TELAGA
Dipublikasikan pada TELAGA (https://m.telaga.org)

Depan > Kebangkitan dari Kejatuhan II

Kebangkitan dari Kejatuhan II

Kode Kaset: 
T329B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Kita pasti telah mendengar ada orang yang berkata bahwa pelayan Tuhan bukanlah malaikat. Sesungguhnya sama seperti malaikat yang dapat jatuh ke dalam dosa, kita pun dapat jatuh ke dalam dosa. Tidak peduli apa pun jabatan kita—pendeta, majelis, pengurus, ataupun aktivitis—kita adalah darah dan daging yang terbuat dari dosa. Kita bisa jatuh dan mungkin pernah jatuh. Pembahasan ini memaparkan tindakan Tuhan kepada pelayan-Nya yang jatuh dan di sini Petrus digunakan sebagai ilustrasi dari kebangkitan tersebut
Audio
MP3: 
3.4MB [1]
Play Audio: 
Your browser does not support the audio element.
Transkrip

Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen dan kali ini saya bersama Ibu Dientje Laluyan, kami akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini merupakan kelanjutan dari perbincangan kami yang terdahulu tentang "Kebangkitan dari Kejatuhan". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.

 

GS : Pak Paul, pada kesempatan yang lalu, Pak Paul sudah membahas setidaknya ada tiga pelajaran yang bisa kita petik dari kejatuhan Petrus menyangkal Tuhan Yesus dan bagaimana dia dipulihkan. Sebelum kita melajutkan ke point-point yang berikutnya, boleh saya minta Pak Paul mengulas sejenak tentang apa yang kita perbincangkan di kesempatan yang lampau.

PG : Begini, kita sedang membahas bagaimana cara untuk merespons kalau kita jatuh ke dalam dosa, sudah tentu ini bukan hanya berkenaan dengan para pelayan Tuhan yang formal tapi juga para pelayan Tuhan yang tidak formal misalnya para pengurus, para aktifis gerejawi, para majelis dan sebagainya, selain dari para hamba Tuhan. Kadang-kadang karena kita manusia lemah kita jatuh ke dalam dosa. Dari prinsip-prinsip yang kita petik dari Yohanes 21 [2], kita pelajari setidaknya ada tiga hal yang perlu kita contoh. Yang pertama adalah kita melihat bahwa kita harus menunggu waktu Tuhan untuk memanggil kita kembali, kita tidak bisa memaksakan diri tetap melayani Tuhan. Kalau kita telah jatuh ke dalam dosa, maka kita lepaskan dulu pelayanan untuk sementara dan Petrus juga waktu dia sudah sadar bahwa dia salah dan dia menyesali dosanya, dia tidak langsung dipanggil oleh Tuhan kembali bahkan ada tiga kesempatan dimana Tuhan Yesus menampakkan diri setelah kebangkitan-Nya, Tuhan Yesus tidak berkata apa-apa kepada Petrus tapi justru keempat kalinya Tuhan barulah menampakkan diri dan bercakap-cakap kepada Petrus. Jadi prinsip pertama kita harus bertobat dengan segera, tapi juga camkanlah bahwa pemanggilan Tuhan bergantung pada Tuhan lewat biasanya konfirmasi dari anak-anak Tuhan yang lainnya. Prinsip yang kedua kita pelajari bahwa Tuhan menghadirkan diri-Nya di dalam kegiatan rutin yang biasa dilakukan oleh Petrus. Petrus kembali melaut dan Tuhan menampakkan diri ketika Petrus sedang melaut, artinya Petrus tidak malu kembali melanjutkan pekerjaan biasanya, dia tidak menuntut kembali tempatnya sebagai rasul. Jadi kalau kita telah jatuh maka jangan menuntut tempat kita yang semula, biarkan, lepaskan, kita mengerjakan pekerjaan yang lain dan biarlah Tuhan menghadirkan Diri lewat hal-hal yang biasa. Dan yang ketiga yang kita juga pelajari adalah bahwa dimasa lampau Tuhan menyediakan dengan mujizat, sekarang ini pun Tuhan melakukan hal yang biasa dilakukan-Nya yaitu Petrus diminta Tuhan untuk menebarkan jala ke suatu tempat sehingga akhirnya mereka berhasil menangkap ikan yang begitu banyak dan itu mujizat yang Tuhan lakukan. Dengan kata lain, Tuhan mau mengatakan kepada Petrus bahwa Dia tidak berubah dan dia tetap Tuhan yang sama, dia tetap mengasihi Petrus maka Dia melakukan mujizat yang sama kepada Petrus. Jadi kita harus yakin bahwa kita tidak boleh berkata, "Oleh karena kita jatuh ke dalam dosa Tuhan berubah" yang berubah adalah kita, kita yang jatuh ke dalam dosa dan Tuhan tetap sama dan Dia tetap menunggu dan mengasihi kita asalkan kita bertobat dan Dia siap untuk kembali memulihkan kita.

