Saudara-saudara pendengar yang kami kasihi dimanapun Anda berada, Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso bersama Ibu Idajanti Raharjo dari LBKK (Lembaga Bina Keluarga Kristen), telah siap menemani Anda dalam sebuah perbincangan dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling dan dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Kali ini kami akan berbincang-bincang tentang sebuah tema yaitu "Pencobaan di Tengah Kejayaan". Kami percaya acara ini akan sangat bermanfaat bagi kita semua, dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
Lengkap
(1) GS : Pak Paul, rasanya semua orang itu menginginkan atau mendambakan keberhasilan atau kesuksesan di dalam kehidupannya, maksudnya secara jasmani ini tentunya ingin kaya, ingin lebih dari yang lain. Tetapi kita pun menyadari bahwa banyak orang yang justru mengalami banyak masalah di dalam hidupnya pada saat dia mengalami kejayaan. Yang tadinya waktu dia masih biasa-biasa saja itu tidak terjadi masalah-masalah seperti itu, nah sebenarnya apa yang melatarbelakangi atau menjadi alasannya, Pak Paul?
PG : Saya kira ada beberapa penyebab Pak Gunawan, yang pertama saya kira adalah keangkuhan. Nah saya akan mengutip perkataan pendeta yang bernama Max Lucado beliau pernah ditanya yang mana lebi berbahaya, kejayaan atau kesusahan, dia menjawab dengan tegas kejayaan.
Sebab waktu kita jaya, kita cenderung berpikir bahwa memang kita itu hebat, nah waktu kita berpikir memang sehebat itu keangkuhan mulai masuk, waktu keangkuhan mulai masuk, kita mulai berpikir bahwa kita ini bisa berbuat apa saja melewati batas. Waktu kita dalam keadaan susah kita cenderung lebih melihat diri kita sebagai orang yang terbatas, tidak bisa ini, tidak bisa itu dan sebagainya. Waktu kita makin jaya seolah-olah kita berpikir batas-batas itu mulai hilang, kita menjadi orang yang bisa melakukan banyak hal yang tadinya tidak bisa kita lakukan, nah pada saat itulah kalau tidak hati-hati dalam keangkuhan kita bisa melakukan banyak hal, kita melewati batas, akhirnya kita malah masuk ke dalam pencobaan.
GS : Tapi sering kali juga lebih banyak faktor internalnya Pak Paul, jadi pribadinya, tapi ada faktor-faktor eksternal, seperti pengaruh orang-orang disekitarnya yang memuji-muji dia, merangsang dia untuk melakukan hal-hal yang tidak terpuji, apakah hal itu juga menjadi salah satu faktor penyebab kehancuran seseorang?
PG : Saya setuju Pak Gunawan, jadi orang yang jaya apalagi seorang pria cenderung menjadi target atau sasaran, godaan atau undangan. Sebab orang yang jaya adalah orang yang bisa memberikan banyk kepada orang-orang lain secara material, nah dalam hal inilah dia menjadi sasaran karena dia menjadi orang yang sangat menarik, sangat berpengaruh bagi kehidupan orang-orang disekitarnya.
Saya kira sudah merupakan kenyataan Pak Gunawan, bahwa banyak orang-orang Kristen yang berniat untuk tidak mengkhianati istri mereka tapi akhirnya dalam tugas pekerjaannya dan pergaulannya masuk dalam perangkap dan jatuh dalam dosa perzinahan. Dan saya kira yang tadi Pak Gunawan katakan memang betul sekali, pada masa kejayaan ada orang-orang yang rela memberikan dan menyediakan tubuh mereka bagi orang-orang yang sedang jaya ini.
GS : Mungkin supaya kita bicara lebih konkret Pak Paul, Pak Paul bisa memberikan contoh atau salah satu contoh yang ada dalam Alkitab?
PG : Saya akan membacakan Kejadian 39:6 dan 7, "Tuhan memberkati rumah orang Mesir itu karena Yusuf sehingga berkat Tuhan ada atas segala miliknya, baik yang di rumah maupun yag di ladang, segala miliknya diserahkan pada kekuasaan Yusuf.
