3. Apabila seorang wanita yang sudah tidak ‘virgin’ lagi (karena sudah melakukan hubungan di luar nikah), saat memasuki masa pacaran, apakah wanita itu harus berkata jujur pada awal pacaran atau bagaimana?
  4. Dalam hal pemberkatan, yang ingin saya tanyakan, apakah berbeda cara hamba Tuhan memberkati pasangan yang belum pernah sama sekali melakukan hubungan intim dan pasangan yang sudah pernah melakukannya tetapi sudah bertobat (pasangan yang pernah melakukannya di masa lalu dengan pasangannya masing-masing)?
  5. Jika seorang wanita pernah melakukan hubungan intim sewaktu dia berpacaran di masa lalunya, pada saat dia mulai dekat dengan seorang pria dan mulai yakin kalau pria itu pasangan hidupnya, dia jujur tentang masa lalunya, tetapi pria itu mau menerima dengan syarat si wanita itu harus mau berhubungan intim dengan pria itu. Apakah yang harus wanita itu lakukan karena wanita itu masih mencintai pria itu?

Sebelumnya, saya ucapkan terima kasih.

Salam : L.T. 



JAWABAN :

Sdri. L. T. yang dikasihi Tuhan,
Pemberkatan nikah bukanlah doa permohonan akan apa yang TELAH terjadi, melainkan sebuah doa permohonan untuk apa yang AKAN terjadi. Dengan kata lain, arah pemberkatan adalah untuk masa depan pasangan ini, bukan masa lalunya. Nah, berdasarkan kerangka pemahaman ini, kami akan mencoba menjawab pertanyaan yang diajukan :

  1. Kasus perkosaan adalah tindak kejahatan dan sudah tentu dalam hal ini si wanita menjadi korban kejahatan. Ia tidak bersalah sebab yang berdosa adalah si pelaku kejahatan yang memerkosanya. Terpenting dalam kasus seperti ini adalah penyembuhan luka batin agar peristiwa ini tidak memberi dampak buruk dalam keintiman jasmaniah di pernikahan.Sudah tentu pemberkatan dilakukan seperti biasa.
  2. Apabila kedua belah pihak pernah berdosa zinah sebelum pernikahan dengan pasangannya masing-masing, maka mesti ada pengakuan dari kedua belah pihak kepada pasangannya. Jadi disini diperlukan keberanian untuk mengakui dan kasih untuk saling mengampuni. Sudah tentu keduanya sudah harus mengakui dosa dan meminta pengampunan Tuhan pula atas dosa yang diperbuat. Terpenting adalah pertobatan untuk tidak mengulang perbuatan yang sama dan janji untuk menjaga kekudusan di masa mendatang. Pemberkatan dapat dilakukan seperti biasanya sebab yang dituntut Tuhan adalah pertobatan.
  3. Jika sudah berhubungan dengan pria lain, maka hal ini pun mesti diakui di hadapan pasangan. Sebaiknya tidak dilakukan pada tahap awal pacaran sebab kita mesti tahu dengan relatif pasti bahwa ia sungguh mencintai kita. Apabila relasi sudah bertumbuh kuat, maka kita harus mengakuinya. Setelah pengakuan, kita minta agar relasi ini dibekukan selama misalnya dua minggu, supaya ia dapat memikirkan ulang apakah ia siap menerima kita apa adanya. Kita mesti memberinya kesempatan untuk memikirkan ulang sebab kita tidak mau ia masuk ke dalam pernikahan karena keterpaksaan. Bila ia mengatakan siap menerima kita apa adanya, maka kita memintanya untuk tidak lagi mengungkit hal ini lagi.
  4. Pada prinsipnya gereja adalah lembaga yang diberi wewenang baik oleh Allah maupun pemerintah untuk mensahkan suatu pernikahan. Dalam keadaan apa pun, baik pasangan itu sudah hamil atau belum, baik sudah pernah berhubungan intim dan tidak terjadi kehamilan, maka kewajiban gereja adalah menikahkan pasangan itu. Sedangkan Lembaga Catatan Sipil hanya mncatat apa yang sudah terjadi, yang dilakukan oleh gereja. Dalam hal ini, perlakuan terhadap pasangan yang menikah seperti hanya didoakan atau diteguhkan atau diberkati, atau tempat pelaksanaannya berbeda (tidak di gereja), itu adalah cara gereja menikahkan pasangan tersebut. Perlakuan yang berbeda-beda yang diberikan oleh pihak gereja terhadap pasangan yang menikah, ini merupakan bentuk disiplin yang harus dilakukan sebagai konsekuensi dari pelanggaran yang mereka lakukan, yaitu melakukan hubungan seks sebelum menikah, baik terjadi kehamilan atau tidak. Selain itu juga ditujukan agar menjadi pelajaran bagi pasangan-pasangan lain yang akan menikah. Alkitab dengan jelas menegaskan bahwa kita harus menjaga hidup kudus di hadapan Tuhan.