GS : Berdasarkan keyakinan seseorang seperti itu tadi, dia sangat yakin bahwa Tuhan sudah mengampuni dosanya. Kalau dia tetap memaksakan pada jabatan itu akan berakibat apa, Pak Paul ?

PG : Biasanya kita menjadi batu sandungan bukanlah menjadi berkat lagi. Saya masih ingat ada seorang hamba Tuhan di Amerika Serikat yang jatuh ke dalam dosa yaitu Jimmy Swaggart kemudian dia diminta oleh gerejanya atau oleh sinode gerejanya untuk mengundurkan diri dan menjalani bimbingan, tapi dia menolak, "Tidak perlu saya mendapatkan bimbingan" dan dia akan memulihkan dirinya lewat kuasa Roh Kudus sendiri. Kemudian dia menetapkan waktu dan dia untuk sementara istirahat dari pelayanannya, saya lupa waktunya kira-kira sebulan atau tiga bulan, kemudian dia tiba-tiba kembali lagi melayani Tuhan dan dia berkata "Tuhan sudah pulihkan dia". masalahnya adalah cukup banyak orang yang kecewa berat karena merasa dia belum siap dan cepat-cepat kembali dan benar saja tidak terlalu lama setelah itu dia jatuh lagi ke dalam dosa. Jadi benar-benar dia belum siap sehingga akhirnya dia bolak-balik jatuh ke dalam dosa yang sama.

GS : Selain tiga hal yang Pak Paul sudah sampaikan, apakah ada hal lain ?

PG : Yang keempat adalah Tuhan memberi kesempatan kepada Petrus untuk menyatakan kasihnya. Kita harus mengerti akan natur atau kodrat manusia bahwa sudah merupakan natur manusia untuk menebus kesalahan, penebusan membuat kita merasa lega sehingga kita bisa melanjutkan relasi yang terputus. Ketika tahu dengan jelas bahwa itulah Kristus, Petrus langsung melompat dan terjun ke air, kita baca di Yohanes 21 [2]. Seakan-akan dia ingin menunjukkan bahwa dia mengasihi Kristus dan Petrus ingin menebus kesalahannya dan Tuhan memberinya kesempatan itu. Sudah tentu kita tahu bahwa Petrus tidak menebus dosanya sendiri sebab tidak mungkin dia atau siapa pun menebus dosanya sendiri, namun lewat tindakannya terjun ke air tanpa menghiraukan keselamatannya Petrus memerlihatkan kasih dan penyesalannya kepada Kristus. Kita pun kerap memunyai dorongan yang sama ketika jatuh ke dalam dosa apalagi ketika tahu bahwa Tuhan tetap sama dan telah mengampuni dosa kita, kita ingin melakukan lebih banyak karya untuk Kristus, kita melihat diri sebagai orang yang berhutang besar yang sekarang telah menerima pengampunan besar, kita ingin memberikan kasih dan syukur kepada Kristus akan pengampunan-Nya namun seringkali tindakan itu bersifat sesaat dan keluar dari kenekatan. Itulah yang terjadi pada Petrus, dia berbuat berani, meresikokan hidupnya dari kenekatan dan emosi sesaat. Tuhan tetap menerima dan memberinya kesempatan, tapi Tuhan tidak ingin Petrus berhenti di situ. Tuhan memberikan kesempatan untuk menunjukkan kasihnya kepada Kristus dan bukan saja lewat kenekatannya terjun ke air, tapi juga lewat komitmennya menggembalakan domba-domba Kristus. Kita tahu bahwa di akhir pasal 21, Tuhan bercakap-cakap pribadi dengan Petrus dan menugaskan dia menggembalakan domba-domba Kristus. Tuhan menuntut yang sama dari kita, Dia tidak ingin kita berhenti pada semangat sesaat yang termotivasi oleh rasa bersalah atau rasa syukur seketika, Tuhan menghendaki agar kita menyatakan syukur dan kasih kepada-Nya secara permanen.

DL : Tetapi ada hamba Tuhan yang merasa bahwa dia sudah terlalu jauh dan dia sudah terlalu jatuh dan dia pikir tidak ada kesempatan lagi untuk bertobat.

PG : Kita memang harus menyeimbangkan dua hal yaitu kita harus tahu diri yaitu kita sungguh menyadari bahwa kita tidak layak lagi melayani Tuhan dan tidak boleh kita mengklaim tempat kita yang semula, sampai Tuhan menggerakkan anak-anak Tuhan secara sehati, mereka menerima kita kembali maka nanti kita terima uluran tangan itu. Tapi di pihak lain kita juga jangan sampai termakan oleh bisikan iblis, sebab iblis hanya punya satu tujuan yaitu memisahkan kita selama-lamanya dan sejauh-jauhnya dari Tuhan. Maka dia akan membisikkan kepada kita hal-hal seperti "Kamu tidak lagi layak, Tuhan sudah membuang kamu, tidak ada lagi permohonan ampun dan sebagainya". Kalau itu yang kita dengar dari suara hati kita maka yakinlah itu bukan dari Tuhan, yang dari Tuhan adalah "Engkau salah tapi engkau bertobat dan engkau diampuni" dan kemudian Tuhan akan berkata, "Tunggu, tunggu saya memanggilmu kembali, sebelum kembali melayani-Ku" itu yang Tuhan akan lakukan. Jadi jangan kita sampai termakan bisikan iblis dan undur selama-alamanya meninggalkan pelayanan seratus persen.

GS : Tapi kalau kita melihat riwayat kehidupan Petrus, dia adalah seorang yang ekstrovert, yang spontan menghadapi sehingga apa yang dilakukan yaitu menceburkan diri ke air dan datang kepada Tuhan Yesus, apakah memang mencerminkan bahwa dia sudah menyesali dosanya itu tadi, Pak Paul ?

PG : Dia sebetulnya sudah menyesali dosanya pada saat dia berdosa, kita tahu bahwa waktu dia mendengar ayam berkokok untuk ketiga kalinya dia langsung ingat perkataan Tuhan dan memang dia menangis, berarti rupanya peringatan Tuhan dia tidak lupa.

DL : Kalau Yudas berbeda, Yudas tidak mau mengakui dosa dan dia merasa dirinya salah.

PG : Betul. Jadi Petrus memang benar-benar menyadari kalau dia salah makanya dia langsung menangis. Tapi dia tidak pernah diberikan kesempatan untuk bercakap-cakap menyatakan kasihnya kembali kepada Tuhan, sampai saat itu waktu dia sedang berada di danau. Jadi karena dia begitu senang dan dia melihat Yesus menampakkan diri, seolah-olah dia mau spontan menunjukkan kasihnya dan dia langsung terjun ke air untuk menemui Yesus.

GS : Memang banyak dosa yang bisa dilakukan oleh seseorang, tetapi khusus di dalam pelayanan ini sebagai hamba Tuhan sebagai pelayan di gereja, dosa-dosa apa yang bisa menjauhkan seseorang dari pelayanan atau dari Tuhan sendiri ?

PG : Sudah pasti ada dua yang paling penting sebagai pelayan Tuhan yaitu kekudusan dan kepercayaan, dua hal itu menjadi tolok ukur. Memang sudah tentu ada berbagai jenis dosa tapi dua hal itu penting sekali yaitu dalam hal menyangkut kekudusan dan kepercayaan. Misalkan dalam hal kekudusan, jikalau seorang pelayan Tuhan, baik itu seorang pendeta atau majelis jemaat atau pun pengurus gereja kalau sampai jatuh ke dalam dosa seksual, dosa tidak setia kepada pasangan dan keluarga, berzinah, itu adalah dosa kekudusan dan dosa itu benar-benar mencoreng nama dan kekudusan Tuhan dengan sangat jelas. Jadi biasanya kalau itu terjadi jemaat pun akan sulit sekali untuk menerima kembali hamba Tuhan yang telah jatuh dalam dosa kekudusan ini. Saya masih ingat ada seorang jemaat yang pernah berkatah "Bagaimana saya bisa duduk di bawah mimbar mendengarkan beliau berkhotbah tentang keluarga atau tentang pernikahan, sebab beliau sendiri telah mengkhianati janji itu kepada pasangannya". Jadi kalau kita tahu ini sudah menjadi batu sandungan buat jemaat kita karena kita telah jatuh ke dalam dosa kekudusan maka lebih baik mundur. Yang kedua adalah kepercayaan, maksudnya memang ini berkaitan dengan pemakaian uang karena kita dipercayakan oleh jemaat untuk bisa jujur dengan uang. Jangan sampai kita menyalahgunakan baik misalkan uang gaji, uang jemaat atau meminjam uang dari seseorang, pokoknya dalam hal-hal kepercayaan seperti itu, kita harus menunjukkan kalau kita layak dipercaya. Kalau kita jatuh dalam hal itu berarti kepercayaan jemaat kepada kita sudah langsung kandas. Dalam hal itu juga sebaiknya kita undur dan jangan kita paksakan diri sebab tidak mungkin menciptakan kepercayaan dengan mendadak.

GS : Kalau kasusnya Petrus, ini adalah soal kepercayaan. Jadi dia sudah dipercaya oleh Tuhan menjadi seorang rasul tapi dia justru menyangkali Tuhan yang memberikan kepercayaan itu.

PG : Betul sekali. Dia memang tidak memerlihatkan diri sebagai orang yang setia, sebagai murid yang akan membela, berdiri di pihak Tuhan tapi dia justru yang meninggalkan Tuhan dan menyangkal mengenal Tuhan. Jadi benar sekali tentang kepercayaan sehingga dia juga merasa begitu buruk sehingga dia tidak berani untuk mengklaim kembali tempatnya.

DL : Kalau ada orang yang seperti itu yaitu dia sudah berzinah, sudah memakai uang, kemudian dia membuktikan diri bahwa dia sudah kembali jujur dan dia sudah kembali lagi ke istrinya. Apakah orang bisa percaya kepada hamba Tuhan yang seperti itu, Pak Paul ?

PG : Biasanya memang akan sulit terutama di tempatnya yang sama. Kalau dia pindah ke tempat yang lain dan membuktikan dirinya, maka saya kira jemaat yang baru lebih siap memberikan kesempatan kedua. Tapi jemaat yang pertama biasanya susah sekali menerima.

GS : Hal lain apa yang perlu kita pelajari dalam hal ini, Pak Paul ?

PG : Ini yang kelima, Pak Gunawan dan yang terakhir. Tuhan memberi pesan yang pribadi kepada Petrus. Pesan atau permintaan pribadi Tuhan kepada Petrus merupakan pertanda yang jelas bahwa Tuhan memercayainya, itu sebabnya hanya kepada Petrus Tuhan Yesus meminta agar ia menggembalakan domba-domba-Nya. Tuhan meminta semua pelayan-Nya untuk menggembalakan domba-domba-Nya namun hanya kepada Petrus Dia menyampaikannya secara pribadi. Jadi memang ada sesuatu yang khusus tentang pesan Tuhan. Kita tahu semua pelayan Tuhan, di Matius pun ada seoraang pelayan Tuhan seorang gembala sidang tapi hanya kepada Petrus Tuhan menyampaikan secara pribadi "Gembalakanlah domba-dombaKu". Di sini kita melihat bahwa Tuhan tidak mendudukkan Petrus di kursi si sakit, Tuhan mendudukkannya di kursi tabib yang merawat si sakit, Tuhan tahu bahwa diri yang bertobat adalah diri yang efektif untuk memahami dan merawat pendosa lainnya, pendosa yang telah menjadi petobat adalah orang yang mengerti seluk-beluk dosa, dia dapat mengenali dosa dari kejauhan, dia pun mengerti jiwa pendosa lebih baik daripada orang lain, dia tahu artinya lengah, dia tahu artinya takabur, dia tahu artinya menyangkali kelemahan, dia tahu artinya jahat dan dia tahu artinya hancur namun bukan hanya itu tapi dia pun paling mengerti anugerah, dia paling mengerti pengampunan, dia paling mengerti kekudusan Tuhan sekaligus kemurahan Tuhan, dia paling mengerti berharap dan menunggu. Itu sebabnya dia adalah orang yang paling efektif mengobati sesama pendosa. Itu sebabnya kepada Petrus dan "Petrus-Petrus" lainnya, Tuhan meletakkan tanggung jawab khusus untuk meletakkan domba-domba-Nya yang adalah pendosa pula.

DL : Pak Paul, bagaimana relevansi kejatuhan, pertobatan dan kebangkitan seorang hamba Tuhan bahkan orang yang terdekat seperti Petrus dengan kehidupan hamba-hamba Tuhan masa kini ?