Dan dengan bantuan Yusuf dia tidak usah lagi mengatur apa-apa pun selain dari makanannya sendiri. Ayat 7, adapun Yusuf itu manis sikapnya dan elok parasnya, selang beberapa waktu istri tuannya memandang Yusuf dengan birahi lalu katanya : "Marilah tidur dengan aku" tapi ya puji Tuhan disini dikatakan ayat 8 tetapi Yusuf menolak. Yang saya tekankan di sini adalah Yusuf mulai menjadi sasaran dari majikannya atau istri majikannya setelah dia menjadi orang yang berhasil, Pak Gunawan. Menarik sekali bahwa pencobaan ini atau tawaran atau berselingkuh dengan istri Potifar tidak terjadi pada tahap awal sewaktu Yusuf masih menjadi budak, yang masih tidak berhasil dan tidak terpandang. Tapi lama kelamaan tatkala Yusuf makin berhasil dan mungkin sekali disaksikan oleh orang sekitarnya bahwa dia adalah seorang pemuda yang berhikmat dan pandai dan kebetulan didukung oleh wajah yang baik, yang bagus. Nah kejayaan itulah yang akhirnya seolah-olah menyadarkan istri Potifar bahwa yang berada di hadapannya hari lepas hari bukanlah seorang budak belaka, tapi seorang pria yang mempunyai kualitas tertentu. Nah pada saat inilah Yusuf menjadi seseorang yang sangat menarik dan kalau dia tidak hati-hati dia sudah jatuh kedalam dosa perzinahan, tapi puji Tuhan Yusuf memang berhasil menolaknya.
IR : Jadi bagi orang-orang yang berhasil Pak Paul, tantangan dari luar itu semakin banyak dan itu juga dipengaruhi faktor kedagingan dari orang itu?
PG : Betul, kalau dia memang orang yang tidak bisa menguasai dirinya dia akan masuk ke dalam perangkap tersebut. Saya kira hidup pada masa sekarang ini lebih sulit daripada dulu-dulu, karena kia memang harus mengakui tekanan sosial untuk perilaku-perilaku yang menyimpang ini makin hari makin berkurang.
Pada zaman-zaman 50-an, 60-an, bahkan 70-an tekanan sosial untuk meredam perilaku menyimpang ini cukup besar, sehingga orang takut karena tahu ada sanksi sosial yang besar. Namun di masa sekarang saya kira orang makin merasa kebal dengan perilaku menyimpang ini dan menganggap ini sesuatu yang menyenangkan, bukan yang mengerikan, apalagi didukung dengan film-film atau sinetron-sinetron yang seolah-olah tampak sengaja atau disengaja saya tidak tahu menggambarkan betapa menggairahkannya dan menantangnya kehidupan ganda seperti itu atau kehidupan menyimpang seperti itu. Kalau mempunyai simpanan, jatuh cinta dengan orang yang lain selain dari istri kita, atau jatuh cinta dengan pria yang lain selain dari suami kita, itu merupakan suatu pengalaman yang benar-benar menggairahkan, suatu petualangan yang menarik. Nah, saya kira akhirnya seperti ini, karena melonggarnya tekanan sosial dan saya yakin juga memang kerohanian yang tidak begitu kuat akan menjerumuskan seorang yang sedang jaya masuk ke dalam perangkap perzinahan.
(2) GS : Tapi mungkin yang menarik adalah apa yang menyebabkan Yusuf itu bisa bertahan terhadap godaan itu, Pak Paul?
PG : Itu adalah hal yang memang sangat indah sekali Pak Gunawan, perkataan Yusuf waktu digoda adalah seperti ini, "Dengan bantuanku tuanku itu tidak lagi mengatur apa yang ada di rumah ini,dan ia telah menyerahkan segala miliknya pada kekuasaanku.
