Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini tentang "Remaja dan Pergaulannya. Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
GS : Sudah menjadi ciri dari remaja yaitu bergaul dan kelihatan aneh kalau ada remaja yang tidak bisa bergaul. Tetapi pergaulan sendiri bisa membawa dampak yang positif dan juga bisa membawa dampak yang negatif dalam kondisi yang sekarang ini. Menurut pengamatan Pak Paul, hal apa yang membahayakan dalam pergaulan remaja ini ?
PG : Salah satu gejala merusak yang mulai melanda kawula muda dewasa ini adalah pengiriman gambar porno lewat 'online', melalui alat-alat komunikasi seperti komputer dan telepon genggam. Masalahnya bukan hanya gambar porno orang lain yang dikirimkan, tapi juga gambar porno dari organ tubuh sendiri. Jadi dirinya sendiri yang menjadi pelaku dari gambar-gambar itu. Seperti yang dapat kita duga, pelaku utamanya adalah para remaja yang memang sedang berada dalam kondisi seksual yang prima. Mungkin Pak Gunawan juga mengingat beberapa hari yang lalu masuk ke dalam surat kabar Jawapos tentang beredarnya gambar porno seorang remaja putri yang adalah siswi di sebuah SMA di suatu kota di Jawa Timur dan gambar itu sudah meluas ke mana-mana. Benar-benar ini menjadi sebuah tren, kita tahu hal ini yang tertangkap belum lagi yang tidak tertangkap. Dan di Amerika sendiri hal ini telah menjadi masalah yang luar biasa besar. Bahkan ketika remaja itu diwawancara, mereka mengatakan bahwa mereka melakukannya untuk kesenangan dan tidak ada yang menyuruh, tidak ada yang memaksa dan memang mereka ingin melakukannya, jadi memfoto diri sendiri melakukan adegan seksual kemudian mengirimkannya kepada teman-teman, bahkan ada yang mengirimkan itu secara umum. Jadi benar-benar kita melihat ini adalah sebuah badai yang sedang menerpa, dan bagi anak-anak kita, kalau mereka tidak kita bekali maka mereka ini benar-benar bisa tersapu oleh badai ini sebab teman-teman akan mengirimkan gambar-gambar ini kepada mereka dan mereka akan mulai melihatnya. Jadi benar-benar penyebaran pornografi melalui alat-alat komunikasi dan komputer akan menjadi masalah yang berat.
GS : Sebenarnya apa yang melandasi seseorang mengirimkan gambar-gambar porno, bahkan gambar porno dari bagian tubuhnya sendiri dibagikan kepada orang lain, Pak Paul ?
PG : Yang menarik adalah tidak ada jawabannya selain untuk senang-senang saja. Jadi waktu saya membaca tentang hal ini dan para remaja ini diwawancara, mereka berkata hanya untuk senang-senang. Waktu ditanya, "Apakah tidak malu?" mereka menjawab, "Untuk apa malu, ini tubuh saya sendiri dan saya bangga dengan tubuh saya kalau orang mau melihat, silakan." Jadi benar-benar remaja ini tidak memikirkan dampaknya, bagaimana kalau nanti dia menjadi mangsa bahkan nanti akan ada orang yang mencari tahu di mana dia tinggal dan tergoda untuk melakukan hal yang lebih buruk kepadanya. Belum lagi kita harus menyadari bahwa gambar-gambar ini akan digunakan oleh orang untuk berfantasi seksual, untuk bermasturbasi. Jadi benar-benar kerugian yang sangat besar, belum lagi kalau orang-orang ini nanti menjadi seorang ibu rumah tangga, menjadi bapak, menjadi orang yang lumayan terhormat. Bagaimana kalau nanti ada orang yang menyimpan gambar-gambar ini? Bagaimana kalau nanti dia diperhadapkan dengan gambar-gambar ini setelah dia menjadi mama. Dan anaknya nanti yang akan berhadapan dengan gambar ini, yaitu mamanya atau papanya yang sedang beradegan porno dan direkam dan masih ada orang yang menyimpannya, bagaimana kalau nanti mereka bertobat, bagaimana kalau nanti mereka menjadi anak Tuhan dan melayani Tuhan, kemudian tiba-tiba ada orang yang berkata, "Saya memunyai gambarmu, waktu kamu sedang seperti ini dan seperti itu." Banyak anak remaja tidak memikirkan hari depan dan hanya memikirkan hari ini, yang penting hari ini senang-senang. Jadi hal ini sangat berbahaya dan sudah menjadi hal yang dianggap normal bagi banyak anak-anak remaja, sehingga banyak yang melakukan seperti ini, ada yang mengajak pacarnya untuk melakukan adegan porno sendiri dan mengirimkannya kepada dia, saling tukar menukar. Begitu banyak hal yang menyimpang yang sedang terjadi. Jadi sudah selayaknyalah kita orang tua mengetahuinya.
