Saudara-saudara pendengar yang kami kasihi dimanapun Anda berada, Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso bersama Ibu Idajanti Raharjo dari LBKK (Lembaga Bina Keluarga Kristen), telah siap menemani Anda dalam sebuah perbincangan dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling dan dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Kali ini kami akan berbincang-bincang tentang sebuah topik yang menarik Menjahit Masa Laluku. Kami percaya Anda semua ingin tahu apa yang akan kami bicarakan pada saat ini, karenanya dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
Lengkap
(1) GS : Pak Paul, kita tentu tidak tiba-tiba menjadi orang dewasa, itu karenanya masing- masing kita mempunyai masa lalu yang unik dan spesifik. Nah yang saya ingin tanyakan, berapa besar pengaruh masa lalu pada kehidupan kita di masa kini dan masa yang akan datang?
PG : Kalau menjawab pertanyaan itu kita harus mengacu pada, berdasarkan teori siapa atau berdasarkan pandangan siapa Pak Gunawan.
GS : Pak Paul pilihkan salah satu.
PG : Misalkan salah satu pendapat yang ada, yang memang dimiliki oleh tokoh-tokoh psikologi seperti Sigmund Freud, beliau berpendapat bahwa masa lalu itu sangat menentukan masa sekarang kita tapi kalau kita mengacu pada pandangan para tokoh-tokoh psikologi humanistik misalnya seperti Golden Aphort dan juga Rogers mereka ini lebih berkata bahwa masa lalu kita mempengaruhi kita, namun untuk orang yang sehat masa lalunya tidak menentukan mereka.
Dalam pengertian masa lalu itu tetap ada pengaruhnya namun tidaklah menguasai atau menentukan kehidupan mereka di masa sekarang ini.
GS : Tapi itu juga tergantung seberapa kuatnya pengalaman pada masa lalu itu Pak Paul?
PG : Betul sekali, jadi hal-hal yang positif dan yang dengan kuat berakar dalam hidup kita, akan sangat menopang kehidupan kita di masa sekarang ini. Sebaliknya hal-hal yang sangat buruk dantertanam sangat dalam pada hidup kita akan juga membawa dampak yang lebih besar dalam kehidupan kita ini.
GS : Jadi kalau itu sesuatu yang tidak mungkin kita ingkari, tak mungkin kita lepaskan, apa sikap kita untuk menghadapi hal ini Pak Paul?
PG : Pertama-tama saya kira kita perlu menyadari beberapa faktor atau fakta. Yang pertama adalah kita perlu menyadari bahwa masa lalu merupakan fakta yang tak dapat diubah. Nah, keterangan ii atau fakta ini baik untuk dicamkan sekarang ini, dalam pengertian kita hidup di masa sekarang, tapi masa sekarang dalam waktu sedetik dan sekejap akan berubah menjadi masa lalu.
Oleh karena itu kita harus baik-baik menjaga hidup ini, baik-baiklah memilih dalam hidup ini sehingga waktu sekarang ini menjadi masa lalu buat kita, kita tidak perlu melihat ke belakang dan menyesalinya. Apalagi kalau masa lalu itu akhirnya mempengaruhi hidup kita secara negatif. Jadi fakta pertama bahwa kenyataannya adalah masa lalu adalah fakta yang tak dapat diubah seharusnya membuat kita menjadi orang yang lebih bijaksana dan berhati-hati dalam hidup ini.
IR : Jadi selalu berkesinambungan Pak Paul?
PG : Betul sekali Ibu Ida, jadi masa lalu itu benar-benar adalah rangkaian hidup kita yang memang berkaitan erat sekali dengan hidup kita sekarang. Itu sebabnya Bu Ida kalau seorang mengalai amnesia yaitu misalnya karena cidera otaknya dan tidak bisa mengingat lagi tentang masa lalunya dia bukan saja kehilangan memori, namun dia kehilangan jati dirinya, siapa dirinya itu tiba-tiba menjadi hal yang tidak jelas baginya.
Nah sekali lagi kenapa kita kok kehilangan jati diri, kehilangan konsep siapa kita ini karena kita ini dibuat, di jahit dari semua masa lalu kita, sehingga sewaktu masa lalu itu diputuskan dari hidup kita, kita benar-benar kehilangan bahan tentang siapa saya ini.
