Ibadah : Pengikat Tali Pernikahan

Versi printer-friendly
Penulis: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Sumber: 
Eunike
Abstrak: 
Walaupun faktor kesamaan iman bukanlah satu-satunya prasyarat untuk membangun pernikahan, faktor ini tetap merupakan elemen yang penting untuk memelihara pernikahan. Salah satu alasannya adalah, kesamaan iman dalam Kristus memungkinkan kita untuk beribadah bersama. Sudah tentu ibadah di sini tidak hanya berarti pergi ke gereja atau berdoa sebelum maka. Ibadah merupakan komitmen untuk hidup tunduk kepada Tuhan dan kehendak-Nya.
Isi: 

Walaupun faktor kesamaan iman bukanlah satu-satunya prasyarat untuk membangun pernikahan, faktor ini tetap merupakan elemen yang penting untuk memelihara pernikahan. Salah satu alasannya adalah, kesamaan iman dalam Kristus memungkinkan kita untuk beribadah bersama. Sudah tentu ibadah di sini tidak hanya berarti pergi ke gereja atau berdoa sebelum makan. Ibadah merupakan komitmen untuk hidup tunduk kepada Tuhan dan kehendak-Nya.

Hidup tidak selalu berjalan lancar tanpa hambatan dan salah satu peran ibadah yang paling nyata ialah sewaktu badai menerpa kita. Ada begitu banyak saat di mana Santy dan saya berdoa bersama menghadapi kesedihan dan kebingungan. Melalui doa kami membawa beban hidup kami kepada-Nya dan di dalam doa jugalah kami disatukan untuk menghadapi problem bersama-sama. Namun, peranan ibadah tidak hanya terbatas pada saat kita menghadapi badai kehidupan. Di bawah ini saya ingin membagikan beberapa peran ibadah dalam pernikahan kami.

Pengambilan keputusan

Komitmen kami berdua untuk tunduk kepada Kristu dan Firman-Nya telah menolong kami dalam pengambilan keputusan yang penting. Saya dapat mengingat beberapa keputusan yang harus kami hadapi dan betapa pentingnya bagi kami untuk dapat bersehati. Salah satunya adalah keputusan untuk kembali ke Indonesia dalam dua penggalan hidup kami, 1991 dan 1997. Atau, pada waktu kami bergumul dengan masalah sekolah anak-anak kami. Semua keputusan itu kami ambil setelah melewati proses berdoa bersama mencari kehendak Tuhan dan bukan kehendak kami.

Dalam pengambilan keputusan, tidak bisa tidak, kita cenderung mengedepankan pemikiran pribadi sebab kita beranggapan itulah yang terbaik untuk kita berdua. Masalahnya adalah, dua orang dalam satu rumah tangga sering kali memunculkan dua gagasan yang berlainan meskipun untuk kepentingan bersama. Pada titik inilah kita bersinggungan dan cenderung mempertahankan kehendak masing-masing. Santy dan saya juga mengalami pergumulan yang sama dan pada saat-saat seperti itu biasanya kami menunda mengambil keputusan sampai kami mencapai kesehatian. Kami berjanji untuk mendoakannya dan dalam masa penantian akan kehendak Allah ini, kami meneruskan dialog.

Dalam masa-masa mendoakan inilah Tuhan menjawab melalui banyak cara. Adakalanya Tuhan menggunakan pertimbangan yang kami ajukan kepada satu sama lain sehingga pada akhirnya kami dapat melihat kebenaran argumen yang lainnya. Kadang Tuhan menggunakan pertimbangan orang lain untuk mengkonfirmasi atau justru melemahkan pertimbangan pribadi. Pada saat-saat tertentu Tuhan pun berbicara kepada kami baik melalui saat teduh atau Firman yang kami dengar. Kuncinya di sini adalah, kesediaan untuk tunduk kepada Kristus dan kehendak-Nya. Dengan kata lain, kita mesti rela menerima konsekuensi bahwa kehendak kita tidak terjadi. Jika kerelaan ini tidak ada, mustahil kita akan dapat melihat kehendak Tuhan. Melalui ibadahlah - tunduk dan berdoa kepada Kristus - kami disatukan dalam pengambilan keputusan.

