Pdt. Dr. Paul Gunadi

Pdt. Dr. Paul Gunadi

Penentu Keharmonisan Pernikahan I

Ada banyak hal yang dapat menentukan keharmonisan pernikahan, namun di antara semua itu, ketiga faktor berikut merupakan yang terpenting:
  1. Relasi dengan Tuhan yang otentik dan dinamis,
  2. Kesamaan dalam hal yang penting dan
  3. Kesehatan jiwa masing-masing. Dalam bagian ini akan dibahas ketiga faktor tersebut.

Sikap Hidup Reaktif

Tidak semua kita memunyai masa kecil yang menyenangkan. Salah satu dampak masa kecil yang buruk adalah pengaruhnya terhadap diri kita pada masa sekarang. Secara khusus kita akan menyoroti sikap hidup reaktif sebagai akibat masa kecil yang tidak menyenangkan dan dampaknya pada relasi kita sekarang dengan orang di sekitar, terutama dengan pasangan sendiri.

Bisakah Mengubah Pasangan ?

Salah satu perbedaan utama antara sebelum dan sesudah menikah adalah, pada masa sebelum menikah, kita cenderung MENERIMA pasangan sedangkan setelah menikah, kita cenderung MENGUBAH pasangan. Singkat kata, sebelum menikah kita berusaha menerima pasangan apa adanya namun setelah menikah, kita menyadari bahwa tidak semua tentang pasangan dapat kita terima apa adanya. Pertanyaannya adalah apakah kita dapat mengubah pasangan? Dan jawabannya adalah tidak bisa. Karena kita tidak bisa mengubah pasangan maka apa yang harus kita lakukan agar kita bisa menciptakan kondisi yang kondusif.

Mengatasi Trauma

Sebagaimana gangguan lainnya, makin parah atau besar trauma yang pernah dialami, maka makin lama dan sukar penyelesaiannya. Didalam psikologi, gangguan ini dikenal dengan nama Post-Traumatic Stress Disorder, disingkat PTSD. Ketakutan yang mencekam akibat trauma dapat membuat kita sulit tidur, atau kalau pun dapat tidur, kita sering diganggu oleh mimpi buruk yang menyeramkan. Untuk mengatasi dampak trauma yang tidak separah PTSD, ada beberapa saran yang dapat diberikan. Pada prinsipnya oleh karena roh, jiwa, dan raga terkait erat, tidak bisa tidak untuk mengatasi trauma diperlukan penanganan terpadu.

Trauma Masa Kecil

Sebagaimana kita ketahui istilah trauma mengacu kepada peristiwa atau kejadian yang mengguncangkan kalbu secara dahsyat. Begitu banyak orang yang mengalami trauma di masa kecil dan harus terus hidup di bawah bayang-bayang trauma sampai di usia dewasa. Itu sebabnya penting bagi kita untuk memahami trauma secara lebih saksama dan mengetahui cara untuk mengatasinya.

Racun dalam Perkataan

Kadang kesalahpahaman terjadi dalam komunikasi. Mungkin kita mengatakan sesuatu namun ditafsir berbeda oleh yang orang lain atau dalam keadaan emosional kita mengatakan sesuatu yang tidak tepat. Semua ini dapat berakibat buruk dan perlu penjelasan supaya relasi kembali terajut. Namun adakalanya sesuatu yang lebih buruk terjadi yakni lewat perkataan kita menebar racun yang mematikan. Disini akan dipaparkan beberapa jenis racun dalam perkataan yang dapat kita temui di Alkitab.

Mengawasi Perkataan

Mungkin lebih banyak masalah timbul akibat perkataan, bukan perbuatan. Sebagaimana dijelaskan oleh Firman Tuhan, walau kecil lidah berpotensi untuk “. . . membakar hutan yang besar.” Itu sebabnya penting bagi kita untuk menguasai perkataan yang keluar dari mulut. Beberapa prinsip untuk bisa mengendalikan lidah akan diuraikan disini.

Mematahkan Sayap Anak

Salah satu sukacita terbesar dalam hidup adalah sukacita memunyai anak. Secara alamiah kasih ingin terus mengalir keluar dan masuk ke dalam diri anak. Seiring dengan bertumbuhnya kasih, ada satu lagi hasrat yang turut bertumbuh yaitu keinginan untuk memberi yang terbaik kepada anak. Sayangnya, kadang kita melangkah terlalu jauh dan malah merugikan anak—bukan saja ia makin bergantung pada kita, ia pun tidak memunyai keyakinan diri dan kesanggupan menghadapi tantangan hidup. Disini akan dipaparkan beberapa tindakan yang kerap diperbuat orang tua “demi kebaikan anak,” namun akhirnya malah mematahkan sayap anak.

Berpisah Tidur Dengan Anak

Salah satu tugas yang mesti dijalankan orang tua adalah MEMPERSIAPKAN ANAK UNTUK HIDUP MANDIRI. Pada akhirnya anak akan harus hidup sebagai seorang dewasa yang bertanggung jawab atas kehidupannya sendiri. Ia tidak lagi dapat terus bergantung pada kita sebagai orang tuanya. Nah, dalam kerangka menyiapkan anak untuk mandiri, kita pun perlu untuk mulai memisahkan anak dari kita—salah satunya adalah, TIDAK LAGI TIDUR DENGAN KITA.

Nurani : Terhilang Atau Tercemar ?

Kadang kita mendengar cetusan, “Orang itu sudah tidak berhati nurani !” Biasanya cetusan ini keluar sebagai reaksi terhadap perbuatan yang sungguh keji atau buruk. Namun demikian apakah benar bahwa kita bisa kehilangan nurani ? Jika kita menjawab, “tidak”, masalahnya adalah, mengapakah orang sanggup melakukan perbuatan yang keji ? Bukankah kehadiran nurani seharusnya dapat menghentikan perbuatan yang keji itu. Disini akan dibahas apakah memang benar nurani dapat terhilang dan jika tidak, apakah yang sesungguhnya terjadi ?

Halaman

Berlangganan RSS - Pdt. Dr. Paul Gunadi