Bahkan di rumah ini ia tidak lebih besar kuasanya daripadaku, dan tiada yang tidak diserahkannya kepadaku selain daripada engkau, sebab engkau istrinya, bagaimanakah mungkin aku melakukan kejahatan yang besar ini dan berbuat dosa terhadap Allah." Dari jawaban Yusuf, Pak Gunawan, sekurang-kurangnya ada dua hal yang mencegah Yusuf berbuat dosa, pertama yang ditulis dengan jelas, Yusuf takut kepada Tuhan Allah. Dan Yusuf tahu waktu dia berzinah dia bukannya hanya melakukan hubungan intim secara badani dengan seseorang tapi saat itu juga dia sedang berdosa terhadap Tuhan. Jadi dia mengaitkan semua perilaku atau semua tindakannya dengan Tuhan, apakah diperkenan Tuhan atau tidak, jadi rasa takut yang besar kepada Tuhan inilah faktor pertama yang mencegahnya berdosa. Yang kedua yang memang tidak tertulis dengan nyata tapi tersirat adalah Yusuf seseorang yang menghargai orang lain, dia tahu dia adalah orang yang diberikan kepercayaan yang sangat besar oleh majikannya yakni Potifar dan dia tahu semua dipercayakan dan diberikan kepadanya kecuali nyonyanya, istri majikannya. Dan dia menghargai Potifar dan pada saat itulah dia juga berhasil mengekang dirinya, karena penghargaannya pada si suami wanita tersebut. Kalau dia tidak lagi memandang si suami, tidak lagi menghargai si suami, saya kira kekangan tersebut akan makin longgar. Jadi dua hal itu memang saling menguatkan, dia takut kepada Tuhan dan dia menghargai suami orang dan dia tidak mau merusak rumah tangga orang, maka dia tidak jatuh ke dalam dosa.
GS : Kalau kita melihat pada kasus yang hampir mirip dengan itu Pak Paul, godaan orang yang mengalami kejayaan yaitu menghadapi perempuan, kita tentu ingat kasusnya raja Daud, tetapi 'kan hasilnya berbeda.
PG : Betul sekali Pak Gunawan, saya akan bacakan dari II Samuel 11, "Pada pergantian tahun, pada waktu raja-raja biasanya maju berperang maka Daud menyuruh Yoab yaitu panglimanya maju besera orang-orangnya dan seluruh orang Israel, mereka memusnahkan bani Amon dan mengepung kota Raba.
Sedang Daud sendiri tinggal di Yerusalem. Sekali peristiwa pada waktu petang ketika Daud bangun dari tempat pembaringannya lalu berjalan-jalan di atas sotoh istana. Tampak kepadanya dari atas sotoh itu seorang perempuan sedang mandi, perempuan itu sangat elok rupanya. Lalu Daud menyuruh orang bertanya tentang perempuan itu,dan orang berkata itu adalah Batsyeba binti Eliam istri Uria orang Het itu. Sesudah itu Daud menyuruh orang mengambil dia, perempuan itu datang kepadanya lalu Daud tidur dengan dia." Di sini memang kita melihat kesamaan, Pak Gunawan, pencobaan datang kepada Daud tatkala menjadi raja yang jaya, dia sudah memenangkan banyak pertempuran sehingga pada akhirnya dia tidak usah lagi ikut berperang, dia tinggal menyuruh panglimanya Yoab maju berperang, itu menandakan dia sudah mencapai kemapanan. Sebab pada masa sebelumnya Daud selalu ikut berperang, nah pada masa jaya inilah pencobaan datang. Nah bedanya dengan Yusuf adalah di sini Daud sama sekali tidak mengaitkan tindakannya atau pikirannya dengan Tuhan. Tidak ada sebutan sedikitpun tentang Tuhan sebagaimana Yusuf menyebut tentang Tuhan, Yusuf berkata bagaimana mungkin saya berdosa kepada Tuhan, Daud tidak mengaitkan perbuatannya dengan Tuhan. Dan yang kedua meskipun orang yang disuruh Daud berkata wanita yang kau lihat adalah Batsyeba istri Uria, jadi dengan kata lain sudah bersuami, namun Daud tidak menghiraukan perkataan tersebut. Nah dengan kata lain, Daud memang tidak lagi memberi penghargaan kepada orang atau kepada suaminya, Daud tidak lagi memikirkan bahwa tindakannya akan merusak rumah tangga orang. Nah dua hal yang mengekang Yusuf tidak ada dalam pikiran Daud, maka Daud meluncur masuk dalam jerumusan dosa.
IR : Memang perbandingan antara Daud dan Yusuf tadi ya Pak Paul, kalau Yusuf tadi 'kan mapannya belum menanjak betul jadi kecenderungan untuk jatuh bagi orang yang memang sudah menanjak itu mungkin lebih mudah jatuh.
