Trauma Masa Kecil

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T370A
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Sebagaimana kita ketahui istilah trauma mengacu kepada peristiwa atau kejadian yang mengguncangkan kalbu secara dahsyat. Begitu banyak orang yang mengalami trauma di masa kecil dan harus terus hidup di bawah bayang-bayang trauma sampai di usia dewasa. Itu sebabnya penting bagi kita untuk memahami trauma secara lebih saksama dan mengetahui cara untuk mengatasinya.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Sebagaimana kita ketahui istilah trauma mengacu kepada peristiwa atau kejadian yang mengguncangkan kalbu secara dahsyat. Begitu banyak orang yang mengalami trauma di masa kecil dan harus terus hidup di bawah bayang-bayang trauma sampai di usia dewasa. Itu sebabnya penting bagi kita untuk memahami trauma secara lebih saksama dan mengetahui cara untuk mengatasinya.

HAL PERTAMA yang perlu kita ketahui tentang trauma adalah, MAKIN BELIA USIA SEWAKTU MENGALAMI TRAUMA, MAKIN BESAR DAMPAK TRAUMA PADA PERTUMBUHAN JIWA. Pada usia belia, kita belum mempunyai sistem pertahanan yang kuat untuk menahan hantaman trauma. Itu sebabnya trauma langsung masuk dan menohok jiwa tanpa hambatan. Pada usia dewasa kita telah memiliki sistem pertahanan yang lebih kuat sehingga laju hantaman trauma lebih dapat diperlambat.

Misalkan kita hidup bersama orang tua yang tidak harmonis yang kerap bertengkar dengan keras. Tidak bisa tidak, kita harus hidup dalam ketegangan sebab pertengkaran telah menjadi trauma buat kita. Apabila kita sudah berusia remaja atau dewasa, kita akan dapat pergi keluar untuk menghindar dari pertengkaran, atau kalaupun kita tidak bisa pergi keluar, kita mungkin dapat menyetel musik atau menelepon teman. Dan, jika kita merasa tertekan, kita dapat bercerita dengan teman atau berasionalisasi bahwa ini bukan urusan kita. Sebaliknya, seorang anak kecil memiliki keterbatasan untuk melakukan semua itu. Alhasil ia terpaksa menelan semua ketegangan itu tanpa daya. Itu sebabnya dampak trauma akan lebih besar pada anak kecil dibanding orang dewasa.

HAL KEDUA tentang trauma yang perlu kita ketahui adalah, TRAUMA YANG TERJADI PADA MASA KECIL BERPOTENSI BESAR MERUSAK PEMBANGUNAN SISTEM PERTAHANAN DALAM DIRI. Salah satu ciri khas anak adalah kepolosannya. Sebenarnya kepoloson berasal dari ketidakadaan sistem pertahanan. Pada masa kanak-kanak kita belum dapat memisahkan diri dari situasi yang dihadapi. Kita belum memiliki kemampuan berpikir secara abstrak dan menganalisis masalah dari pelbagai sudut. Dan, kita pun belum dapat menyembunyikan perasaan atau pikiran. Itu sebab tatkala kecil anak kerap menangis sewaktu tertangkap basah melakukan kesalahan. Namun setelah remaja, ia dapat bersilat lidah untuk membela diri.

Nah, makin kita dewasa, makin canggih sistem pertahanan dan makin sanggup kita melindungi diri. Namun apabila pada masa kecil kita telah mengalami trauma—apalagi berkelanjutan—maka proses pembentukan sistem pertahanan ini akan mengalami gangguan. Mungkin kita terlalu cepat mematikan perasaan atau sebaliknya, kita tidak sanggup mengesampingkan perasaan sama sekali—semua langsung dirasakan. Mungkin kita akan terlalu sering merasionalisasi sehingga tidak mendayagunakan perasaan sama sekali atau sebaliknya, kita kurang bisa merasionalisasi sehingga menjadi terlalu emosional dan cepat meledak.

HAL KETIGA yang perlu kita ketahui adalah, pada akhirnya trauma masa kecil membuat kita KEHILANGAN RASA AMAN, BUKAN SAJA TERHADAP SITUASI TERTENTU, TETAPI JUGA TERHADAP HAL LAINNYA. Kembali pada contoh tadi, mungkin pada awalnya kita hanya takut pada pertengkaran atau konflik. Mungkin kita menjadi peka terhadap konflik dan berusaha menjauh. Namun perlahan tetapi pasti kita pun berusaha menghindar dari segala ketegangan. Kita berupaya untuk memastikan segalanya sebab kita tidak bisa menoleransi ketidakpastian. Pada akhirnya kita menjadi orang yang selalu harus memastikan bahwa semua akan berjalan dengan baik. Kita juga berusaha menghilangkan risiko sebab bagi kita, risiko sama dengan bencana.

Singkat kata, akibat trauma kita cenderung mengembangkan perilaku MENGHINDAR dan MEMASTIKAN. Kita menghindar dengan cara MELARIKAN DIRI dari tantangan dan bahaya. Dan, kita memastikan dengan cara MENGENDALIKAN KONDISI ATAU ORANG di sekitar kita. Sudah tentu perilaku ini bukan saja akan memengaruhi kehidupan kita; pada akhirnya perilaku ini memengaruhi orang di sekitar kita pula. Oleh karena takut, kita cenderung menanamkan rasa takut pada orang di sekitar, terutama anak-anak kita. Oleh karena takut, kita pun cenderung mengendalikan orang di sekitar, supaya hidup seperti yang kita harapkan.

Pada kesempatan berikut kita akan membahas bagaimana menolong orang yang hidup di bawah trauma masa kecil, namun untuk mengakhiri, saya akan membacakan Firman Tuhan yang terambil dari Mazmur 27: 14, "Nantikanlah Tuhan! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah Tuhan!" Firman Tuhan mengajarkan bahwa kita harus menantikan Tuhan. Kita mesti datang kepada Tuhan membawa trauma yang kita alami dan ketakutan yang kita bawa sampai sekarang. Kita tidak bisa terus melarikan diri dan berusaha untuk terus mengendalikan orang atau situasi. "Nantikanlah Tuhan" adalah perintah untuk menyerahkan semua dan melepaskan semua kepada Tuhan.