GS : Tapi ada sebagian orang yang mencoba meski berhasil atau tidak itu mungkin kita tidak tahu mencoba melupakan masa lalunya. Sebenarnya sikap itu positif atau negatif Pak Paul?
PG : Saya kira tergantung apa yang terjadi dan apa motivasi kita melupakannya. Sebab melupakan itu bisa muncul dari motivasi yang positif namun bisa juga muncul dari motivasi yang negatif. Msalnya yang positif adalah kita sudah selesaikan dan kita sudah menerima maka sekarang kita lupakan.
Yang negatif adalah kita ingin menyangkali keberadaan peristiwa tersebut, kita menyangkali bahwa itu pernah terjadi dalam hidup kita maka kita mencoba untuk melupakannya.
GS : Masalahnya itu sering kali yang tidak mengenakkan, yang menyakitkan di masa lalu itu menghantui dirinya. Setiap kali dia mengingat peristiwa kecelakaan itu dia menjadi seorang yang traumatis terhadap masa lalunya.
PG : Betul, jadi masa lalu itu memang kembali kepada kita dalam bentuk ingatan Pak Gunawan. Ingatan-ingatan itu mau atau tidak mau akan selalu hadir dalam pikiran kita, nah waktu ingatan-ingtan itu dimunculkan dalam benak kita biasanya akan memberikan dampak pada kehidupan kita.
Sebab kita manusia adalah sebetulnya sangat dipengaruhi oleh pikiran, nah kalau saya boleh rangkaikan perilaku manusia, saya dapat berkata bahwa yang menjadi motor perilaku manusia sebetulnya adalah pikirannya. Pikiran akan mempengaruhi perasaan dan perasaan akan mempengaruhi tindakan, maka itulah di
Roma 12 : 1 Tuhan meminta kita berubahlah dalam akal budimu, pembaharuan akal budi. Nah akal budi sebetulnya pikiran, jadi Tuhan mengerti bahwa yang perlu diubah nomor satu adalah pikiran, nah masa lalu hidup dalam diri kita melalui memori atau ingatan-ingatan itu dan sering kali ingatan itu langsung akan mempengaruhi perasaan kita. Tadi Pak Gunawan menyebutkan akhirnya kita takut dengan masa lalu, seolah-olah itu akhirnya menghantui hidup kita.
(2) GS : Sebenarnya sejauh mana seseorang itu bisa mengingat masa lalunya itu Pak Paul?
PG : Sebetulnya tergantung pada apa yang dialaminya dan pada usia berapa. Pada umumnya kita sulit sekali mengingat peristiwa yang terjadi si bawah usia 3 tahun. Di atas usia 3 tahun ada peritiwa-peristiwa yang masih kita bisa ingat.
Umumnya kita lebih bisa mengingat peristiwa yang terjadi sekitar usia 5 tahun ke atas. Sebelum itu samar-samar dan kadang-kadang tidak bisa kita ingat dengan jelas. Tapi khusus untuk peristiwa-peristiwa yang memang membekas dengan berat, dengan tajam, cenderung kita ingat untuk waktu yang lama. Saya masih ingat suatu kali saya berkata pada mama saya, saya masih ingat saya jatuh ke got, ke selokan waktu sedang belanja di pasar, mama saya kaget sekali, dia bilang kamu masih ingat itu? Ingat saya bilang. Dia berkata kamu masih kecil saat itu, kamu mungkin baru berusia sekitar 2 tahunan lebih. Nah kenapa bisa saya ingat, karena sangat traumatis, saya masih ingat saya masih begitu kecil dan tiba-tiba terjun masuk ke dalam got di dalam pasar itu.
GS : Nah, Pak Paul di dalam kita bermasyarakat atau bahkan bergaul di dalam membangun rumah tangga, masa lalu itu 'kan tidak bisa dilepaskan, bahkan tidak bisa diingkari, nah itu pengaruhnya sejauh mana Pak Paul?
PG : Masa lalu kita itu akan memberikan suatu cetak biru Pak Gunawan, cetak biru atau pola di mana kita sering kali mengacu pada yang saya saksikan dulu, apa yang kita lihat pada orang tua kta, pola hubungan yang seperti apa itu dan kita mencoba untuk menerapkannya kalau itu positif.