GS : Jadi sebenarnya dampak negatif mana yang lebih besar, Pak Paul ? Terhadap dirinya sendiri atau terhadap orang yang melihat gambar-gambar itu?
PG : Pada akhirnya dirinya sendiri, Pak Gunawan, karena yang tadi sudah saya singgung. Bagaimana kalau nanti 10 tahun berlalu dan dia sudah menjadi seorang ibu rumah tangga, dia telah bertobat dan dia telah menjadi orang terhormat dan masih ada orang yang menyimpan gambar-gambar ini. Bagaimana nanti kalau ada orang yang mengenali dia dari gambar ini, dan waktu dia sedang berjalan ada orang yang mengenali dia maka orang akan mengingat gambar-gambar dia dalam adegan porno itu. Jadi ada dampak-dampak berat yang harus ditanggungnya. Salah satu dampak berat yang kita juga harus pikirkan adalah terjadinya hubungan seksual akibat tingginya tingkat rangsangan yang ditimbulkan yang tidak jarang menghasilkan kehamilan di luar nikah. Jadi mula-mula saling mengirimkan adegan porno yang dilakukan sendiri, karena sering dikirim lewat HP dan sebagainya akhirnya waktu mereka berjumpa, dari awal mereka sudah begitu terangsang dan kemudian setelah bertemu mereka langsung melakukan hubungan seksual dan akhirnya terjadilah kehamilan di luar nikah. Jadi benar-benar masalah ini terus berkembang dan orang tua tidak bisa menutup mata.
GS : Dan mereka yang melakukan hal-hal yang seperti ini, sebetulnya masih di dalam pengawasan orang tua, Pak Paul. Jadi sebenarnya apa yang orang tua harus lakukan ?
PG : Yang kita harus lakukan, yang pertama adalah kita harus memantau anak-anak dengan dekat. Dewasa ini Pak Gunawan, ada orang tua yang berpuas diri dan mengatakan bahwa dia terus memantau keberadaan anaknya tapi hanya lewat telepon genggam, dia bisa SMS, telepon dan menanyakan di mana anaknya sekarang, sebab orang tuanya sendiri juga entah dimana, entah itu di klub malam atau mungkin sedang di kafe, pulang tengah malam. Jadi mereka sendiri tidak bisa mengawasi anak, hanya mengawasi anak lewat telepon genggam. Menghubungi anak dan menanyakan keberadaannya lewat telepon tidak sama dengan memantaunya secara langsung. Pada kenyataannya anak yang tahu bahwa dia diawasi, akan lebih takut untuk melakukan perbuatan terlarang, dibanding dengan anak yang tahu bahwa ia tidak diawasi. Jadi semua anak remaja Pak Gunawan, mesti tahu kalau dia diawasi. Begitu dia tahu kalau dia tidak diawasi, maka hilanglah pagar untuk melakukan perilaku yang menyimpang itu. Bukankah anak-anak yang melakukan hal-hal yang seperti ini hampir dapat dipastikan lepas dari pengawasan orang tuanya. Bisa memang orang tuanya mengabaikan secara tidak langsung karena pekerjaannya, tapi bisa juga diabaikan secara langsung akibat rumah tangga yang tidak harmonis. Jadi dengan kata lain, kemungkinan hal ini dilakukan oleh anak yang mendapatkan pengawasan yang ketat dari orang tuanya itu kecil, namun jika orang tuanya tidak mengawasi secara ketat maka kemungkinan ini jauh lebih besar.
GS : Kalau orang tua itu mengawasi anak terus menerus, itu adalah hal yang tidak mungkin dilakukan, Pak Paul, karena anak sudah keluar dari rumah dan banyak temannya di luar rumah, bagaimana orang tua bisa mengawasi terus menerus? Lagi pula kalau anak hanya menurut kepada orang tua, tidak melakukan hal itu selama dia diawasi kemudian di belakang kita dia melakukan hal-hal yang tidak kita inginkan itu, ini bagaimana, Pak Paul ?
