Saudara-saudara pendengar yang kami kasihi dimanapun Anda berada, Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari LBKK (Lembaga Bina Keluarga Kristen), bersama Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dan beliau adalah pakar konseling keluarga dan juga dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang, kali ini akan menemani Anda untuk berbincang-bincang dengan Bp. Rudi James Simanjuntak yang juga seorang mahasiswa di sekolah Theologia di kota Malang, di STT Salem. Dan kami akan berbincang-bincang tentang kuasa Yesus yang membebaskan. Perbincangan kali ini akan membahas bagaimana Tuhan dengan kuasaNya membebaskan seseorang dari cengkeraman, dari belenggu narkoba. Dan kami percaya perbincangan ini tentu akan sangat bermanfaat bagi kita sekalian, dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
Lengkap
GS : Pak James, kami senang sekali Bapak bisa bersama kami pada perbincangan Telaga kali ini. Dan kami mau belajar banyak tentunya dari pengalaman Pak James bagaimana kuasa Allah itu, Tuhan Yesus telah membebaskan Pak James dari belenggu yang secara manusia rasanya sulit untuk atau bahkan tidak mungkin seseorang bisa dibebaskan. Nah Pak James sebelum lebih lanjut bolehkah saya mengetahui apakah Pak James memang sejak kecil itu berada di lingkungan keluarga Kristen?
RJ : Betul Pak, kami sendiri dari keluarga etnis Batak, hijrah ke Jakarta tahun 1969, di situ saya berumur sekitar 2 tahun Pak. Kemudian sepanjang kehidupan saya dari mulai kecil sampai dengn remaja, sampai dengan SMP saya tinggal di Jakarta, di suatu perkampungan yang para ahli mengatakan itu penghunian kumuh Pak.
Jadi di situ tempat tinggal yang tidak idealis secara ekosistem dan kesehatan karena di situ banyak sekali penghuninya dan tingkat kompleksitas penghuninya sangat berbeda-beda. Di sini ada bermacam-macam profesi sampai dengan profesi-profesi yang tidak berkenan di hati Tuhan seperti pencuri, penjudi, pemabuk, di situlah saya tinggal dari pertama keluarga kami hijrah. Ya tentunya keluarga kami tidak mengharapkan kehidupan selamanya di situ, kemungkinan orang tua saya mempunyai suatu tujuan bahwa itu sebagai batu loncatan saja, tinggal pertama di daerah itu. Tapi dalam kenyataannya sampai sekarang keluarga saya masih tinggal di situ.
GS : Nah apakah di tempat itu pula Pak James berkenalan dengan narkoba ?
RJ : Betul sekali Pak, kalau boleh saya mulai cerita tentang awal perkenalan saya dengan narkoba, diawali dengan perkenalan saya dengan rokok. Saya sudah berkenalan dengan rokok sejak berkisr kelas 4 SD Pak, kelas 4 SD saya waktu itu sudah mencoba rokok dengan teman-teman sekampung terutama di masa-masa libur sekolah, kami sering sekali pergi kesana kemari.
Ada satu hal lagi yang juga mendukung, daerah kami itu tidak sehat dan tidak baik secara jasmani dan rohani, daerah saya itu dekat sekali dengan pasar, terminal dan stasiun kereta api, yaitu di daerah Manggarai. Jadi seperti kita ketahui daerah-daerah seperti itu banyak premannya ya Pak, baik di terminalnya, di pasarnya maupun di stasiun Manggarai itu. Dan itu berimbas kepada kehidupan remaja penduduk di sekitarnya.
PG : Kalau saya boleh tahu lebih lanjut Pak James ya, apakah Pak James pada saat-saat bertumbuh itu juga mendapatkan arahan dan didikan dari orang tua tentang Tuhan Yesus dan sebagainya ?
RJ : Memang dari kecil saya mengikuti sekolah minggu di gereja HKBP tetapi mengenai orang tua saya, mereka berangkat kerja itu dari jam 07.00 pagi dan pulang paling cepat itu jam 06.00 sore adang sampai jam 09.00
malam; jadi saya di rumah di tinggal bersama pembantu dan kakak. Jadi waktu itu ada kakak sepupu saya dari daerah datang ke Jakarta, selama di Jakarta tinggal di tempat saya. Itulah yang membimbing saya, ya boleh dikatakan bukan membimbing tetapi mengawasi saja karena kalau kita bicara soal pembimbingan itu ya lebih mengarah kepada pendidikan, tetapi ini cuma sekadar mengawasi kebutuhan-kebutuhan saya saja, untuk makan saya dan saudara-saudara saya. Saya sendiri sekeluarga ada 8 anak Pak, saya no.7, jadi ketika saya remaja kakak saya yang besar sudah ada yang kuliah di Malang, sudah ada yang kuliah di luar jadi saya cuma tinggal 4 orang di rumah. Empat orang yang tua itu kakak saya yang no.4, no.5, no.6, no.7 dan no. 8.