Kalau itu negatif kita cenderung mencoba untuk membalikkannya, justru cenderung melakukan yang tidak dilakukan oleh orang tua kita, jadi sering kali memang mempengaruhi kita seperti itu. Atau yang lain adalah dalam hal harapan kita cenderung mengharapkan pasangan kita memberikan yang kita butuhkan. Nah, yang kita butuhkan ini adalah kebutuhan-kebutuhan yang sebetulnya bersumber dari masa lalu kita.
IR : Pak Paul, masa lalu yang negatif yang mempengaruhi kehidupan seseorang itu apakah bisa menimbulkan suatu penyakit, dan kalau itu tidak bisa dilupakan penyakit itu akan terus menimpa korban tersebut Pak Paul?
PG : OK! Mungkin tidak selalu harus menimbulkan penyakit, namun memang bisa menimbulkan penyakit, penyakit dalam pengertian gangguan psikologis misalnya seperti depresi adalah masalah penilaan diri yang buruk.
Penilaian yang buruk adalah anggapan bahwa diri kita itu kurang atau istilah yang lebih populernya adalah minder. Nah, keminderan itu tidak bisa tidak merupakan produk dari apa yang kita alami di masa lalu. Entah mengapa dalam kehidupan kita pada masa-masa pertumbuhan, kita akhirnya dikondisikan untuk percaya bahwa kita ini tidaklah sebaik orang lain, bahwa kita memiliki banyak hal-hal yang memalukan, banyak kekurangan yang masih ada pada diri kita. Nah ini bisa timbul dari berbagai sebab misalnya anak yang sering mendapatkan penghinaan, anak yang dilecehkan baik orang tuanya maupun teman-temannya yang akhirnya bisa bertumbuh pesat dengan pemikiran bahwa saya seseorang yang tidak baik atau tidak cukup baik.
GS : Yang sering kali kita saksikan itu adalah akibat Pak Paul dari masa lalu seseorang yang kurang baik dan sebagainya. Tapi bagaimana sebenarnya prosesnya itu kok sampai mempengaruhi tingkah laku seseorang pada saat itu Pak Paul?
PG : Masa lalu itu akhirnya memberikan kita suatu kepercayaan atau suatu keyakinan tentang hidup ini atau tentang kita ini. Contoh kalau misalkan kita ini dibesarkan di rumah di mana ayah kia bermain serong dengan wanita lain, kita sangat-sangat dekat dengan ayah kita dan sangat percaya padanya namun tiba-tiba seperti halilintar di tengah hari kita mendengar kabar dari ibu bahwa ayah kita mempunyai seorang wanita lain di luar.
Nah, tiba-tiba keyakinan kita bahwa ayah adalah figur yang bisa dipercaya, setidak-tidaknya akan hancur, runtuh, nah yang terjadi adalah keyakinan itu akhirnya absen tidak ada lagi. Akibatnya sekarang kita benar-benar melihat pria yang mendekati kita, kalau kita ini wanita dengan rasa was-was kalau ayah saya saja yang mengasihi saya dan berjanji setia untuk keluarganya bisa bermain serong apalagi orang lain yang bukan ayah saya. Jadi dengan kata lain peristiwa-peristiwa yang traumatis sering kali mengubah keyakinan kita tentang hidup ini, baik yang berkaitan dengan diri kita atau pun oleh orang lain. Jadi banyak contohnya tapi sebetulnya intinya ke situ, mengubah keyakinan kita sehingga hidup kita tidak lagi sama seperti dulu. Yang lebih umum lagi misalnya, kalau kita hidup sangat susah, sejak kecil kita harus bekerja keras, sejak kecil kita harus mengatur uang, hati-hati sekali karena orang tua kita tidak berkecukupan. Apa yang terjadi pada diri kita, tiba-tiba tanpa disadari membentuk suatu keyakinan bahwa hidup ini sangat sulit. Nah dampaknya apa pada diri kita, waktu kita bertemu dengan teman yang seenaknya saja mengeluarkan uang kita menjadi sangat tidak suka, dan kita akan melabelkan dia boros, tidak bertanggung jawab, atau nanti kalau kita menikah kita akan mencoba mengatur pasangan kita untuk sangat berhati-hati dalam pemakaian uang. Karena apa, keyakinan bahwa kita hidup ini susah dan kapan saja kita akhirnya bisa mengalami musibah, jadi kita harus baik-baik mengatur uang kita.