PG : Bagus sekali pengamatan Bu Ida, memang Daud tidak bisa dibandingkan dengan Yusuf, Daud adalah seorang raja yang sudah sangat jaya, sedangkan Yusuf pada saat itu masihlah seorang budak. Namn kalau kita melihat ukuran atau perbandingan dengan lingkungan mereka sebetulnya mirip.
Daud saat itu adalah seorang raja, dibandingkan dengan raja lain dia raja yang berhasil. Yusuf adalah seorang budak, jadi memang Yusuf tidak akan membandingkan dirinya dengan orang yang merdeka. Budak tidak lagi mempunyai hak, tidak lagi mempunyai kehendak, dia sudah dibeli menjadi suatu benda kepunyaan majikannya. Tapi dalam kedudukan yang begitu rendah Yusuf menempati posisi yang sangat tinggi sebagai seorang budak. Jadi kalau dibandingkan dengan rekan sejawatnya, Yusuf adalah seseorang yang sangat berhasil, jadi memang dua-duanya menikmati kejayaan, dalam kejayaan itu pencobaan datang.
GS : Tapi yang saya lihat Pak Paul, justru perbedaannya itu di kasusnya Yusuf, itu yang aktif 'kan istri Potifar, yang mencoba merayu Yusuf. Tetapi Daud itu justru yang aktif, yang berinisiatif Pak Paul, apakah itu juga membuat berbeda hasilnya, artinya Yusuf lebih bisa bertahan karena justru dia di pihak yang pasif, tapi Daud di pihak yang aktif karena dia yang berinisiatif, sehingga dia yang jatuh.
PG : Betul, jadi dari dua kasus ini kita melihat bahwa Yusuf seseorang yang luar biasa kuat, sebab dia itu benar-benar digoda di depan mata. Peristiwanya memang menceritakan istri Potifar berad di kamar dengan dia, tidak dijelaskan apa yang terjadi sebab mungkin saja yang terjadi istri Potifar sengaja memanggilnya.
Kemudian menyuruh yang lainnya keluar sehingga mereka tertinggal berdua di kamar. Dan dia sampai berhasil mengambil jubahnya Yusuf berarti apa, dia benar-benar dengan agresif mencoba untuk membuka baju Yusuf. Namun dalam keadaan yang begitu agresif, Yusuf dengan kuat menolak, nah Daud sama sekali tidak mengalami godaan sebetulnya, Batsyeba memang kebetulan sedang mandi dan dia kebetulan melihat dari jauh. Namun karena hati sudah ingin berzinah meskipun tangan tidak bisa menggapai masih saja dia mampu memanggil perempuan tersebut. Jadi memang kita melihat di sini perbedaan karakter yang sangat jauh antara raja Daud dan Yusuf dalam hal menghadapi pencobaan ini.
(3) GS : Padahal kalau kita lihat mereka berdua adalah orang-orang yang mengasihi dan dikasihi oleh Tuhan, nah mengapa hal itu katakan Tuhan itu mengizinkan hal itu Pak Paul?
PG : Itu pertanyaan yang bagus Pak Gunawan, adakalanya seseorang yang jatuh ke dalam pencobaan ya mencoba merunut-runut ke belakang kenapa saya jatuh ke dalam pencobaan. Celakanya Pak Gunawan stelah merunut ke belakang akhirnya berkesimpulan Tuhanlah yang menyebabkan saya jatuh.