PG : Setelah rokok, Pak James, apalagi yang Pak James akhirnya pakai?
RJ : Kelas 5 SD saya mulai minum-minuman keras, minuman keras yang pertama saya minum waktu itu TKW, di Jakarta suatu merk TKW itu minuman untuk kalangan kelas bawah. Dan kalau saya membandigkan dengan kehidupan yang sekarang untuk mendapatkan minuman keras, dahulu kala zaman saya kelas 5 SD itu sangat mudah sekali dibanding dengan sekarang, karena memang sekarang ini sudah beberapa kali, penertiban tentang minuman keras.
Tetapi dahulu itu tidak ada sama sekali. Saya minum setiap hari Jum'at, sekolah kami SD itu ada kegiatan pramuka, jadi hari itu kami tidak sekolah. Secara akademis pagi masuk sekolah upacara pembukaan setelah upacara pembukaan jam 07.00 habis itu siswa bebas mengadakan kegiatan pramuka apa saja setelah itu jam 11.00 kumpul lagi untuk mengadakan upacara penutupan. Nah jadi pada kegiatan hari Jum'at itu tidak ada kegiatan akademis, di situlah kami mempunyai banyak waktu luang untuk keluar dari sekolah sebelum upacara penutupan, jadi kami jalan-jalan ke mana di sekitar sekolah. Nah di situ banyak hal yang kami lakukan, mulai dari merokok, mengkonsumsi minuman keras, itulah awalnya Pak.
PG : Dan setelah itu apa lagi yang Pak James gunakan?
RJ : Setelah itu kelas 6 SD saya lulus dari SD, ketika itu yang terjadi kelas 1 sampai kelas 5 masih melaksanakan pendidikan atau masih belajar, kami kelas 6 sudah selesai EBTA. Jadi ada janka waktu sekitar 2 bulan dari jarak EBTA sampai saya masuk ke SMP, saya libur terlebih dahulu daripada kelas 1 sampai kelas 5.
Nah waktu yang panjang itu kami atau saya banyak bermain dengan anak-anak di sekeliling kampung saya; nah di situ banyak yang kami lakukan dari mulai mencuri, merokok di rumah, karena terus terang kenakalan saya ini banyak saya awali di luar lingkungan rumah, karena saya merasa lebih aman dan tidak ada yang tahu. Nah waktu SD lulus saya mulai mencuri-curi melakukannya di sekeliling rumah dan di situ saya mulai diperkenalkan dengan ganja atau mariyuana dan kala itu saya masih ingat sekali bahwa satu amplopnya bisa saya konsumsi dengan membelinya seharga Rp. 500,-. Seharga Rp. 500,- itu untuk pemula seperti kami bisa dapat 3 linting, 3 linting itu kalau kita pakai bisa bertiga, berdua itu sudah dijamin mabuk semua untuk pemula. Jadi untuk Rp. 500,- dulu itu saya bisa pakai 5 orang, 6 orang.
GS : Nah sebenarnya pengalaman apa yang hendak Pak James cari dengan minum-minuman keras, lalu ganja dan sebagainya itu?
RJ : Memang kalau saya mengingat masa kecil saya waktu di SD saya ingin menguasai saja, rasanya di dalam pergaulan sesama teman di SD itu saya ingin lebih menonjol, lebih segalanya. Tetapi ntuk di lingkungan rumah ada satu hal yang saya catat dalam kehidupan saya bahwa dahulu kala itu saya dari daerah Sumatera adalah suatu etnis yang jarang atau minoritas di dalam kampung saya, nah di dalam hal ini saya perlu sekutu di dalam posisi saya ini waktu masih anak-anak kalau ada perselisihan antar anak kampung dengan saya, saya selalu menjadi musuh dan saya nggak punya sekutu.