(3) GS : Jadi pengaruhnya sangat luas, juga terhadap pendidikan anak, saya rasa nantinya dia akan mendidik anak-anaknya supaya sangat-sangat hemat, bahkan cenderung kikir. Nah dalam hal itu Pak Paul, masa lalu yang sangat membekas di pikiran kita, 'kan Tuhan itu juga tidak menghendaki kita itu terus-menerus hidup dalam masa lalu kita, khususnya yang tidak enak. Tuhan memberikan suatu pengharapan dalam hidup ini, nah itu bagaimana kita menyikapinya?
PG : Sering kali ini memang diajukan kepada saya, pertanyaannya adalah apa peranan Roh Kudus atau peranan Tuhan dalam proses kesembuhan atas peristiwa-peristiwa traumatis yang kita alami di asa lampau.
Asumsinya adalah Tuhan berkuasa dan dengan kuasa Tuhan yang besar itu Tuhan mampu membebaskan kita dari kungkungan masa lalu kita itu. Pertanyaannya adalah tapi kok begitu banyak orang-orang Kristen yang tetap sebetulnya dipengaruhi sekali oleh masa lalu, nah jawaban saya adalah yang pertama Tuhan memang mampu dan Tuhan berkuasa tapi cara Tuhan bekerja tidak selalu supernatural. Tuhan bisa menghilangkan pengaruh masa lalu itu secara mendadak, supernatural, tapi cara kerja Tuhan bukanlah demikian yang lebih sering adalah secara natural, apalagi yang berkaitan dengan masalah psikologis, kita tidak perlu bicara yang psikologis dulu misalkan kita bicara yang fisik, gangguan medis. Obat diberikan tapi toh penyembuhannya itu berlangsung secara natural, abat diberikan tidak dalam waktu 1 hari kita langsung sembuh, bahkan penyakit yang sederhana seperti panas atau flu memakan waktu 3, 4 hari. Jadi dengan kata lain memang campur tangan luar itu sering kali melalui jalur yang natural dan Tuhan pun bekerja sering kali pada jalur yang natural bukan supernatural. Itu cara kerja Tuhan secara umum, nah termasuk masalah- masalah psikologis. Yang kedua adalah kesembuhan kita dari masa lalu ini menuntut pergumulan dan pergumulan kalau diistilahkan dalam bahasa kristiani adalah pertumbuhan. Nah pertumbuhan tidak bisa diberikan secara mendadak seperti tiba- tiba kita ini dijadikan manusia yang lain tidak, pertumbuhan rohani itu berlangsung tahap demi tahap, harus melalui proses waktu, termasuk cara kita menghadapi masa lalu itu, akhirnya menjadi sarana atau wadah yang Tuhan gunakan untuk menumbuhkan iman kita pada Tuhan, cinta kita pada sesama kita, kemampuan kita memaafkan orang lain itu semua menjadi bahan-bahan yang Tuhan gunakan untuk menumbuhkan manusia rohani kita.
GS : Sebaliknya Pak Paul, kalau pengalaman masa lalu itu adalah suatu pengalaman yang menyenangkan, kita akan cenderung untuk mengenangnya, mengingatnya terus. Itu akan berpengaruh juga untuk masa sekarang dan masa yang akan datang atau bagaimana?
PG : Sangat besar pengaruhnya Pak Gunawan, jadi saya boleh kategorikan masa lalu itu dalam 2 jenis yang besar, pertama adalah yang menyenangkan, yang kedua adalah yang menyakitkan. Yang menynangkan akan menimbulkan perasaan bangga dan kita akan senang sekali mengingatnya, dan kita mengakui kehadiran pengalaman tersebut.
Yang menyakitkan biasanya akan menimbulkan rasa malu dan kita berusaha untuk melupakannya. Nah, masalahnya adalah yang menyenangkan itu bisa terus hadir dan kita ingat dan membuat kita jadi manusia yang terbuka karena kita rela membicarakannya. Sedangkan yang memalukan membuat kita menjadi orang yang tertutup karena bagian dari hidup kita itu, kita akan mencoba untuk menyembunyikan. Nah, akhirnya sering kali terdapat 2 sisi dalam diri kita ini yaitu diri yang terbuka yang kita sajikan kepada orang lain, yang kita buka kepada orang lain dan ada bagian yang kita tutup, ada diri yang kita tutup agar tidak bisa dilihat oleh orang lain sebisanya kita pun tidak mau melihatnya, kalau memang memungkinkan.