Nah kenapa orang sampai berkesimpulan seperti itu karena orang itu berkata atau orang-orang ini berkata, kalau Tuhan tidak membuka jalan saya tidak akan ketemu dengan orang tersebut. Kalau Tuhan tidak mempertemukan kami tidak mungkin kami akan bisa bertemu, kalau dia tidak menunjukkan itikad tertarik kepada saya, saya juga tidak akan memberikan inisiatif, menyambutnya dan sebagainya. Jadi segalanya memang di lihat dari sudut Tuhan tapi setelah jatuh ke dalam pencobaan seperti Daud. Yusuf mengaitkan segalanya dengan Tuhan sebelum datang pencobaan, nah pertanyaannya apakah Tuhan mengizinkan hal itu terjadi. Saya percaya ya Pak Gunawan Tuhan tidak merancang, Tuhan tidak menghendaki manusia jatuh ke dalam dosa, Tuhan tidak merencanakan hal itu terjadi, Tuhan tidak memimpin orang untuk berdosa, tidak. Tapi Tuhan mengizinkan pencobaan datang dan mencobai orang Kristen, alasannya satu dan yang saya mau tekankan di sini adalah dalam konteks kejayaan. Ayat-ayat yang tadi telah saya baca baik Yusuf maupun Daud merupakan ayat-ayat yang ditulis begitu dekat di pasal 39 kitab Kejadian waktu saya membacakan kisah Yusuf, Yusuf diberkati (ayat 6) Yusuf dicobai (ayat 7). Tentang Daud, Daud tidak lagi perang, Yoab yang perang, menunjukkan Daud sudah mapan, pasal 11 dari kitab II Samuel ayat pertama, Daud melihat Batsyeba mandi (ayat ke-2). Jadi kita melihat bahwa kejayaan dan pencobaan berdampingan, nah kenapa Tuhan mengizinkan. Saya berkeyakinan Tuhan mengizinkan pencobaan mendatangi orang Kristen, nomor satu supaya Tuhan bisa menguji kita, apakah kualitas rohani kita seturut dengan kualitas eksternal atau jasmani kita. Apakah kerohanian kita sejaya kemenangan jasmani kita, nah apakah kekuatan internal atau rohani kita sama besarnya dengan kekuatan jasmani kita, itu saya kira yang pertama. Dan yang kedua saya kira Tuhan membiarkan atau mengizinkan pencobaan datang, supaya melalui itu Tuhan membentuk kita, supaya kita akhirnya makin mirip dan makin serupa dengan Tuhan kita, saya kira itu intinya.
IR : Itu kalau mereka sadar Pak Paul, kalau mereka keterusan bagaimana Pak Paul?
PG : Kalau orang keterusan berarti memang dia menolak untuk mendengarkan teguran Tuhan dan ini yang terjadi pada raja Daud. Setelah Daud berzinah dengan Batsyeba, Daud bahkan mengambil langkah-angkah untuk menutupi dosanya, tidak berhasil untuk membujuk suami Batsyeba untuk kembali pulang dan bersetubuh dengan istrinya, Daud akhirnya merancang pembunuhan secara tidak langsung.
Bahkan setelah itu terjadi, Alkitab tidak mencatat raja Daud menyesali perbuatannya sampai Tuhan harus mengutus nabiNya Natan untuk memberikan teguran kepada raja Daud, baru ia mengakui dosanya. Jadi kita baru bisa menyimpulkan ada selang waktu berbulan-bulan Daud itu tidak mengakui dosanya. Nah kita tahu bahwa pada akhirnya melalui catatan sendiri di Mazmur, Daud mengakui bahwa dalam keadaan dia tidak mengakui dosa dia sebetulnya menderita, sebab dia merasakan dosanya itu seperti meremukkan tulang-tulangnya, hidupnya sangat menderita. Tapi toh yang saya ingin tekankan meskipun dia begitu menderita tetap tidak mengakui dosanya, nah itu kebablasan atau keterusan. Nah orang Kristen juga yang bermain-main dengan api akhirnya jatuh ke dalam dosa seperti ini, tidak akan menikmati, dia merasa seperti ada bara dalam dagingnya, seperti ada yang meremukkan tulang-tulangnya. Tapi di satu pihak dia menikmati, karena di satu pihak ini peristiwa yang menegangkan dan menggairahkan ya perzinahan itu, tapi di pihak lain dia akan merasakan suatu pukulan, siksaan, karena Roh Tuhan akan terus menerus menegurnya.
(4) GS : Jadi apa saran Pak Paul untuk kita semua, supaya kita itu mempersiapkan diri untuk menyongsong keberhasilan yang Tuhan berikan kepada kita, atau kejayaan yang Tuhan berikan ?
PG : Yang pertama, kita harus ikuti apa yang telah dilakukan oleh Yusuf, Yusuf senantiasa mengaitkan semua hal yang terjadi padanya dengan Tuhan. Dia tidak melepaskan Tuhan dari segala tindakandan kehidupannya, waktu dia digoda, waktu dia diajak untuk bersetubuh dengan istri majikannya dia melihat itu sebagai suatu dosa, jadi dia mengaitkan itu dengan Tuhan.