Nah di dalam hal ini saya memerlukan sekutu, jadi saya bergaul dengan anak-anak yang nakal dengan suatu harapan kalau saya berselisih dengan anak yang lain mereka akan membantu saya, karena pada saat itu saya etnis yang tidak mayoritas, jadi saya betul-betul mencari pegangan untuk bisa hidup bebas bergaul, tanpa diganggu oleh orang lain. Dan itu salahnya saya, saya tidak mencari itu semua kepada keluarga, karena secara umum keluarga saya sendiri juga etnis minoritas di situ di sekeliling kampung saya, jadi saya berpikir saya tidak bisa bergantung sama mereka.
PG : Jadi Pak James menggunakan obat sebagai tiket untuk masuk ke dalam kelompok yang bisa melindungi Pak James.
RJ : Maksud saya Pak, bahwa pertamanya saya hanya ingin mencari sekutu saja, mencari sekutu supaya melindungi saya di dalam lingkungan saya karena saya minoritas. Tetapi di dalam pergaulan sya mencari sekutu ternyata sekutu saya pengguna narkoba, jadi bukan narkoba itu sendiri untuk melindungi saya tapi fokusnya pertama sekutu saya itu untuk bisa melindungi saya tapi ternyata kelanjutan dari langkah saya itu berefek bahwa teman-teman saya itu ternyata anak-anak yang nakal dan itu memang saya pilih karena saya pikir merekalah yang bisa nanti mengatasi masalah-masalah saya dengan teman-teman sebaya lainnya.
GS : Nah, apakah Pak James setelah menemukan ganja, menghisap ganja lalu hanya berhenti sampai di situ atau masih meningkat Pak James ?
RJ : Terus terang untuk pertama kali saya menggunakan ganja, seperti saya katakan itu bukan karena faktor saya mau atau saya tahu menikmatinya. Tetapi setelah saya masuk di dalam sekutu saya ternyata mereka melakukan dan saya pun harus melakukannya.
Dan saya merasakan tahap pertama saya memakai tidak ada kenikmatan sedikitpun, yang ada adalah rasa takut. Takut diketahui hukum karena memang pada saat itu saya juga mendengar bahwa itu akan ditangkap polisi, takut diketahui keluarga, takut diketahui orang-orang yang bisa mengadu kepada keluarga saya. Jadi untuk pertama kali memakai, tidak ada kenikmatan dan sebetulnya secara hati nurani saya juga banyak ketakutan tetapi saya sudah katakan saya kecemplung/masuk dalam kelompok itu dan kelompok itu melakukan, jadi saya kebanyakan melakukannya hanya untuk toleransi kepada kelompok, bukan karena saya ingin pakai.
GS : Lama-lama bisa dinikmati, Pak James?
RJ : Memang pertama belum bisa menikmati, setelah memakai yang kedua kalinya rasa takut itu berkurang, pakai selanjutnya berkurang dan setelah kenyataannya saya makin tidak ditangkap polisi,saya terus memakai, keluarga saya tidak tahu, lama-lama rasa takutnya berkurang terus saya tidak berusaha menikmati tetapi rasa nikmat itu timbul sendiri.
Saya bisa berpikir, mengkhayal, saya bisa menangkap suatu kenikmatan, saya bisa berkhayal dari situ. Dan resikonya tidak ada, nah dari situ saya mulai menikmati tanpa resiko, saya bisa berkhayal. Ya terus terang sebelum kehidupan saya yang sekarang ini sebelum pertobatan, saya berkhayal itu suatu keindahan buat hidup saya dulu. Jadi di dalam setiap suasana kalau saya ingin merasakan indahnya hidup ini saya harus berkhayal, memakai terus berkhayal dan itu paling mudah dan paling menyenangkan.
GS : Apakah Pak James pernah mengkonsumsi misalnya mariyuana atau LSD ?
RJ : LSD sendiri saya belum pernah pakai, tetapi saya pernah memakai sejenis jamur yang dikenal "magic mushroom". Dan saya waktu itu memakainya dengan seorang rekan dari Amerika. Ketika itu ia mensharingkan dia pernah memakai lexit atau reaksi lexit seperti itu cuma masalahnya lexit itu lebih kuat dari magic mushroom tapi inilah lexit ini rasanya seperti ini.
Jadi saya pikir mungkin kandungannya sama dan itu bukan hanya satu teman saja, beberapa teman dari Perancis, Amerika, Inggris karena di Sumatra dulu tempat saya tinggal juga banyak sekali magic mushroom dan saya mengkonsumsinya bersama mereka dan mereka yang pernah memakai mensharingkan beginilah reaksinya penuh halusinasi.