GS : Ya kalau terjadi seperti itu apakah pribadi yang satu itu tadi tidak menjadi bingung sendiri Pak Paul, karena ada 2 hal yang bertentangan dalam dirinya sebenarnya?
PG : Bisa membingungkan bisa tidak, bisa membingungkan kalau akhirnya dia kehilangan kendali atau hidupnya sehingga yang mana yang dia harus tampilkan menjadi sesuatu yang sangat membingungkn.
Atau misalnya yang membingungkan karena sisi gelapnya atau sisi yang tersembunyi itu mulai menampakkan diri karena masalahnya itu benar- benar terlalu berat, sehingga muncul dipermukaan. Dia tidak kuasa lagi menyembunyikannya, nah akhirnya terjadilah kebingungan di sini. Namun sering kali pada umumnya kita ini bisa mengendalikannya, kita membuka diri yang memang kita banggakan dan kita tidak berkeberatan dilihat oleh orang lain dan kita mengunci pintu kamar rumah kita yang kita ingin tutupi.
GS : Pak Paul, saya teringat akan suatu peristiwa di Alkitab itu tentang Yakub yang bergumul dengan Tuhan, nah kita tahu bahwa masa lalu Yakub itu 'kan begitu kelamnya, lalu Tuhan bilang mulai saat ini kamu tidak lagi Yakub tapi Israel. Dan pada banyak tokoh yang lain Tuhan itu mengubah nama seseorang, sebenarnya apa itu tujuannya Pak Paul....?
PG : Tuhan memberikan suatu misi ya, perubahan nama itu seringkali memang merupakan perubahan jati diri, identitas diri, siapa orang tersebut. Dan siapa orang tersebut tak bisa dilepaskan dai misi yang Tuhan berikan.
Misalkan dari Saulus kepada Paulus, Paulus berarti 'kan bergantung kepada Tuhan jadi ini adalah suatu misi yang Paulus akan laksanakan, dia menjadi seorang utusan Tuhan dan dia akan sangat tergantung pada Tuhan misalnya seperti itu.
GS : Nah apakah dengan begitu Tuhan mau atau menghendaki Saulus itu yang kemudian menjadi Paulus melupakan masa lalunya?
PG : Saya kira kita ini susah melupakan masa lalu kita, karena kita mempunyai aparatus otak yang mengingat semua yang pernah kita rekam kecuali memang terlupakan secara natural. Yang pentingbukan melupakan tapi menyelesaikannya sehingga meskipun ingatan itu tetap ada tapi tidak lagi menguasai kita.
Tapi tetap saya harus akui bahwa seberapa baiknya pun kita bisa menyelesaikan masa lalu kita yang kelam itu, setiap kali kita mengingatnya tetap akan menimbulkan goresan kepedihan kembali. Tetap akan ada rasa tidak enak, ada rasa susah, ada rasa sedih dan sebagainya, sebab peristiwa itu memang pada dasarnya sudah menorehkan luka pada hati kita.
IR : Nah bagaimana Pak Paul, kalau ada seseorang yang selalu mengingat-ingat masa lalu yang negatif, sehingga dia selalu hidup murung, selalu tertutup, itu bagaimana kita harus mengatasinya Pak Paul?
PG : OK! Ada beberapa langkah yang harus kita lalui Ibu Ida, namun prinsip yang mendasari proses-proses ini yang nanti kita akan bahas adalah bahwa masa sekarang ini seharusnya cukup baik atu cukup menjanjikan, sehingga masa lalu itu bisa kita belakangkan.
Maksud saya begini kalau masa sekarang ini juga tidak menyenangkan dan pahit, cenderung masa lalu itu muncul dan menjadi sangat berkuasa atas hidup kita. Namun kalau masa sekarang ini kita sudah baik, kita lebih mampu untuk mengatasi masa lalu kita; nah ini asumsi dasarnya. Ini sebabnya ada orang-orang yang meskipun dia sadar, dia harus bisa menguasai masa lalunya, dia tahu Tuhan sudah menebusnya, tapi tetap hidup dalam masa lalunya, karena masa sekarangnya tetap tidak baik, tetap tidak manis buat dia.