PG : Sudah tentu harus ada relasi yang akrab antara kita dan anak. Kita mesti mendapatkan kepercayaannya bahwa kita itu menyayanginya dan bahwa kita itu berpikir atau memikirkan kepentingannya. Di dalam relasi yang baik antara kita dengan anak, anak akan berpikir dua kali sebelum melakukan hal-hal yang dia tahu akan dapat memengaruhi reputasi orang tuanya atau melukai hati orang tuanya. Jadi anak yang tahu bahwa dia disayangi akan jauh lebih sulit melakukan hal-hal yang dapat mengecewakan orang tuanya. Tapi anak yang tidak tahu bahwa dia disayangi atau tidak peduli apakah dia disayangi atau tidak oleh orang tuanya, otomatis juga tidak akan begitu peduli apakah tindakannya akan berdampak pada orang tua atau tidak. Jadi saya tahu kita harus memberi ruangan kepada anak, kita harus memberi kepercayaan kepada anak dengan meningkatnya usia namun itu tidak berarti kita melepaskan pengawasan secara penuh. Kita tetap harus menanyakan kemana dia pergi, jam berapa dia kembali, dengan siapa dia pergi, apa yang dilakukannya dan kenapa dia terlambat pulang. Hal-hal seperti itu tetap harus kita tanyakan kepada anak-anak remaja kita sebab semua pertanyaan ini memerlihatkan bahwa kita mengawasinya. Kendati dia tidak suka namun pengawasan ini perlu, kita pun mesti menanyakan tentang penggunaan komputer dan telepon genggamnya. Jangan takut menanyakan hal-hal seperti ini. Dan jangan takut menyinggung perasaannya. Kalau misalkan anak bertanya kepada kita maka katakan dengan jujur, "Saya takut, oleh sebab itu saya ingin tetap memantau kamu" sebab saya tahu kalau anak dipantau, kemungkinan dia berbuat akan lebih kecil. Jadi kita katakan terus terang kepada anak-anak. Kalau anak-anak berkata, "Saya masih tetap bisa melakukannya meskipun papa dan mama mengawasi saya," maka kita menjawab, "Itu betul, tapi karena kamu tahu kalau kami mengawasi maka nantinya kamu akan lebih berhati-hati dan nanti kamu juga akan lebih merasa bersalah kalau kamu melakukannya karena kamu tidak mau kalau nanti ketahuan. Tapi kalau kami tidak mengawasi sama sekali, bukankah kamu lebih dapat tergoda, bukankah kamu nanti lebih dapat berkata tidak mungkin ketahuan." Jadi faktor tidak diketahui itu menjadi faktor yang besar yang mendorong anak untuk melakukan perilaku yang menyimpang ini.
GS : Tapi sebenarnya relasi antara orang tua dan anak, itu yang menjadi lebih penting dari pada kita bisa mengawasi anak karena kita sangat terbatas sekali. Apalagi kalau anak ini sudah di luar kota, sulit bagi kita untuk memeriksa HP atau komputernya, Pak Paul.
PG : Betul, Pak Gunawan. Jadi bukan saja kita harus menjaga relasi dengan anak tapi kita juga harus menjaga atau mengawasi perkembangan rohani karena anak yang tidak memiliki minat rohani, tidak peduli dengan kehendak Allah, otomatis juga tidak peduli dengan "Apakah tindakannya ini berdosa atau tidak." Jadi kita mesti menjaga relasi dengan baik dan juga mendorong dia untuk menjaga relasi dengan Tuhan dengan baik. Jangan sampai kita berpikir karena anak kita baik, maka tidak mungkin dia melakukan hal-hal seperti ini. Masalahnya adalah kendati dia anak yang baik, namun dia telah berkenalan dengan anak yang tidak begitu baik dan anak yang tidak begitu baik ini menyuruh atau memengaruhinya sedemikian rupa sehingga pada akhirnya karena keluguannya ia telah menjadi mangsa anak yang tidak baik itu. Jadi sekali lagi meskipun anak kita baik, namun tetap kita mesti menjaganya karena kita tidak tahu dengan siapa saja dia bergaul. Maka jalanilah komunikasi sehingga kita tahu dengan siapa dia bergaul itu penting sekali, juga memastikan dia memunyai hubungan dengan Tuhan dengan baik, itu pun juga penting karena kalau dia tahu bahwa Tuhan juga mengawasi maka dia juga akan lebih takut untuk berdosa. Kalau dia tidak peduli bahwa Tuhan mengawasi atau tidak, sudah tentu dia akan lebih mudah jatuh ke dalam dosa pula.