GS : Apakah itu dilakukan tiap-tiap hari atau 2 hari sekali atau bagaimana Pak?
RJ : Ketika saya tinggal di Sumatra, saya lakukan dalam seminggu itu hampir setiap hari minimal 4 hari atau 5 hari. Sampai saya dipanggil Mr. Mushroom karena memang sangat murah sekali dan mdah untuk mendapatkannya.
PG : Pak James selain dari mushroom, mariyuana yang adalah ganja apakah ada obat-obat lain yang Pak James juga konsumsi ?
RJ : Tahap kedua setelah mariyuana atau ganja saya mengkonsumsi obat, obat-obat daftar G. Jadi bagi saya pribadi, narkoba itu ada kelas-kelasnya, kalau di kampung mereka tidak mengenal obat-bat daftar G.
Mereka hanya mengenal ganja dengan minuman keras. Karena waktu itu obat-obatan daftar G termasuk permainan anak-anak 'the haves', di atas permainan anak-anak di kampung seperti saya. Jadi setelah di sekolah saya berjumpa dengan anak-anak, siapa saja yang lingkungannya lebih dari lingkungan saya di situ saya mulai mengenal obat-obatan daftar G. Saya pertama kenal namanya BK kemudian meningkat kelas 2 sampai kelas 3 SMP mulai kenal mogadon dari rogert dan selanjutnya setelah lepas dari SMP mulai kenal dengan rohipnol, lexotan, valium, etalium.
PG : Dan akhirnya apakah Pak James pernah menggunakan sabu-sabu, ekstasi dan sebagainya?
RJ : Mengenai obat Pak saya rasa belum selesai. Di kala saya memakai obat, saya lebih berani di dalam kehidupan saya, nah segi enaknya itu kalau kita memerlukan suatu kenekatan kita cenderun untuk memakai obat.
Tapi kalau kita ingin slow, berkhayal, ingin enjoy saya cenderung memilih pakai mariyuana atau ganja. Tapi misalnya kalau saya harus ke rumah cewek atau saya harus menghadapi kakak saya yang mau marah, saya harus menghadapi orang tua saya karena saya baru saja melakukan dosa, nah untuk mengaturnya saya minum tidak terlalu banyak. Tetapi untuk menaikkan mental saya dalam persidangan saya di depan keluarga saya pakai obat, sebab kalau pakai minuman baunya ketahuan, memang reaksinya sama-sama berani cuma obat itu tidak bau dan saya rasa lebih berani, terus perasaan kita diatur sedemikian rupa sehingga kita bisa bicara lebih meyakinkan terhadap diri sendiri.
PG : Apa dampak negatif dari obat pada kehidupan Pak James?
RJ : Pertama 'lost control' Pak, itu sering terjadi di dalam kehidupan saya ketika saya memakai obat. Saya dulu sering memakai ganja, saya ingin variasi karena kalau memakai ganja terlalu slw, seperti lama-lama saya ini mati lemas.
Saya ingin suatu variasi yang baru yang lebih bergairah hidup ini. Nah saya janji dalam diri saya, satu minggu ini saya mau memakai obat dulu untuk selingan hidup supaya jangan terlalu loyo, saya beli 3 plek istilah kita itu 3 plek, isinya 10, itu untuk satu minggu saya minum 2 setiap hari. Tapi dalam kenyataannya 2 sekarang saya minum saya bisa kontrol dan semuanya indah bagi saya, saya berbicara juga lancar perasaan enak. Besoknya 2 masih bisa tapi besoknya lagi hari ke 3, ke 4, 2 tidak bisa saya harus meningkatkannya untuk mendapatkan perasaan seperti yang kemarin, saya mulai minum 3, hari ini 3 feeling saya yang kemarin itu ketemu saya masih bisa kontrol dan saya bisa berbicara dengan asyik dan semuanya tidak ada masalah. Tapi hari berikutnya saya minum 3 feeling yang kemarin kok tidak saya temukan sepertinya kurang saya tambah lagi 5, 6, obat itu sudah mau habis, janji saya ini 3 plek habis saya sudah stop saya mau balik ke ganja, mau slow lagi. Tapi barang itu sudah mau habis tinggal 5 butir lagi e.....sudah mulai cari lagi. Jadi saya sudah lepas kontrol dan dari situ saya sudah tidak bisa lagi berhenti minum obat, nanti sampai suatu saat ada masalah karena memang setiap kali saya minum obat pasti ada masalah. Nah suatu saat ada masalah yang menghentikan saya dan nanti terulang lagi setelah stop saya sudah bertekad tidak mau pakai, obat-obat ini membuat lost control lebih baik 'cimeng' atau ganja ini yang bisa slow-slow saja. Memakai ganja, ganja, ganja terus nanti saya akan suntuk lagi dan tekad saya yang dulu sudah saya lupakan lagi. Memang ketika saya baru terkena masalah karena obat terus saya bertekad mau pakai ganja saja yang lebih slow lebih tidak ada masalah dan kita bisa enjoy. Ketika saya melihat teman-teman pakai obat saya betul-betul merendahkan dia, wah....kamu belum kena batunya nanti kalau sudah kena batunya minum obat kamu baru jera. Tapi kenyataannya setelah saya suntuk karena terus memakai ganja sepertinya darah kita ini tidak pernah bergolak lagi saya akan mencoba lagi dengan tekad lebih keras lagi kalau kali ini saya akan kontrol. Tapi dalam faktanya pasti terjadi seperti yang sudah-sudah dan itu sudah beberapa kali dalam hidup saya.