    Silakan baca Roma 12:1-2; 1 Kor. 6:15-20.

  5. Apa yang diuraikan dapat butir (4) tersebut di atas, juga menjawab pertanyaan Sdri. L. T. Seorang pria yang sungguh-sungguh mencintai pasangannya, semestinya tidak memberi syarat "harus mau berhubungan intim" terlebih dahulu. Bukankah ini berarti berbuat dosa untuk kedua kalinya bagi si wanita?

Demikian jawaban yang dapat kami berikan, Tuhan memberkati !!

Salam dan doa,
Tim Pengasuh Program TELAGA




Pada dasarnya pasangan yang akan menikah bertujuan untuk memiliki kehidupan pernikahan yang bahagia. Berbagai bayangan dan gambaran kebahagiaan seakan menanti di depan mata, dan setelah memasuki kehidupan pernikahan memang ternyata gambaran tersebut nyata adanya. Hanya saja, setelah beberapa tahun berjalan, gambaran kebahagiaan tersebut mulai ditambahkan sedikit bumbu pertengkaran, mulai dari yang kecil hingga yang tidak lagi dapat dihindari. Lama-kelamaan gambaran kebahagiaan telah berubah menjadi gambaran kesedihan, kemarahan, kekecewaan dan mungkin keputusasaan. Mengapa hal ini dapat terjadi? Adakah sesuatu yang salah?

Dalam memasuki tahap kehidupan apapun, ada yang namanya harapan, impian, tujuan dan biasanya seseorang meletakkan banyak hal di atas harapan, impian dan tujuan tersebut. Ketika memasuki kehidupan pernikahan yang notabene melibatkan dua orang, maka akan ada dua harapan, dua impian, dua tujuan, dan dua karakteristik pribadi yang berbeda. Proses menyatukan keduanya inilah yang menjadi sebuah perjalanan yang menantang bagi keduanya.

Mengapa menjadi menantang?
  • Setiap orang telah membawa "bentukan" dasarnya.
  • "Bentukan" tersebut mungkin sudah menjadi kebiasaan, atau bahkan prinsip dasar yang relatif sulit untuk dilenturkan.
  • Ditambah dengan kecenderungan setiap orang sebagai manusia berdosa yang pasti akan condong ke "self-centeredness."
  • Hal-hal tersebut memengaruhi seseorang untuk berdiri pada apa yang dirasa benar dan memertahankannya, ketika kurang lentur maka di sinilah konflik mulai terbangun.

Tetapi terkadang, seseorang tahu bahwa dirinya perlu berubah, hanya saja terkadang sulit untuk bergerak, apa alasannya?

  • Hal mendasar:
    • Takut dan belum rela akan konsekuensi dari perubahan tersebut.
    • Cara berpikir yang masih belum tepat.
    • Kemampuan melihat perspektif lawan bicara.
    • Keberanian untuk keluar dari ketakutan yang ada dalam diri.
    • Kemampuan melihat isu utama dari konflik.
  • Hal pendukung:
    • Keterampilan dalam berkomunikasi.
Jadi bagaimana cara mengatasinya?
  • Identifikasi kebiasaan berpikir, merasa dan bertindak atau isu-isu yang biasanya rentan memicu konflik.
  • Refleksikan, mengapa bereaksi demikian…apa yang sedang ditakutkan dan dirasa perlu "dilindungi"?
  • Renungkan bagian diri yang potensial memicu konflik
  • Cari bentuk reaksi yang lebih tepat yang potensial membawa perbedaan ke arah yang lebih kondusif dan komunikatif.
  • Komunikasikan segala sesuatu (pikiran, perasaan dan lain-lain) kepada lawan bicara.
  • Upayakan hindari asumsi, kesimpulan dini dan penghakiman
  • Minta umpan balik dari orang lain, dan terus berlatih

Ikuti perbincangan lengkapnya melalui Instagram Live @ telagapengharapan.


*) Salah seorang konselor dari Pusat Konseling Telaga Pengharapan (PKTP) Jember yang berdomisili di Malang


Renungan

PERSEMBAHAN YANG HIDUP DAN YANG BENAR

Oleh : Pdt. Nancy Rosita Timisela, M.Th.(Konseling) *)

Roma 12:1-8

PENDAHULUAN

Saudara, ketika anak saya masih kecil, suatu kali sepulang sekolah anak pertama kami menangis. Ketika melihatnya menangis, saya bertanya, kenapa menangis? Dia kemudian bercerita bahwa di sekolah dia tidak punya teman. Dia sedih karena tidak ada yang mau berteman dengannya. Saya kemudian mendekatinya dan saya mengatakan, "Mama ngerti pasti sedih ya ketika tidak ada teman". Setelah itu saya menunggu sebentar membiarkan dia menangis. Setelah menangis, saya kemudian pelan-pelan bertanya kepadanya, ada berapa orang teman di kelas, dia menyebutkan bahwa ada 20 orang. Kemudian saya bertanya apakah kedua puluh orang itu idak mau berteman dengannya? Dia katakan tidak, hanya beberapa saja. Akhirnya dia mengerti bahwa ada teman lain yang lebih banyak yang bisa berteman dengannya.