GS : Sekarang ini banyak anak-anak yang oleh orang tuanya, kalau tinggal di luar kota bukan di-kost-kan namun disewakan atau dibelikan apartemen di mana pengawasan itu menjadi sangat longgar. Kalau di-kost-kan atau diasramakan, kita masih bisa menghubungi kepala asrama atau ibu kost atau orang tua asuhnya dan meminta tolong agar dia diawasi, tapi kalau sudah di apartemen, hal itu bisa menjadi kendala juga, Pak Paul ?
PG : Betul sekali, Pak Gunawan. Jadi banyak sekali orang tua yang bersikap menggampangkan hal-hal seperti ini "Tidak mengapa beli apartemen dari pada menyewa atau kost," kalau kita tidak bisa memastikan perilaku si anak maka lebih baik jangan dan lebih baik di-kost-kan supaya ada yang mengawasi, namun kita pun juga mesti berhati-hati dengan tempat-tempat kost karena ada pemilik kost yang mengawasi tapi ada juga yang tidak, sebab mereka akan berkata bahwa ini bukanlah tugas kami dan ini adalah tugas orang tua mengawasi anaknya dan kami hanya menyediakan tempat, kami tidak menyediakan pengawasan atas perilakunya. Itu sebabnya kita juga tahu bahwa di tempat-tempat kost hal-hal seperti ini terjadi dan sering terjadi. Betapa banyak sekarang mahasiswa dan mahasiswi yang sudah berhubungan seksual di tempat kost. Jadi kita tidak bisa menyalahkan tempat kost atau orang tua kost karena itu memang adalah anak kita. Jadi pemilik kost hanya menyediakan tempat untuk tinggal, dan tugas kitalah sebagai orang tua untuk memelihara hubungan yang dekat dengan anak dan memastikan mereka pun memelihara hubungan yang dekat dengan Tuhan.
GS : Apakah kita bisa melihat gejala-gejala yang nampak dalam diri anak kita kalau anak ini mulai terpengaruh oleh pergaulan yang kurang sehat, Pak Paul?
PG : Saya kira bisa. Misalkan kita ini memerhatikan kehidupan rohani anak, jika kita melihat dia mulai enggan ke gereja atau berdoa dan kita melihat ketika bangun tidur dia langsung pergi, malam mau tidur dia langsung tidur, kita tidak lagi melihat dia membaca Firman Tuhan. Silakan kita tanyakan kepada si anak apakah yang sedang terjadi dalam dirinya, bila ia tidak lagi bergaul akrab dengan Tuhan, ini adalah pertanda yang tidak baik, jangan-jangan sekarang dia mulai terlibat dosa sehingga dia tidak begitu nyaman hidup dengan Tuhan, atau dia sudah kehilangan minat hidup dengan Tuhan, dia menganggap dulu ketika dia masih kecil ke gereja karena disuruh oleh orang tua dan sekarang saya sudah dewasa, saya tidak perlu lagi mengikuti kehendak orang tua saya dan saya mau memilih sendiri. Kita sebagai orang tua tetap harus mengawasi dan terus mengingatkan dia untuk hidup akrab dengan Tuhan. Atau ada juga yang seperti ini, ada anak yang tidak mau lagi bergaul dengan teman-temannya yang lama, yang kita kenal baik-baik dan sekarang sudah mulai bergaul dengan teman-teman yang lain. Kalau kita tanya dia tidak mau menceritakannya kepada kita, maka ini berarti ada sesuatu yang terjadi, biasanya anak tidak mau menceritakannya tentang teman-temannya, karena dia tahu kalau orang tuanya pasti tidak setuju bahwa teman-temannya itu adalah teman-teman yang baik. Jadi kalau dia tidak mau cerita dan sepertinya menghindar maka kita harus mulai curiga. Atau misalkan tanda yang lainnya, seorang anak sering mengurung diri di kamar dan sering terlihat kaget ketika kita memasuki kamarnya, maka tanyakan ada apa, dan mulai curigalah apa yang sedang dia kerjakan. Kadang-kadang orang tua masuk ke kamar, kemudian mereka kaget, dia mau menutup komputernya dan memencet sesuatu sehingga gambar yang keluar adalah misalkan permainan atau games padahal sebelum itu yang dia sudah mulai lihat mungkin gambar-gambar porno. Jadi kita mesti menanyakan dan jangan takut bertanya. Misalkan dia terus memegangi telepon genggamnya atau langsung memasukkan 'password' sehingga tidak ada yang bisa membuka telepon genggamnya, dia takut sekali kalau kita melihat isinya. Kita patut curiga kenapa kita tidak boleh memeriksa apa yang ada di 'handphone'nya itu. Jangan kita takut dan berkata, "Nanti menyinggung perasaannya," kadang orang tua zaman sekarang ini takut menyinggung perasaan anak dan ini yang mesti kita camkan baik-baik bahwa waktu kita hendak mendisiplin anak, maka kita pasti menyinggung perasaannya tapi demi kepentingannya. Maka kita tidak mau dihentikan karena ketakutan menyinggung perasaannya. Sudah tentu kita tidak sembarangan menyinggung-nyinggung perasaan, tidak sembarangan mau melecehkannya, menghinanya dan sebagainya, tapi untuk hal-hal yang penting kalau pun menyinggung perasaannya maka tidak apa-apa. Semua perubahan atau tanda-tanda yang tadi saya sebut biasanya memunyai penyebab, dan tugas kitalah untuk memastikan bahwa penyebabnya bukanlah masalah yang serius.
GS : Sulit memang bagi kita sebagai orang tua membedakan, kita mau mendisiplin anak dengan cara-cara seperti itu, tapi kita juga mau menghargai 'privacy' anak itu sendiri dengan tujuan mengajar si anak supaya menghargai 'privacy' kita. Dalam hal ini supaya seimbang bagaimana, Pak Paul ?
PG : Kadangkala kita harus berterus terang kepada anak dengan mengatakan bahwa "Saya selalu menghargai 'privacy' kamu, saya tidak sembarangan memasuki kamar kamu dan kamu tahu itu, selama ini papa atau mama berusaha menjaga hal itu namun akhir-akhir ini papa dan mama punya kecurigaan dan untuk memastikan kecurigaan kami tidak benar, kami ingin menanyakan dan melihat langsung". Jadi lebih baik berterus terang seperti itu dari pada secara diam-diam buka ini dan itu, mencari ini dan itu tentang anak-anak kita, lebih baik kita langsung bicara dengan dia. Tadi yang sudah saya singgung adalah banyak orang tua sekarang takut melakukan hal itu kepada anak. Jangan menghormati anak lebih dari menyayangi jiwanya. Kita harus menyayangi jiwa anak dan jangan sampai jiwanya rusak, jangan sampai masa depannya hancur, saya akan korbankan menghormati perasaan anak sebab ada hal yang jauh lebih penting lagi.
GS : Disamping sebagian orang tua takut melakukan hal itu, kadang-kadang mereka juga tidak tahu caranya. Bagaimana caranya supaya saya bisa masuk mendekati anak dan menanyakan kepada si anak tanpa menimbulkan ketersinggungan atau bahkan menimbulkan jarak yang lebih jauh antara kita dengan anak?
PG : Jadi saya tadi sudah sarankan agar kita langsung berterus terang berkata kepada anak, "Kami curiga dan karena kami curiga maka kami mencari tahu." Misalkan semuanya dia memakai 'password', maka kita katakan, "Kalau begitu saya akan mengambil komputermu," dan kita katakan, "Saya akan membawa ke ahli komputer yang bisa memecahkan 'password'nya, supaya isinya bisa dilihat." Dan lihat reaksinya, kalau reaksinya begitu marah dan ketakutan maka kita tahu kalau ada sesuatu dan kita katakan, "Pilihanmu hanya dua, buka sekarang dan saya melihat semuanya atau saya akan ambil kemudian akan saya bawa ke tempat lain biar orang lain juga melihatnya." Jadi inilah yang harus dilakukan karena begitu banyak bahaya, dan sudah sering korban berjatuhan dan kita hendak menghentikannya.
GS : Tapi perlu diberitahukan kepada anak akan resiko apa yang dia lakukan pada saat ini, bahwa resikonya terlalu besar dan dampaknya begitu luas untuk masa yang akan datang.
PG : Betul sekali. Maka sekali lagi ini juga bergantung pada relasi orang tua dan anak, kalau relasi orang tua dan anak itu begitu renggang, tidak ada kedekatan jadi orang tua jarang memberitahukan anak akan apa yang baik dan sebagainya, anak-anak akan lebih mudah untuk melakukan hal-hal itu.