GS : Nah akhirnya bagaimana Pak James bisa melepaskan diri atau bagaimana pengalaman Pak James lepas dari ikatan seperti itu?
RJ : Saya memakai obat ketika saya remaja, setelah dewasa saya meningkat menjadi bandar ganja besar-besaran karena saya dari Jakarta pernah ke danau Toba, hidup di danau Toba di dunia pariwiata dan mempunyai relasi sampai dengan petani-petani yang digunungnya itu.
Jadi ketika saya tertangkap di danau Toba akhirnya saya ke Bali. Di Bali tekad saya sebetulnya mau mencari pekerjaan yang lain, tidak bandar narkoba lagi karena trauma di pukul aparat, tapi kenyataannya setelah Tuhan memberi berkat kehidupan di Bali, ada uang masuk lancar dan saya terseret lagi. Karena memang di sekeliling saya juga orang pemakai narkoba. Di Bali saya memakai ekstasi, sejak di danau Toba saya memakai ekstasi sabu-sabu dan hases, jadi di Bali saya betul-betul kalau istilah kami preman, nama saya itu sudah bau istilahnya nama saya sudah tercium semua lapisan aparat. Karena di Bali sendiri yang beroperasi yang mengurusi anak-anak narkoba, anak-anak jalanan itu bukan cuma polisi saja, tentara juga turut campur menertibkan. Jadi di polisi, di tentara saya sudah dicium dan dari situ saya keluar dari Bali ke Jawa. Tapi di Jawa ini saya membawa barang juga dari Bali, nah di Jawa ini akhirnya saya pulang ke Jakarta, pulang ke Jakarta saya mengenal obat lagi lexotan 12 dan akhirnya saya kacau di Jakarta. Suatu saat saya ingin enjoy di Malang karena dulu saya pernah SMA di Malang, saya berpikir bahwa saya dulu di Malang bisa menguasai medan karena memang dulu Malang sekitar tahun '84 masih belum besar. Image saya tentang Malang masih seperti dulu, saya berpikir kalau saya jadi preman terjun di Malang saya bisa menguasai medan, saya tahu Malang, saya tahu orang-orang yang sudah kompeten di dunia preman di Malang. Saya datang ke Malang dengan tujuan untuk bisa hidup sebagai preman yang lebih mapan dan lebih berkecukupan karena saya berpikir saya bisa menguasai medan di Malang. Tapi kenyataannya saya tinggal di suatu rumah, rumah ini adalah rumah tetangga saya di Jakarta dan saudara saya yang mempunyai rumah ini adalah jemaat dari satu gereja yaitu Gereja Eleos Malang dan dia di situ sering mengikuti kebaktian komisi pemuda di gereja Eleos Malang. Pada suatu hari dia mengajak saya untuk kebaktian di gereja bersamanya dan pada dasarnya saya memang Kristen, dari kecil saya juga sudah kenal Tuhan Yesus di sekolah minggu dan kalau selama ini saya tidak pernah ke gereja bukan berarti saya anti gereja. Akhirnya saya ikut kebaktian, sebelum saya mengikuti kebaktian, seperti saya katakan saya pergi ke Malang karena saya ada masalah dengan keluarga. Di situ setelah saya memakai obat lexotan 12 berlebihan saya mempunyai masalah dan masalah itu sampai ke masalah orang tua saya. Dan kalau saya ingat pada saat di Malang saya mengingat sekali bahwa saya itu sudah begitu merugikan keluarga khususnya orang tua saya, karena pada saat itu orang tua saya tinggal ibu saja, bapak sudah tidak ada. Jadi memang kalau dikatakan bertobat, belum, tetapi saya tidak seganas waktu masih di Jakarta terakhir waktu minum obat, saya di Malang berusaha menata diri untuk hidup lebih baik setelah reaksi obat yang sekian lama saya pakai secara kontinu itu reaksinya sudah agak menurun. Di Malang saya berusaha mengintrospeksi khususnya saya fokuskan ke orang tua saya dan