Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini tentang "Kenapa Susah Berdoa ?". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
GS : Pada kesempatan yang lalu, Pak Paul mengatakan bahwa doa itu adalah suatu hak, suatu kehormatan tapi nyatanya ada banyak orang yang susah sekali untuk berdoa, dia tidak tahu mau bicara apa dan susah untuk berdisiplin pada jam-jam doanya. Ini sebenarnya bagaimana, Pak Paul ?
PG : Memang kita harus memunyai relasi terlebih dahulu dengan Tuhan, karena doa itu sebuah percakapan dan percakapan hanya dimungkinkan kalau ada relasi di antara orang yang bercakap-cakap, maka kalau kita mau bisa berdoa kita mesti memunyai relasi. Artinya apa? Kita mesti sungguh-sungguh percaya pada Tuhan kita Yesus Kristus. Kita percaya Dia menyayangi kita, Dia adalah Tuhan yang telah mengorbankan nyawa-Nya untuk kita. Kita mesti percaya Dia ingin mendengarkan doa-doa kita dan Dia ingin membimbing kita. Dalam konteks relasi seperti itulah kita berdoa. Kalau sampai seseorang berkata, "Saya tidak tahu harus berdoa apa?" Mulailah dengan berterima kasih karena memang kita berutang terlalu banyak kepada Tuhan. Jadi ingatlah hal-hal yang telah kita miliki, telah kita terima, telah kita nikmati, jadikanlah sebagai bahan untuk mengatakan kepada Tuhan, "Terima kasih atas ini, atas itu". Jadi mulai dengan mengucapkan terima kasih.
GS : Lazimnya orang berdoa justru minta, jika dibandingkan lebih banyak meminta dari pada berterima kasihnya Pak Paul.
PG : Saya mengerti sudah tentu ada waktu kita meminta dan Tuhan meminta kita membawa petisi-petisi kepada-Nya, syafaat kita kepada-Nya. Namun karena ini sebuah relasi, jangan hanya datang kepada Tuhan membawa permintaan, namun kita juga mesti datang kepada Tuhan dengan rasa syukur, mengucapkan terima kasih kita kepada-Nya atas segala yang telah Dia lakukan dan berikan kepada kita.
GS : Tapi itu pun masih banyak hambatan yang kita hadapi, Pak Paul. Menurut pengalaman Pak Paul hal-hal apa yang seringkali menghambat kita dalam berdoa ?
PG : Ada beberapa, Pak Gunawan. Yang pertama adalah mengapa kita sulit berdoa karena kita orang berdosa. Maksud saya begini, oleh karena kita orang berdosa secara alamiah kita tidak tertarik untuk berdoa. Kita mesti camkan dan menerima fakta ini, jadi sekali lagi karena kita orang berdosa secara alamiah kita tidak tertarik untuk berdoa. Kita jauh lebih tertarik melakukan hal-hal lain dan melakukan hal-hal yang bermuatan dosa daripada berdoa. Kondisi ini terlihat jelas sekali tatkala kita tengah hidup dalam dosa, bukankah tatkala kita sedang hidup dalam dosa kita makin sukar berdoa? Dengan kata lain kita mesti menyadari bahwa dosa dan doa itu sangat berlawanan. Dimana ada dosa, doa hilang. Sebaliknya dimana ada doa, dosa pun lenyap. Itu sebabnya kita mesti memelihara kehidupan yang suci di hadapan Tuhan. Hidup yang suci makin mendorong kita ingin bersekutu dengan Tuhan dan makin membuat kita menikmati kehadiran-Nya, sebaliknya kalau kita hidup dalam dosa kita tidak akan mau hidup dekat Tuhan berdoa kepada-Nya, karena apa? Kita tidak mau berhadapan dengan Dia yang adalah suci, tapi sebaliknya kalau kita tahu kita hidup sesuai dengan kehendak Tuhan, kita berusaha hidup kudus di hadapan-Nya, kita akan menikmati kebersamaan dengan Dia.
GS : Tetapi kita setiap hari hidup dalam dosa, Pak Paul, tetap melakukan dosa walaupun kita sudah berusaha tidak melakukan dosa. Kita nyatanya melakukan dosa lagi. Di dalam hal ini apakah di dalam kita berdoa kita perlu mengakui dosa-dosa kita terlebih dahulu ?
PG : Sangat-sangat perlu, Pak Gunawan. Jadi kalau kita berada dalam dosa pertama-tama kita mesti akui dulu. Akui artinya apa? Menyebut perbuatan yang berdosa itu di hadapan Tuhan, apa pun itu yang telah kita lakukan, yang kita tahu itu adalah dosa kita mesti menyebutnya di hadapan Tuhan. Itulah makna dari pengakuan.
GS : Tapi kalau orang karena berdosa lalu menghindar dari Tuhan, bukankah masalahnya tidak akan terselesaikan ?
PG : Inilah yang selalu ditiupkan oleh iblis, Pak Gunawan. Karena ia tidak mau kita datang kepada Tuhan, maka ia akan terus berkata kepada kita, "Kamu orang berdosa, kamu tidak layak datang kepada Tuhan". Di satu pihak kita juga mesti menjadi orang yang tahu diri, kalau kita berdosa janganlah kita seenaknya meremehkan kesucian Tuhan, datang ke hadirat Tuhan seolah-olah itu tidak ada apa-apa. Namun Itu juga salah kalau karena kita berdosa kita berkata, kita tidak mau datang lagi kepada Tuhan, sebab tujuannya bukanlah supaya kita tidak datang lagi kepada Tuhan. Tujuannya supaya kita menghilangkan dosa itu dari hidup kita dan datang kepada Tuhan. Jadi kita mesti berhati-hati dengan dorongan atau bisikan-bisikan iblis yang berniat untuk menjauhkan kita dari Tuhan.
GS : Bukankah hal itu yang terjadi dengan Adam dan Hawa ketika mereka berdosa mereka langsung menyembunyikan diri dari hadapan Tuhan, Pak Paul ?
PG : Betul dan mereka makin menjauhkan diri dan makin jauh dari Tuhan, tapi yang kita lihat dalam kasus Adam dan Hawa, Tuhan mencari mereka. Inilah yang terjadi ketika kita mau berlari, bersembunyi, Tuhan mencari kita. Tuhan tidak membiarkan kita lari dan makin hari makin tersesat. Ia akan mencari kita, Ia akan berbisik, Ia akan menyuruh kita kembali kepada-Nya. Jadi kalau kita telah berdosa, jangan lari dari Tuhan, justru datanglah kepada Dia.
GS : Jadi sebenarnya tidak ada alasan bagi kita walaupun kita telah berdosa untuk tidak datang kepada Tuhan karena Tuhan yang mencari kita, Pak Paul ?
PG : Saya setuju, jadi memang begitu, Pak Gunawan.
GS : Hambatan yang lain, apa Pak Paul ?
PG : Penyebab kedua mengapa kita sulit berdoa, karena kita merupakan target serangan iblis yang senantiasa berupaya menjauhkan kita dari Tuhan. Kita mesti ingat tidak ada yang lebih dirindukan iblis selain melihat kita jauh dari Tuhan dan kasih-Nya. Iblis tahu bahwa di dalam doa kita berada dalam hadirat Allah secara nyata dan inilah yang tidak diinginkannya. Itu sebabnya tatkala kita ingin berdoa ia selalu menghadirkan kepentingan lain yang mendesak untuk dilakukan terlebih dahulu. Ia berusaha meyakinkan kita bahwa doa dapat menunggu sedangkan kepentingan lain tidak dapat menunggu. Jadi dengan kata lain, ia mencoba membuat kita terkecoh sehingga akhirnya luput berdoa. Hari ini tidak berdoa, besok tidak berdoa lama-lama makin hari makin jarang kita berdoa. Jadi waktu kita terseret arus kita akhirnya jatuh ke tangan atau pengaruh iblis.
GS : Di situ memang dibutuhkan disiplin di mana kita perlu menetapkan suatu jam doa dan kita mentaati jam doa itu, Pak Paul.
PG : Saya setuju Pak Gunawan, jadi dengan cara itulah kita bisa mengingat bahwa inilah waktunya kita datang bersekutu dengan Tuhan. Jadi kita mesti menyediakan waktu tersebut.
GS : Karena seringkali justru pada saat kita mau berdoa, kita mau membaca kitab Suci, ada saja kesibukan yang datang dengan tiba-tiba, Pak Paul.
PG : Seringkali begitu, sudah tentu akan ada hal-hal yang perlu kita lakukan dengan segera, saya tidak menutup pintu itu namun kalau dipikir-pikir sebetulnya banyak hal yang seharusnya tidak kita lakukan saat itu juga, bisa menunggu dan kita bisa duduk dan berdoa serta membaca Firman Tuhan, tapi kita mesti mengakui Pak Gunawan, karena kita ini manusia berdosa dan ada serangan-serangan dari iblis maka untuk duduk atau untuk sujud berdoa, seringkali itu menjadi suatu pergumulan tersendiri, sedangkan kalau kita ingin nonton film, melihat televisi tidak ada pergumulan sama sekali. Tidak ada yang namanya bimbang, ragu, pusing dan kita langsung menyalakan, duduk, nonton, enak, tapi waktu mau berdoa rasanya ada saja yang menghalangi. Karena itu kita mesti menyadari selain dari kodrat kita yang berdosa, memang ada interes dari iblis untuk selalu menjauhkan kita dari Tuhan.
GS : Itulah yang membuktikan mengapa para murid ketika diminta oleh Tuhan Yesus untuk mendoakan Tuhan Yesus di Taman Getsemani justru tertidur, Pak Paul.
PG : Betul sekali di situ kita melihat meskipun mereka memunyai keinginan untuk berdoa waktu Tuhan memintanya tapi akhirnya mereka tidak mendisiplinkan diri untuk duduk berdoa. Tuhan berkata dalam konteks itu bahwa "Roh memang penurut tapi daging lemah", maka akibatnya kita tidak berdoa.
GS : Mungkin lebih baik juga kita bisa berdoa bersama orang lain sehingga kita bisa saling mengingatkan, entah itu suami, entah itu istri atau anak-anak kita, Pak Paul.
PG : Boleh saja Pak Gunawan, jadi ada waktu-waktu dimana kita berdoa bersama dengan keluarga kita atau dengan orang lain, namun ada juga waktu kita berdoa secara pribadi. Karena waktu kita berdoa secara pribadi kita benar-benar dapat mengekspresikan diri kita dengan bebas di hadapan Tuhan. Sekali lagi kita bukan datang kepada Tuhan yang beringasan, bukan. Kita datang kepada Tuhan yang penuh kasih, kita datang kepada Allah Bapa kita sendiri yang memanggil kita anak-anak-Nya. Jadi dengan kata lain, datanglah dengan bebas datanglah dengan apa adanya ke hadapan Allah Bapa kita.
GS : Hambatan yang lain apa, Pak Paul ?
PG : Penyebab ketiga mengapa kita sulit berdoa adalah karena kita kurang dapat mengatur waktu dengan baik. Adakalanya kita sukar berdoa karena kita tidak bijaksana dalam mengatur waktu, akhirnya waktu untuk berdoa tersisihkan dan tergantikan dengan hal lain yang memang harus dikerjakan. Saya mengerti hidup berisikan tuntutan dan tugas yang kadang harus dikerjakan dengan segera. Kita tidak boleh meninggalkan tanggungjawab kita atas nama doa, misalnya ibu muda dengan anak balita seringkali menemukan kesulitan berdoa karena tuntutan mengurus anak memang tinggi, itu sebabnya kita harus menyisihkan waktu. Dengan kata lain, doa harus menjadi aktifitas yang terjadwal. Jika kita memerlakukan doa ala kadarnya yaitu kalau ada waktu berdoa, kalau tidak ada waktu ya tidak usah berdoa, maka perlahan namun pasti doa akan terhilang dari kehidupan kita. Masalahnya adalah sewaktu doa hilang akan hilang pulalah kedekatan dengan Tuhan.
GS : Banyak yang beralasan bahwa kalau pun kita berdoa tidak perlu lama-lama ? Tuhan pun mengerti isi hati kita atau ada pula yang mengatakan kita berdoa tidak harus tutup mata, berlutut atau duduk, bukankah sambil berjalan-jalan kita masih bisa berdoa kepada Tuhan dan ini bagaimana, Pak Paul ?
PG : Saya pikir kita mesti mengingat bahwa justru nilai dari doa terletak pada sikap kita. Bagaimanakah kita memperlakukan doa, kalau kita memunyai konsep yang benar waktu kita doa kita datang kepada Tuhan yang kudus, Raja dari segala raja Pencipta alam semesta ini, seyogianya kita tidak datang kepada Tuhan dengan sembarangan. Jadi dalam kebebasan kita apa adanya datang kepada Tuhan juga ada unsur takut kepada-Nya, menghormati-Nya. Tidak berani bersikap sembarangan kepada-Nya. Sebaiknyalah pada waktu kita berdoa kita menunjukkan sikap yang menghormati Dia sebab bagaimana pun juga sikap tubuh kita sewaktu kita berdoa mencerminkan berapa tinggi atau rendahnya penghormatan kita kepada Tuhan.