GS : Kalau mengenai hubungan rohani anak, biasanya kita bisa menanyakan misalnya tadi khotbahnya tentang apa dan ayat bacaan dari Kitab Suci apa. Hal ini bisa kita komunikasikan dengan anak tapi untuk hal-hal yang tertutup ini, kita harus hati-hati, tapi juga berani melangkah. Pak Paul, apakah ada hal-hal lain yang ingin Pak Paul sampaikan ?
PG : Yang terakhir adalah kita mesti berhati-hati dengan tipe teman pemangsa. Maksud saya, ada anak yang dibesarkan dalam lingkungan buruk karena sejak kecil anak ini telah dikondisikan untuk menjadi pemangsa anak lainnya. Misalnya ada anak yang mengalami penganiayaan, dipukuli dengan luar biasa kerasnya oleh orang tua sehingga dia akhirnya menjadi penganiaya pula. Jika keinginannya tidak terturuti, dia akan marah, dia akan mengancam serta melakukan hal-hal yang buruk, bila anak kita jatuh ke tangannya sudah pasti dia akan menjadi objek manipulasi dan ancamannya. Atau contoh lainnya ada anak yang tidak terawasi dengan baik oleh orang tuanya sehingga dia bebas melakukan apa saja termasuk menonton film porno, belum lagi kalau anak itu bisa mendapatkan film-film porno di rumah, dalam keluarga yang bermasalah dimana ada ayah atau ibu yang juga bermasalah yang memunyai akhlak yang buruk. Mereka juga mungkin pengkonsumsi film-film porno, sehingga anak-anak sejak kecil memunyai akses terhadap film-film porno itu, bila anak-anak kita berkenalan dengan anak yang seperti ini, yang dibesarkan dalam rumah seperti itu, dengan berbagai cara anak itu akan membuat anak kita tunduk kepadanya dan bahkan bersedia bersetubuh atau melakukan adegan seksual lainnya. Jadi awasilah teman anak-anak, bila ia tampak sangat ketakutan atau begitu tunduk dengan seorang temannya, maka berhati-hatilah.
GS : Rupanya tipe teman pemangsa ini tambah hari tambah banyak, mengelilingi anak atau anak-anak kita, Pak Paul?
PG : Betul. Karena makin banyak keluarga yang bermasalah dan makin banyak orang tua yang kawin cerai dan hidupnya itu juga tidak karuan, sudah bisa dipastikan anak-anak mereka pun juga tidak karuan dan akan ada sebagian yang memangsa anak-anak yang baik. Anak-anak kita yang baik mungkin sekali lugu dan tidak begitu mengerti kejahatan orang lain. Maka kita mesti melindungi dia. Saya harus mengingatkan orang tua, mesti berbuat sedapat-dapatnya melindungi anak-anak dari tipe-tipe teman yang berakhlak buruk seperti ini.
GS : Dan keteladanan orang tua ini sangat dibutuhkan oleh para remaja atau para pemuda kita saat ini karena mereka ingin melihat contohnya dari orang tuanya langsung.
PG : Betul, sebab kalau hidup kita sendiri tidak karuan kemudian kita menyuruh anak kita hidup lebih tertib maka anak kita akan berkata, "Papa sendiri hidup seperti ini, mama sendiri hidupnya seperti ini maka janganlah menyuruh kami hidup tertib." Jadi semua memang harus kembali kepada bagaimanakah kita hidup.
GS : Apakah ada ayat-ayat Firman Tuhan yang ingin Pak Paul sampaikan ?
PG : Amsal 22:3 berkata, "Kalau orang bijak melihat malapetaka, bersembunyilah ia, tetapi orang yang tak berpengalaman berjalan terus, lalu kena celaka." Remaja berada pada tahap di mana dia beranggapan bahwa dia tahu semua dan tidak membutuhkan pengawasan orang tua, menurut Firman Tuhan ibaratnya dia orang yang tak berpengalaman namun percaya diri terus berjalan. Firman Tuhan berkata, "Orang yang seperti ini akan kena celaka," maka sebagai orang tua kita harus terus memerhatikan kehidupannya agar dia tidak kena celaka.
GS : Terima kasih Pak Paul untuk perbincangan ini. Dan para pendengar sekalian kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi, dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Remaja dan Pergaulannya" Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 56 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.