Saudara, sama seperti anak saya, betapa sering kita keliru dalam membuat kesimpulan hanya berdasar pada satu atau dua pengalaman. Sering kali pengalaman-pengalaman kita apalagi sebuah pengalaman yang emosional akan meresap dan membekas secara mendalam di dalam diri kita, lalu kemudian membentuk kerangka berpikir kita yang kemudian terwujud di dalam dan tercermin melalui kata-kata, perilaku dan tindakan sehari-hari. Sayangnya ada banyak yang kita pikirkan dan sudah banyak memengaruhi perilaku kita sehari-hari ternyata adalah hal yang salah. Tidak semua yang kita pikirkan itu benar, kita banyak melakukan kesalahan dalam pikiran dan perkataan serta perbuatan kita.

Itu sebabnya Alkitab mendorong kita untuk mendengar, mengerti dan mengamati serta melakukan apa yang dikatakan oleh Alkitab. Apa yang diperintahkan-Nya dan yang dikehendaki-Nya itulah yang seharusnya kita lakukan dalam kehidupan kita setiap hari.

Melakukan sesuatu bukan berdasarkan pada kehendak saya semata atau apa yang saya suka lakukan sesuai dengan kehendak saya, tidak demikian. Bahwa hidup kita bukan tentang agenda kita tetapi tentang apa yang Tuhan inginkan di dalam dan melalui kita.

BAGAIMANA AGAR HIDUP KITA SESUAI DENGAN AGENDANYA TUHAN?

Agar apa yang kita pikirkan dan lakukan sesuai dengan kehendak-Nya maka inilah yang diperintahkan

Inilah yang diperintahkan dalam ayat 1 bagi setiap orang percaya, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati

APA ARTI MEMPERSEMBAHKAN TUBUH?

Artinya:

Menyerahkan dan melepaskan kekuasaan atas diri kita kepada Allah. Mempersembahkan tubuh secara utuh (hati, pikiran, dan anggota-anggota tubuh) untuk dipakai oleh Allah untuk membangun umat-Nya dan untuk kemuliaan-Nya.

Mengapa?

  • kita melepaskan dan memberikan hidup yang kita miliki oleh sebab Allah terlebih dahulu menyatakan kemurahannya (ay. 1)
  • Allah telah terlebih dahulu mengasihi kita (Yoh. 3:16)

Konteks: 1-11

Fakta tentang manusia yang berdosa dipanggil oleh Allah melalui Abraham.

Tidak ada yang dapat mengharuskan Allah untuk menyelamatkan manusia namun karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini sehingga Ia mengaruniakan anak-Nya yang tunggal.

- Identitas kita yang baru, persembahan tubuh kepada Tuhan adalah konsekuensi logis dari keselamatan yang sudah kita terima dari Allah.

Persembahan paling konkret:

  1. Jangan menjadi serupa dengan dunia: perubahan akal budi, transformasi dimulai dari akal budi. Pikiran tidak otomatis bersih, saat menjadi orang Kristen, identitas baru tetapi dalam pikiran masih ada sisa-sisa dari lama yang ini yang harus diperbaharui.
  2. Ay.3-4, selanjutnya konteks hidup bersama jemaat, dimulai dari transformasi diri kemudian berlanjut di dalam kehidupan jemaat. Mengenali karunia dan menggunakan untuk pelayanan di dalam jemaat sampai masyarakat yang lebih luas (ay.17). Orang mempersembahkan hidup kepada Tuhan harus mengalami perubahan diri dan bertumbuh dalam komunitas yaitu melayani sesama. Gunakan karunia untuk hidup dalam berjemaat, melayani dan bersama-sama membangun pekerjaan Tuhan. Dalam komunitas kita menemukan karunia dan menggunakan, dipakai untuk melayani di dalam komunitas orang percaya. Tidak sempurna tetapi harus berkelanjutan. "Perjuangan kita yang baru setelah menerima Kristus adalah berjuang menemukan karunia-karunia Roh Kudus yang dapat menolong kita melayani secara efektif dan lebih luas."