ke keluarga saya yang begitu sudah saya rugikan selama ini. Nah hal ini ditunjang lagi dengan teman saya mengajak ke gereja, nah di situ saya seperti di dunia asing Pak, saya melihat pemuda-pemuda umur 20-21 paling tua itu umur 25 mereka melayani Tuhan ada yang mengambil kolekte, ada yang introitus, ada yang liturgi, ada yang terima tamu, ini pengalaman saya pribadi masuk gereja. Saya sepertinya dirangkul itu ya dari pertamanya saya sudah ada respek terhadap kebaktian ini; kedua, karena respek itu terus saya jadi terkesan dengan apa yang mereka perbuat, saya jadi peduli dengan apa yang mereka perbuat, saya perhatikan semua jadinya. Pada saat itu saya diberi kesempatan untuk bersaksi dan saya begitu tergerak untuk berdiri dan bersaksi. Saya bersaksi di situ bahwa saya betul-betul merasa orang yang tidak ada artinya sama sekali, selama hidup saya belum pernah mempunyai arti, mereka yang begitu muda sudah menyerahkan diri kepada Tuhan. Saya berpikir, mereka tidak mengenal kepuasan dalam hidup mereka, mereka masih muda tapi mereka sudah bertekad mau menyerahkan diri pada Tuhan. Sementara saya yang sudah puas yang sudah merasakan semuanya belum juga mau untuk hidup buat Tuhan, saya berpikir saya harus merubah diri saya, saya mau hidup saya lebih berarti khususnya buat Tuhan. Pertamanya memang bukan firman Tuhan dasarnya, hanya saya berpikir hidup saya ini buat apa ? Saya waktu itu belum mengenal firman Tuhan, hidup saya ini buat apa, terakhirnya buat apa hidup saya ini. Nah kemudian setelah kebaktian itu saya langsung datang ke hamba Tuhan yang membawakan firman, saya katakan, tolong saya, saya mau bertobat. Tapi di dalam kenyataannya sepanjang kehidupan saya berbuat dosa itu saya sering mau bertobat, sering mau bertobat dan bertobat itu paling lama 2 bulan, 1 bulan. Secara pelan-pelan, perlahan demi perlahan saya akan kembali ke dunia saya dan batasannya itu saya tidak tahu. Saya terseret secara perlahan-lahan itu akan kembali lagi, saya bertanya kepada hamba Tuhan itu, mengapa saya bisa begitu dan kali ini saya ingin bertobat tidak seperti yang sebelum-sebelumnya saya ingin bertobat, untuk betul-betul bertobat tidak bisa kembali lagi. Nah hamba Tuhan itu memberikan kepada saya Firman Tuhan yaitu tentang kembalinya roh jahat, di situ saya digambarkan kalau saya bertobat hanya untuk motivasinya untuk memperbaiki diri dengan sekeliling saya, untuk orang tua, untuk keluarga itu adalah bukan pertobatan yang sesungguhnya dan saya akan bisa kembali lagi, karena apa? Kalau saya betul-betul mau bertobat saya harus mengisi pertobatan saya dengan Firman Tuhan sehingga iblis tidak akan pernah kembali ke dalam diri saya dan itulah pertobatan, hanya boleh terjadi atas pertolongan Tuhan dan harus diisi setiap hari dengan Firman Tuhan.
GS : Tentu suatu pengalaman yang sangat menarik Pak James dan para pendengar kita pasti akan penasaran dan ingin tahu lebih banyak tentang apa dan bagaimana Tuhan itu membebaskan Pak James. Dan tentunya kita mengharapkan Pak James bisa melanjutkan pembicaraan ini pada kesempatan yang akan datang. Dan kami tentu saja mengharapkan saudara-saudara pecinta acara Telaga ini bisa mengikuti terus acara Telaga pada kesempatan yang akan datang. Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen atau LBKK Jl. Cimanuk 58 Malang. Saran-saran dan pertanyaan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih.