Mengawasi Perkataan

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T369A
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Mungkin lebih banyak masalah timbul akibat perkataan, bukan perbuatan. Sebagaimana dijelaskan oleh Firman Tuhan, walau kecil lidah berpotensi untuk “. . . membakar hutan yang besar.” Itu sebabnya penting bagi kita untuk menguasai perkataan yang keluar dari mulut. Beberapa prinsip untuk bisa mengendalikan lidah akan diuraikan disini.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Mungkin lebih banyak masalah timbul akibat perkataan, bukan perbuatan. Sebagaimana dijelaskan oleh Firman Tuhan, walau kecil lidah berpotensi untuk ". . . membakar hutan yang besar." Itu sebabnya penting bagi kita untuk menguasai perkataan yang keluar dari mulut.

Berikut akan dipaparkan beberapa prinsip yang dapat membantu kita mengendalikan perkataan.

  • Pertama, kita harus senantiasa mengingat bahwa fungsi utama perkataan adalah sebagai SARANA UNTUK BERKOMUNIKASI. Jadi, kita menggunakan perkataan untuk menyampaikan berita kepada pihak lainnya. Karena itu pertama-tama kita harus memikirkan TUJUAN perkataan yang ingin disampaikan. Saya tidak mengatakan bahwa kita hanya boleh mengeluarkan perkataan yang bermakna dalam atau yang bersifat serius. Saya pun tidak mengatakan bahwa kita hanya boleh mengatakan hal-hal yang enak didengar. Kadang kita perlu bercanda untuk meriangkan suasana dan kadang kita mesti mengatakan hal-hal yang tidak enak didengar. Saya hanya mengatakan bahwa apa pun itu yang hendak kita katakan,terlebih dahulu kita harus memikirkannya secara saksama.
  • Kedua, PILIHLAH PERKATAAN YANG TEPAT, terutama bila ini menyangkut kelemahan atau masalah yang tengah dihadapi lawan bicara. Memilih kata yang tepat tidak berarti kita hanya boleh menggunakan kata pemanis. Adakalanya kita mesti menyampaikan teguran yang keras dan teguran keras memerlukan kata yang keras pula. Namun sedapatnya jika tidak diperlukan, janganlah menggunakan perkataan yang keras. Terutama sewaktu ingin menunjukkan kelemahan atau masalah yang tengah dihadapi lawan bicara, gunakanlah kata yang halus dan lebih ringan daripada kondisi yang sebenarnya. Kita mesti menyadari bahwa tatkala membicarakan kelemahan atau masalah, pada umumnya orang merasa malu, jadi, penggunaan kata yang kurang tepat dapat membuatnya tambah terpojok.
  • Ketiga, SEDAPATNYA BERKATALAH SECARA LANGSUNG, terutama bila kita harus mengatakan sesuatu yang serius dan berpotensi menimbulkan kesalahpahaman. Penggunaan media seperti telepon atau surat, tidak bisa tidak, mempunyai potensi kesalahpahaman. Tanpa nada suara dan ekspresi wajah, komunikasi mudah disalah-tafsir. Dan satu hal lagi, penyampaian langsung menyediakan kesempatan buat kita untuk melihat reaksi lawan bicara dan memberi kita peluang untuk menjelaskan.
  • Keempat, BERHATI-HATILAH TATKALA MEMBICARAKAN TENTANG ORANG LAIN. Tidak bisa tidak, adakalanya kita butuh orang untuk mendengarkan keluh kesah kita dan acap kali keluh kesah itu menyangkut orang lain. Berhati-hatilah sebab keluhan dapat tersebar dan malah menimbulkan masalah yang lebih luas. Satu hal lagi, jika kita sering membicarakan atau mengeluhkan orang, pada akhirnya orang pun tidak mau berbicara kepada kita terlalu mendalam sebab mereka takut kalau-kalau kita akan membicarakan tentang mereka kepada orang lain.
  • Kelima, SEDAPATNYA KURANGILAH TEKANAN EMOSIONAL SEBELUM MENGATAKAN SESUATU. Saya mengerti bahwa adakalanya kita terbawa emosi sehingga cepat mengatakan sesuatu untuk melampiaskan emosi keluar. Namun sedapatnya, tahanlah. Biarkanlah emosi surut terlebih dahulu sebelum kita mengatakan sesuatu. Sedapatnya jangan gunakan pembicaraan sebagai ajang pelampiasan emosi. Bukankah acap kali kita menyesali perkataan yang dikeluarkan dalam kondisi emosional sebab pada akhirnya kita menyimpulkan bahwa sesungguhnya kita TIDAK PERLU mengeluarkan perkataan tersebut?
  • Keenam, GUNAKANLAH PERKATAAN UNTUK MENCARI KEBENARAN, BUKAN UNTUK MEMBENARKAN DIRI. Saya mengerti bahwa sebagai manusia kita tidak ingin disalahmengerti sehingga mudah terjerat ke dalam siklus membenarkan diri. Sudah tentu memang kita perlu melakukannya bila kesempatan tiba namun sedapatnya, jangan jadikan keinginan membenarkan diri menguat dalam hidup kita.
  • Ketujuh, apa pun yang kita katakan, ARAHKANLAH UNTUK MEMBANGUN, BUKAN MENGHANCURKAN ORANG. Firman Tuhan (Efesus 4:29) menasihati, "Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya beroleh kasih karunia."

Sekali lagi, Tuhan tidak melarang kita mengeluarkan perkataan yang keras. Natan harus menggunakan perkataan yang keras ketika menegur Daud. Tuhan kita Yesus harus mengeluarkan perkataan yang keras sewaktu menegur kaum ulama Israel saat itu. Terpenting adalah tujuannya yakni kita bermaksud membangun, bukan menghancurkan orang, supaya pada akhirnya orang itu dapat menerima kasih karunia Tuhan Kita Yesus.