GS : Waktu yang terjadwal memang menolong kita untuk ingat kapan kita harus berdoa, tapi itu juga menggoda kita, membuat kita menjadikan doa itu suatu hal yang rutin, tiap hari yang kita lakukan begitu-begitu saja tanpa kita menyadari bahwa doa itu adalah suatu momen yang sangat penting, begitu Pak Paul.
PG : Segala sesuatu yang kita lakukan hari lepas sehari, terus-menerus akan menjadi rutin dan akan ada waktu hilanglah maknanya, namun kita harus tetap melakukannya meskipun itu rutin sebab sekali lagi di dalam kerutinan kita berdoa, kita menunjukkan kepada Tuhan bahwa kita menghormati-Nya. Kita tetap mau datang, kita tetap menyisihkan waktu dan kita jadwalkan, kalau kita tidak jadwalkan kita sembarangan, hampir bisa dipastikan pada akhirnya doa akan hilang dari hidup kita, Pak Gunawan. Mungkin kita akan ingat waktu kita menyetir mobil kita berdoa, itu bukanlah doa pokok menurut saya, itu sekali-sekali kita berdoa waktu kita menyetir mobil dan sebagainya. Itu baik, itu hal yang indah namun saya pikir itu tidak boleh menggantikan waktu khusus yang kita jadwalkan untuk datang kepada Tuhan dan bersekutu dengan-Nya.
GS : Yang bisa menolong kita bukan hanya waktu yang khusus tapi tempat yang khusus begitu Pak Paul, itu akan membantu kita membawa diri kita ke dalam suasana doa itu sendiri.
PG : Betul, Pak Gunawan. Ada orang yang memang nyaman pada malam hari atau nyaman dengan pagi hari, terserah tapi jadikanlah itu sebagai suatu pertemuan dengan Tuhan yang khusus, yang sakral, yang kudus. Gunakanlah waktu itu, jadwalkanlah dengan terencana supaya kita bisa bertemu dengan Tuhan.
GS : Masih ada hambatan yang lain, Pak Paul tentang berdoa ini ?
PG : Yang keempat ini, Pak Gunawan mengapa kita sulit berdoa, karena seringkali kita kehilangan keseimbangan hidup yaitu kita sudah menjadi terlalu sibuk sehingga pikiran kita terisi dengan tugas yang menunggu untuk dikerjakan. Adakalanya kita beranggapan tidak apalah saya tidak berdoa secara formal, bukankah saya dapat berdoa di dalam hati. Sudah tentu kita dapat berdoa dalam hati sebab Tuhan adalah Roh dan dapat mendengar doa yang kita panjatkan di hati. Sungguh pun demikian kita tetap harus menyediakan waktu untuk berdoa secara khusus, sebab di sinilah terletak nilai kekhususannya. Bagaimana bayangkan jika kita sedang berbicara dengan seseorang tapi dia tidak menoleh kepada kita, dia terus berjalan bukankah kita akan berkata ia tidak menghormati kita atau setidaknya ia tidak memunyai waktu untuk kita. Demikian pun pada Tuhan, masalahnya bukan pada berdoa di dalam hati, masalahnya adalah kita tidak punya waktu berdoa karena hidup kita tidak lagi seimbang.
GS : Jadi yang Pak Paul maksudkan dengan keseimbangan hidup di sini apa, Pak Paul ?
PG : Artinya begini, Pak Gunawan. Kalau kita sudah terlalu sibuk sehingga tidak ada waktu untuk berdoa berarti hidup kita sudah kehilangan keseimbangannya. Kalau kita tidak bisa lagi menyisihkan waktu untuk berdoa, bersekutu dengan Tuhan, membaca Firman-Nya secara pribadi itu berarti kita telah kehilangan keseimbangan hidup. Itu tidak baik, hidup perlu seimbang. Hidup perlu ada waktu untuk Tuhan, ada waktu untuk pekerjaan kita, ada waktu untuk keluarga kita tapi masing-masing mesti ada porsinya. Waktu kita mulai memotong-motong porsi yang lain dan mendahulukan porsi yang satu, berarti kita telah kehilangan keseimbangan hidup dan kalau kita kehilangan keseimbangan hidup, dampak yang terberat adalah kita makin melemah. Secara rohaniah kita makin melemah, makin melemah berarti makin mudah jatuh dalam pencobaan, makin tidak lagi menghadirkan Tuhan dalam hidup kita, makin tidak begitu peduli dengan kehendak dan perintah Tuhan, makin kita hidup sembarangan. Makin mau bereksperimen atau mencoba-coba melakukan dosa, jadi sekali lagi itu semua diawali oleh kehilangan kesempatan untuk bersekutu dan berdoa dengan Tuhan.
