Mendisiplin Anak

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T020A
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 

Disiplin terhadap anak sangatlah diperlukan, disiplin dikaitkan dengan tindakan ketat. Dan dalam materi ini dijelaskan bahwa orangtua perlu memperhatikan tentang disiplin anak dan ada saran-saran yang seharusnya dilakukan orangtua.

Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Amsal 19:18 berkata: "Hajarlah anakmu selama ada harapan tetapi jangan engkau menginginkan kematiannya." Makna kata hajarlah di sini adalah disiplinkanlah, jadi disiplin itu memerlukan suatu tindakan yang ketat tapi bukan tindakan yang keras. Yang dimaksud oleh Amsal tersebut adalah disiplinkanlah dengan ketat, pada waktu anak-anak kita masih mempunyai harapan. Dalam pengertian pada masa di mana anak itu masih bisa dibentuk atau diubah atau diarahkan, jangan sampai kita terlambat. Sebagai orangtua sudah seharusnya mendisiplin anak dengan ketat, tapi kadangkala kita bertindak dengan kasar atau habis kesabaran kita.

Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan:

  1. Kita mesti menyadari titik mendidih kita atau titik didih kita, kemudian kita mencoba mulai bereaksi kepada anak sebelum kita mendekati titik didih kita. Mulailah kita sampaikan teguran tersebut jauh sebelum kita mendidih.

Mendisiplin anak dengan pukulan yang efektif adalah sampai batas anak berusia 10, 11 tahun, kalau setelah usia itu, sudah tidak lagi efektif. Tidak efektif dalam pengertian setelah anak-anak usianya mendekati pra-remaja atau mencapai usia remaja, mendisiplin dengan pukulan justru lebih berdampak negatif dan tidak lagi efektif dalam mengarahkan atau membentuk perilaku anak. Yang keluar dari anak bukannya respek tetapi kebencian atau kemarahan. Dan pemukulan yang boleh dilakukan oleh orangtua adalah memukul pada bagian pantat si anak, dengan tujuan adalah agar anak bisa menerima pukulan tanpa harus merasakan terlalu sakit.

Seorang anak yang dibesarkan di rumah di mana setiap kali orangtua mendisiplin anak dengan memukul, anak akhirnya hanya mengenal metode mendisiplin dengan cara memukul. Kecenderungannya yang terjadi adalah untuk anak mengulang besar sekali. Dia mengaitkan kemarahan atau mengekspresikan marah dengan pemukulan sebab itulah yang dia lihat.

Hal apa yang bisa dilakukan untuk melatih diri agar tidak melakukan hal tersebut:
  1. Kita mesti memberitahu dia bahwa metode itu bukanlah metode yang paling benar, sehingga dia sejak awal menyadari jangan sampai saya ini melakukan hal yang sama.

  2. Dia mesti belajar cara yang lain, misalnya kalau dari ayah dia dipukul namun ibu tidak memukul, dengan dialog dsb, si anak sebetulnya telah juga belajar metode yang lain yakni dialog.

  3. Si anak belajar mengekspresikan kemarahan dengan cara yang lain.

Efesus 6:4 berkata: "Dan kamu bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu tetapi didiklah mereka didalam ajaran dan nasihat Tuhan." Kata didiklah sebetulnya mengandung unsur mendisiplin. Jadi ayahlah yang ditunjuk Tuhan untuk mewakili Tuhan mendisiplin atau membentuk anak, sehingga akhirnya anak bisa menguasai dirinya dan bertumbuh dengan lebih sehat. Pada intinya disiplin itu perlu sakit tetapi tidak boleh menyakiti. Disiplin itu membentuk anak bukannya menghancurkan anak.