Pemecahan Konflik

Ibadah - hidup tunduk kepada Kristus - juga membantu kami dalam menyelesaikan konflik di antara kami. Konflik merupakan bagian hidup bersama namun bagaimana kita berkonflik akan sangat menentukan hasil akhir dari konflik itu. Saya mengakui bahwa kami tidak senantiasa berhasil mengakhiri konflik sebelum matahari terbenam. Adakalanya kami baru bisa bersikap ramah lagi setelah matahari terbit dan bersinar dengan terik di keesokan harinya. Namun satu hal yang telah sangat menentukan cara kami berkonflik adalah ketundukan kami kepada Kristus. Kami berusaha untuk tidak menggunakan cara-cara yang kasar atau yang dapat merusakkan satu sama lain karena kami takut akan Tuhan. Dengan kata lain, Kristus telah mengikat kami berdua sehingga kami tidak melampaui batas sewaktu berkonflik.

Saya teringat momen-momen di mana saya merasa frustasi karena Santy dan saya belum berhasil mencapai titik temu. Dan pada momen-momen kebuntuan seperti itulah saya memanjatkan doa agar, entah bagaimana, Tuhan mendamaikan kami kembali. Tuhan selalu mendengarkan doa anak-anak-Nya sebab, entah bagaimana, akan ada saja jalan keluar yang akhirnya mempertemukan kami kembali. Adakalanya relasi kami mengalami ketegangan dan meski kurang bersemangat untuk berdoa bersama, kami memutuskan untuk berdoa bersama. Sesuatu yang ajaib biasanya terjadi tatkala dua hati berdoa bersama: Roh Kudus bekerja untuk melembutkan hati yang keras. Kadang dalam kondisi masih tegang, kami berdua ke gereja dan dalam ibadah itulah Roh Kududs bekerja. Firman Tuhan yang dikabarkan atau pujian yang kami naikkan ke hadirat Allah menjadi sarana Tuhan untuk berbicara kepada kami berdua. Sepulangnya dari gereja, kami berdamai kembali karena pada akhirnya, setelah Roh Kudus bekerja dalam hati kami masing-masing, tidak terlalu penting lagi siapa yang salah atau apa masalahnya. Di dalam ibadah bersama, dua hati yang terpisah dapat disatukan kembali.

Panduan Hidup

Kita tidak selalu kuat; hari ini kita kuat, besok belum tentu kita sekuat hari ini. kadang kita dapat melihat dan mempertahankan standar Tuhan dalam perilaku kehidupan kita. Adakalanya ktia tidak dapat atau tidak ingin melihat dengan jelas kehendak Tuhan. Kita bisa keliru dan bahkan jatuh dari kehendak Tuhan. Kehidupan yang berlandaskan ibada di dalam Kristus memberi kita kekuatan demi kekuatan untuk melaksanakan kehendak-Nya. Ibadah yang konsisten menjadi sarana yang Tuhan pakai untuk mengingatkan kita akan kehendak-Nya.

Melalui saat teduh, Firman Tuhan menerangi hati dan membukakan motivasi yang tersembunyi. Hal ini pernah kami alami pula dalam relasi dengan lawan jenis. Saya tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika Santy dan saya tidak hidup di dalam Firman-Nya. Tuhan mengingatkan kami untuk berhati-hati jika kami kurang waspada dan Ia pun menegur kami bila kami melangkah terlalu jauh. Sekali lagi, hidup yang beribadah kepada-Nya telah menyelematakan pernikahan kami dari pelanggaran moral.

Kesimpulan

Ibadah berarti hidup dalam dan dengan Tuhan. Suami-istri yang beribadah kepada Kristus adalah suami-istri yang mengundang Kristus terlibat dalam relasi nikahnya. Campur tangan manusia dalam pernikahan dapat berakibatkan kekacauan; sebaliknya, campur tangan Tuhan akan menyatukan kedua hati kita dalam kedamaian.

Kadang saya terkejut menemukan begitu sedikit pasangan Kristen yang berdoa bersama. Doakanlah istri kita, doakanlah suami kita. Jangan gunakan doa untuk menegur pasangan kita, biarkan Tuhan yang menegurnya. Jangan gunakan doa untuk menyampaikan keluhan kita kepadanya. Doa adalah percakapan langsung dengan Tuhan, bukan dengan pasangan kita. Gunakanlah doa sebagai sarana untuk menyampaikan kasih kita kepadanya sebab di dalam doalah kita menyebut namanya dan meminta Tuhan untuk menjaga dan memberkatinya. Berdoa, sebagai bagian dari beribadah, berarti mengundang kehadiran Tuhan di dalam hidup kita dan di mana Dia hadir, kuasa-Nya hadir-kuasa yang menyatukan dan menyembuhkan.