GS : Jadi yang dimaksud dengan keseimbangan di sini termasuk kesibukan kita dalam melayani Tuhan itu, Pak Paul ?
PG : Bisa, karena kita terlalu sibuk melayani kita tidak ada waktu juga berdoa, kalau sampai itu yang terjadi yakinlah bahwa itu sudah melewati takaran berarti kita telah kehilangan keseimbangan hidup dan itu tidak baik.
GS : Apakah hal itu bisa digantikan dengan misalnya saya tidak berdoa tetapi istri saya berdoa untuk saya, begitu Pak Paul ?
PG : Tidak bisa, Pak Gunawan karena ini merupakan relasi pribadi yang tidak tergantikan antara kita dengan Allah. Tuhan ingin mendengar suara kita bukan suara istri kita atau suara anak kita. Saya tahu ada orang yang begitu, Pak Gunawan. Ada orang yang tidak mau berdoa dan berkata, "Biarlah anak saya yang berdoa, biarlah suami saya yang berdoa, biarlah orang tua saya yang berdoa, biarlah istri saya yang berdoa untuk saya." Bukan, kita mesti berdoa sebab Tuhan ingin mendengar suara kita, Tuhan ingin mendengar suara anak-Nya berseru kepada-Nya, menyapa-Nya dan mengajak-Nya untuk terlibat dalam hidup kita.
GS : Masih ada hambatan yang lain, mengenai sulitnya orang berdoa ini ?
PG : Yang kelima mengapa kita sulit berdoa adalah karena kita tidak mementingkan doa dan lebih mementingkan tindakan langsung. Berdoa berarti menunggu kehendak Tuhan dan bagi orang yang kurang sabar, berdoa sama dengan membuang waktu. Jadi adakalanya kita terjebak dalam perangkap ketidaksabaran atau langsung ingin melakukan sesuatu tanpa mendoakannya terlebih dahulu. Bila kita sering melakukan hal ini, dapat dipastikan kita sering pula melakukan kesalahan. Satu hal yang mesti kita ingat adalah sesungguhnya kita hanyalah alat semata, Tuhan mengerjakan dan menggenapi rencana-Nya, kita hanyalah alat di tangan-Nya. Jadi sudah seyogianya kita menunggu dan meminta kehendak Tuhan.
GS : Ini menjadi sangat pelik bagi seseorang yang berdoa, termasuk kita. Kalau kita berdoa harapannya tentu Tuhan menjawabnya secara langsung, Pak Paul, sehingga kita tahu Tuhan mengabulkan atau tidak mengabulkan, tetapi untuk menunggu jawaban Tuhan ini membutuhkan ketekunan yang luar biasa, Pak Paul.
PG : Betul, tapi ini adalah justru merupakan bentuk : (1) menghormati Tuhan, (2) menyadari keterbatasan kita. Ada orang yang memang tidak suka berdoa, benar-benar menganggap doa itu buang waktu. Pokoknya langsung kerjakan, ada rencana apa langsung kerjakan, nanti setelah menabrak atau tersandung baru mengatakan, "Tuhan tolong saya", tapi sebelumnya tidak berdoa, tidak mencari kehendak Tuhan dulu. Penting kita benar-benar menunggu, dalam doalah kita menunggu kehendak Tuhan. Dalam doalah kita melihat Tuhan, bukan situasi, bukan kebutuhan, bukan kesempatan tapi sungguh-sungguh melihat Tuhan, sehingga kita jelas memahami apakah ini kehendak-Nya.
GS : Jadi sebenarnya tatkala kita berdoa, proses jawaban itu tetap berjalan, Pak Paul.