POKOK DOA (Oktober 2023)

Tahun 2023 tinggal 2 bulan lagi akan kita tinggalkan. Cuaca kering dialami oleh masyarakat di beberapa daerah di Indonesia. Tetap bersyukur untuk kesehatan yang TUHAN berikan. Beberapa doa syukur dan doa permohonan yang sempat dikumpulkan adalah sebagai berikut :

  1. Bersyukur dalam bulan Oktober 2023 telah berhasil mengirimkan rekaman terbaru (T574 s.d. T 588) kecuali T575 s.d. T578 akan disusulkan setelah proses pengeditan selesai, ke 10 radio streaming melalui ‘google drive’, yaitu IMC Broadcasting di Hongkong, Grace Alone di Surabaya, Suara Sorong FM di Sorong, Bethany AM di Medan, Muria FM di Jepara, Suara Pengharapan FM di Waingapu, Suara Imanuel FM di Bontang, Sumber Kasih FM di Manado, Cristy AM di Makassar dan Lizbeth FM di Kupang.
  2. Bersyukur untuk Yayasan Lembaga SABDA yang telah memeringati ulangtahun yang ke-29 dalam bulan Oktober 2023 ini.
  3. Bersyukur untuk perkembangan kesehatan dari Bp.Heman Elia, sudah bisa datang mengajar ‘onsite’ di kampus STT SAAT dan kita tetap doakan agar Tuhan memberikan yang terbaik untuk hamba-Nya.
  4. Bersyukur untuk pernikahan Sdri. Maria Antin Novianti Sulastri dengan Sdr. Yohanes Nico Octorus Agus telah berlangsung di Gereja Hati Santa Perawan Maria Tak Bernoda, Tangerang pada hari Minggu, 22 Oktober 2023 yang lalu. Sdri. Antin adalah putri dari Ibu Sri Haryati Gani, pemilik rumah Jl. Cimanuk 56 Malang yang telah meminjamkan rumahnya untuk dipakai oleh LBKK dan Telaga sejak 15 tahun yang lalu
  5. Tetap doakan untuk Radio Pemulihan Kasih FM di Bajawa, Flores yang menyiarkan program Telaga setiap hari, sejak bulan Maret 2023 masih belum mengudara. Beberapa hal yang perlu didoakan yaitu: (a) Teknisi, (b) Perpanjangan Izin Prinsip Penyelenggaraan dan (c) Perpanjangan Izin Stasiun Radio.
  6. Bersyukur Tuhan menyertai dan berkenan memakai Pusat Konseling Telaga Kehidupan melayani jiwa-jiwa, melalui sesi-sesi konseling, juga sesi-sesi ‘parenting’ dan sesi-sesi pengajaran lainnya di gereja dan sekolah. Doakan agar jiwa-jiwa yang dilayani terus Tuhan sertai dan bertumbuh di dalam pengenalan akan Tuhan, juga mengalami pemulihan. Doakan pula agar Tuhan memberi hikmat bagi setiap kami untuk dapat melayani seturut kehendak-Nya.
  7. Bersyukur untuk setiap doa yang dipanjatkan dan dukungan yang diberikan kepada Pusat Konseling Telaga Kehidupan. Setiap doa sangat berarti bagi segenap tim, konselor serta bagi jiwa-jiwa yang kami layani. Kiranya Tuhan senantiasa memberkati Bapak/Ibu dan Saudara semua.
  8. Doakan agar Tuhan memberi hikmat serta membukakan kesempatan untuk kami memunyai tempat untuk konseling tatap muka secara tetap.
  9. Tidak terasa sebentar lagi kita akan memasuki penghujung tahun 2023, doakan agar segenap tim Telaga Kehidupan dapat melakukan evaluasi dan diberi hikmat untuk menyusun rancangan tahun depan. Kiranya Tuhan pertajam visi dan kepekaan akan hati Tuhan, sehingga segenap tim dan juga para konselor dapat mengikuti kehendak-Nya.
  10. Bersyukur untuk kerjasama Telaga Pengharapan dengan Pusat Konseling Setitik Cahaya yang akan mengadakan IG Live pada tanggal 17 November 2023 pk.19.00 WIB dengan tema "Heal from Trauma". Kiranya Tuhan menolong persiapan dan memakai acara ini menjadi berkat.
  11. Bersyukur Tuhan memercayakan beberapa klien baru untuk dilayani. Kiranya Tuhan memberi hikmat kepada tim Konselor untuk dapat memberikan layanan konseling dengan baik.
  12. Doakan untuk rencana kunjungan ke GKJW dan Sekolah Dian Harapan, kiranya Tuhan membuka jalan untuk membangun jejaring dan kerjasama dengan GKJW dan Sekolah Dian Harapan..
  13. Doakan agar Tuhan mengirimkan rekan sekerja yang menangkap visi dan misi yang sama bagi pelayanan Telaga Pengharapan.


Halaman