Dan yang kedua yang Yusuf juga lakukan adalah Yusuf menghargai orang, misalkan orang itu yang mengajak kita berzinah misalkan yang tidak bersuami, atau tidak beristri, tetap kita harus menghargai dia. Karena apa, waktu kita berzinah kita sebetulnya merusak hidup orang tersebut untuk waktu yang lama, belum lagi kita akan merusak suami atau istri kita atau anak-anak kita. Jadi orang harus menghargai manusia lain dan waktu dia melakukan tindakan seperti itu dia justru akan membawa kehancuran kepada banyak hidup, jadi dua hal itu saya kira kita bisa camkan. Nah, selain dari dua hal itu yang tadi Pak Gunawan sudah singgung adalah kita harus berhati-hati dengan kejayaan, sebab pada waktu jaya kita akan menjadi target serangan. Jadi kita mesti menjaga jarak, membuat pagar dalam hubungan kita dengan lawan jenis, setelah kita jaya atau sebelum kita jaya. Yusuf berhasil menjaga diri dengan baik pada masa muda, malahan pada masa dia masih menjadi budak dan kita bisa melihat hasilnya. Waktu dia menjadi perdana menteri di tanah Mesir tidak ada kejadian seperti yang terjadi pada raja Daud, tidak ada kejadian Yusuf jatuh ke dalam dosa perzinahan atau apa, tidak pernah, karena dari awalnya sewaktu dia hanya menjadi budak dia berhasil menjaga diri dengan baik dan itu dia bawa terus sampai dia jaya, benar-benar jaya. Daud, sebelumnya dia menjadi seorang raja memang Daud itu sudah terlihat kelemahannya terhadap wanita, misalnya dia memilih untuk menikahi Abigail waktu suaminya meninggal dunia. Jadi memang Daud sudah menunjukkan kelemahannya di situ, meskipun dia menikahinya secara sah tapi memang terlihat dia sudah mempunyai bibit kelemahan itu dan tidak dijaga, tidak dipeliharanya sehingga pada waktu dia jaya menjadi raja dan pencobaan datang, dia langsung tergelincir.
IR : Jadi itu juga cenderung dipengaruhi oleh bakat ya Pak Paul?
PG : Kelemahan masing-masing dan kita harus menyadari kelemahan kita kalau kita sadari itulah kelemahan kita. Kita harus memagari diri kita dengan baik. Dan kita harus selalu sadari bahwa memag Tuhan mengizinkan, tapi Tuhan mengizinkan pencobaan datang bukan bersenang-senang supaya kita jatuh, tidak sama sekali, Tuhan ingin membentuk kita.
Waktu Daud jatuh memang Daud jatuh, Tuhan akhirnya menghukum Daud juga tapi Daud menerima bentukan Tuhan, sehingga dia menjadi lebih mirip, lebih serupa dengan Tuhan. Sebab itulah tujuannya Tuhan menyelamatkan kita yaitu untuk menjadikan kita anak-anakNya yang serupa dengannya.
GS : Saya rasa itulah yang Yakobus katakan bahwa Allah itu tidak mencobai, tapi memberikan ujian, Pak Paul ya?
GS : Jadi demikianlah tadi para pendengar yang kami kasihi, kami telah persembahkan sebuah perbincangan tentang bahaya dari sebuah kejayaan yang selalu menggoda kita untuk jatuh ke dalam dosa. Dan perbincangan ini kami lakukan bersama Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kalau Anda berminat untuk melanjutkan acara tegur sapa ini, kami persilakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen atau LBKK Jl. Cimanuk 58 Malang. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan. Dan dari studio kami mengucapkan terima kasih.
PERTANYAAN KASET T 50 A
- Apa yang melatarbelakangi masalah-masalah itu muncul, justru ketika seseorang mengalami kejayaan dalam hidupnya…?
- Melalui contoh Yusuf, apa yang menyebabkan dia bertahan terhadap godaan yang muncul….?
- Mengapa Tuhan mengizinkan pencobaan itu menimpa orang-orang yang mengasihi dan dikasihiNya…?
- Apa yang perlu kita persiapkan untuk menyongsong keberhasilan atau kejayaan yang Tuhan berikan….?