PG : Betul sekali, dan kita tidak perlu takut kita akan ketinggalan kereta atau ditinggalkan kereta, tidak! Dalam waktu Tuhan semua tergenapi, jadi kita tidak usah takut ketinggalan kereta sehingga semuanya terburu-buru. Kalau kita perhatikan di Firman Tuhan, tidak ada yang namanya terburu-buru, justru yang ada adalah waktu yang lama. Misalnya kita tahu Saul seorang raja yang tidak berkenan kepada Tuhan, sudah tentu idealnya Saul cepat-cepat disingkirkan, tidak! Dia justru memerintah 43 tahun, lebih lama daripada raja Daud. Tuhan tidak pernah tergopoh-gopoh.
GS : Tapi kadang-kadang karena kita terpaku pada waktu yang ada di dunia ini dan konsep kita tentang waktu itu, kita menjadi tidak sabar menunggu, lalu kita meminta orang lain berdoa untuk kita. Seolah-olah kita merasa kalau saya yang berdoa Tuhan tidak mau mendengarkan tetapi kalau orang lain yang berdoa, Tuhan mau mendengarkan begitu, Pak Paul.
PG : Ini konsep yang keliru sebab Tuhan mendengarkan hati kita, kesungguhan kita dan juga kesediaan kita merendah dan itulah yang nanti akan Tuhan perhatikan. Bahwa orang lain lebih sering didengarkan doanya, itu antara Tuhan dengan dia, Tuhan memunyai rencana-Nya tersendiri atas hidup dia, tapi Tuhan pun memunyai rencana atas hidup kita. Jadi jangan merasa kita ini warga kelas 2 dalam Kerajaan Tuhan.
GS : Tapi ada juga orang yang bangga dan mengatakan bahwa dia memunyai karunia doa, kalau kamu mau berdoa harus lewat saya. Ini bagaimana, Pak Paul?
PG : Sudah tentu ada orang-orang yang memang dikaruniakan Tuhan untuk berdoa. Orang-orang ini bisa berdoa untuk waktu yang sangat lama dan itu adalah sebuah karunia dan biarlah dipakai untuk kepentingan pekerjaan Tuhan, tapi jangan sampai orang itu beranggapan hanya lewat dialah doanya dapat dikabulkan. Tuhan dapat mengabulkan doa lewat doa-doa orang lain pula.
GS : Sebenarnya Tuhan Yesus juga memberikan contoh doa yang bisa dipakai oleh para murid ketika para murid meminta Tuhan Yesus mengajar berdoa, Tuhan Yesus mengajarkan "Doa Bapa Kami", Pak Paul. Apakah pola itu bisa kita gunakan ?
PG : Bisa, Pak Gunawan jadi itu sebuah pola, sudah tentu kita tidak usah mengucapkannya persis sama, tapi intinya adalah sebuah contoh bagaimana seharusnya seorang anak berdoa kepada Bapa di Sorga.
GS : Apakah ada ayat Firman Tuhan yang Pak Paul ingin sampaikan ?
PG : Ini berkenaan dengan point yang terakhir tadi, Pak Gunawan, kadang kita tidak mementingkan doa dan lebih mementingkan tindakan langsung. Di I Samuel 15:22 Firman Tuhan mengatakan, "Apakah Tuhan berkenan pada korban bakaran dan korban sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara Tuhan ? Sesungguhnya mendengarkan lebih baik daripada korban sembelihan. Memperhatikan lebih baik daripada lemak domba-domba jantan". Jadi dengan kata lain, yang Tuhan pentingkan adalah ketaatan bukan korban-korban, atau persembahan-persembahan. Kita lihat ini adalah contoh kejatuhan Saul. Saul adalah orang yang mementingkan tindakan langsung, akibatnya apa? Ia membuat begitu banyak kesalahan, karena ia tidak sabar menunggu Tuhan, akhirnya ia lebih sering mendengarkan suara orang dan suaranya sendiri ketimbang suara Tuhan. Maka akhirnya Samuel, nabi Tuhan itu diutus menegur Saul dengan perkataan yang baru saja kita dengar. Bila kita sering berdoa kita akan sering mendengar suara Tuhan, bila kita jarang berdoa maka kita akan lebih sering mendengar suara orang dan suara diri sendiri.
GS : Terima kasih Pak Paul untuk perbincangan ini dan saya percaya ini akan lebih memotivasi kita untuk lebih tekun berdoa kepada Tuhan. Dan para pendengar sekalian kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi, dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Kenapa Susah Berdoa ?" Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 56 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.