IR : Jadi keadaan sekarang juga menunjang ya Pak Paul?
PG : Penting sekali Ibu Ida. Kalau masa sekarang tidak menunjang, usaha dia itu seolah-olah tak bertenaga untuk menguasai masa lalunya.
GS : Pak Paul, sehubungan dengan masa lalu yang tak bisa kita lupakan, padahal kita juga harus hidup dengan melaksanakan suatu misi yang Tuhan berikan kepada kita, mungkin Pak Paul akan sampaikan sebagian dari firman Tuhan yang bisa menolong kita semua yang bisa hidup untuk masa kini, tetapi juga tidak mengingkari bahwa kita mau melupakan masa lalu kita yang Tuhan juga sudah izinkan terjadi dalam hidup kita.
PG : Saya akan bacakan dari Mazmur 40:1-4 atau mulai dari Mazmur 40:2, "Aku sangat menanti-nantikan Tuhan; lalu Ia menjenguk kepadaku dan mendengar teriakku minta tlong.
Ia mengangkat aku dari lobang kebinasaan, dari lumpur rawa; Ia menempatkan kakiku di atas bukit batu, menetapkan langkahku, Ia memberikan nyanyian baru dalam mulutku untuk memuji Allah kita." Saya kira ada dua unsur di sini yang penting, yang pertama adalah pengakuan bahwa kita ini pernah berada di lumpur rawa, hampir dalam kebinasaan. Jadi adanya suatu pengakuan tentang masa lalu kita. Dan yang kedua adanya faktor pertolongan Tuhan setelah kita menanti-nantikan pertolongan Tuhan, nah makanya pemazmur berkata saya sekarang akan menyanyikan lagu atau nyanyian yang baru. Lagunya mungkin sama, tapi jiwa yang baru akan membuat lagu itu baru, hidup kita tetap sama tapi jiwa yang sudah menerima pertolongan Tuhan akan bisa melihat hidup ini dengan mata yang berbeda. Jadi tetap bagi siapa yang menderita karena masa lalunya tetap nanti-nantikan Tuhan, itu adalah yang diminta oleh Tuhan. Dan ada waktunya nanti Tuhan akan mengulurkan tangan, mengangkat kita dari lumpur rawa dengan cara Tuhan yang ajaib. Dan biasanya memang melalui anak-anak Tuhan, melalui orang-orang yang Tuhan utus.
GS : Ya memang kalau mendengar dari pembacaan Mazmur tadi kita bisa tahu bahwa Tuhan pun tidak menghendaki kita begitu saja melupakan masa lalu. Karena masa lalu sendiri pun dalam rencana Tuhan atas hidup kita.
PG : Dalam kedaulatan Tuhan, semuanya terjadi.
GS : Jadi tidak ada sesuatu yang kebetulan terjadi dan sebagainya, itu semua direncanakan untuk kebaikan kita sebagai orang-orang yang beriman. Hanya masalahnya berharap itu terus-menerus Pak Paul yang harus kita lakukan.
GS : Saya rasa memang ini akan kita bahas lebih lanjut, khususnya dalam hal bagaimana mengatasi masalah ini dan sebagainya, namun karena keterbatasan waktu tentunya kali ini harus kita sudahi terlebih dahulu perbincangan kita ini.
Jadi demikianlah tadi para pendengar yang kami kasihi, kami telah mempersembahkan ke hadapan Anda sebuah perbincangan seputar kehidupan kita tentang "Menjahit masa laluku", bersama Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Pokok bahasan ini masih akan kami bahas lebih jauh pada kesempatan yang akan datang. Dan bagi Anda yang berminat untuk melanjutkan acara tegur sapa ini, kami persilakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen atau LBKK Jl. Cimanuk 58 Malang. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan. Dan dari studio kami mengucapkan terima kasih.
PERTANYAAN KASET T 45 A
- Seberapa besar pengaruh masa lalu pada kehidupan kita di masa kini dan masa yang akan datang..?
- Sejauh mana seseorang dapat mengingat masa lalunya…?
- Apakah peranan Tuhan dalam proses kesembuhan atas peristiwa traumatis yang terjadi di masa lalu…?