PG : Saya kira karena kita manusia biasa maka kita juga bisa seperti Petrus, kita mungkin seperti Petrus pernah mencicipi hubungan yang akrab dengan Tuhan, selama tiga tahun Petrus luar biasa akrab dengan Yesus Tuhan kita bahkan makan bersama, pergi bersama, berbicara bersama. Jadi benar-benar sebuah hubungan yang sangat dekat, tapi hal yang mengejutkan dan juga kenyataan bahwa dia adalah manusia biasa, dalam kondisi tertekan, ketakutan, panik karena Yesus ditangkap, maka dia lepas kendali dan dia buru-buru ingin menyelamatkan dirinya dan dia akhirnya menyangkal mengenal Tuhan Yesus. Jadi inilah kita manusia, bahwa meskipun kita hidup dekat dengan Tuhan tapi kita harus berjaga-jaga. Kesalahan Petrus terbesar adalah dia agak takabur, waktu Tuhan sudah ingatkan dia dan Tuhan berkata, "Bahwa iblis sedang menampi engkau maka berhati-hatilah dan berjagalah, engkau akan menyangkal sebelum ayam berkokok tiga kali", itu tidak didengarnya. Jadi Tuhan tidak mendiamkan Petrus, tapi Tuhan beritahukan dan peringati dia sebelum dia berdosa tapi dia tidak mendengarkan. Seringkali itulah yang terjadi pada kita juga, Tuhan tidak mungkin diam kalau kita sudah makin dekat dengan dosa, pasti Tuhan berbicara dan Tuhan memanggil kita, mengingatkan kita, namun seperti Petrus kita seringkali menutup telinga dan beranggapan "Dosa itu masih jauh dan saya tidak mungkin berbuat seperti itu, saya tahu apa yang baik dan buruk, mana mungkin saya tidak tahu kalau ini dosa" begitu banyak dalih-dalih yang kita berikan sehingga akhirnya kita lengah dan akhirnya kita jatuh ke dalam dosa. Jadi itulah pelajaran yang kita bisa petik tentang kelemahan diri kita sebagai seorang manusia.

GS : Sebenarnya kejatuhan seseorang bukan ditentukan oleh seberapa dekat dia dengan Tuhan, Petrus begitu dekatnya dengan Tuhan tapi tetap saja jatuh. Berarti kita pun juga kalau merasa dekat, kita juga punya potensi untuk jatuh.

PG : Yang memang mengejutkan adalah seringkali itu yang terjadi. Jadi kita tidak bisa mematok bahwa pastilah orang yang jatuh ke dalam dosa adalah orang yang hidupnya jauh dari Tuhan, itu belum tentu. Kita bisa jadi hidup dekat dengan Tuhan, namun kuncinya adalah dalam kondisi atau titik tertentu kita memang sedang jauh dan bukannya kita selalu jauh, tapi sedang jauh. Waktu Petrus mulai mengeraskan hati, menganggap gampang, dia sebetulnya sedang jauh dari Tuhan. Waktu dia melarang Yesus untuk pergi ke Yerusalem, Tuhan dengan tegas memarahi dia dan berkata, "Pergilah engkau atau enyahlah Iblis, engkau tidak memunyai pikiran Allah tapi hanya pikiran manusia". Sekali lagi itu adalah peringatan yang Tuhan berikan dan tanpa disadari, menjelang Tuhan Yesus kembali ke Yerusalem, Petrus meskipun sedang bersama Yesus dia sedang jauh dari Yesus sebab Tuhan dengan tegas berkata, "Engkau itu tidak memiliki pikiran Allah tapi pikiran manusia". Jadi dengan kata lain, bisa kita simpulkan, ada orang yang sibuk melakukan pekerjaan Tuhan, jadi seolah-olah dekat dengan Tuhan tapi sebenarnya jauh. Karena yang mengukur atau yang dapat dijadikan ukuran adalah hati kita dan pikiran kita, seberapa besar hati kita diisi oleh hati Kristus dan pikiran Kristus dan jelas saat itu hati Petrus tidak diisi dengan hati Kristus dan pikirannya tidak diisi oleh pikiran Kristus, tapi hanya oleh pikiran manusia.

GS : Jadi yang paling penting di sini adalah bagaimana seseorang menyikapi atau memerlakukan dirinya setelah dia jatuh ke dalam dosa.

DL : Bertobat.

PG : Penting sekali, langkah pertama adalah harus bertobat dan kedua harus berubah. Dan itu yang Petrus lakukan tapi sekali lagi tentang kembali melayani dia sangat hati-hati dan dia tidak mengklaim Tuhan pasti akan memakai dia, sehingga Tuhan harus mengajak Petrus secara pribadi dan menugaskannya kembali untuk menggembalakan domba-domba Tuhan. Sesuatu yang pasti Petrus pernah dengar sebelumnya tapi Tuhan harus mengatakannya kepada Petrus secara pribadi sebab Petrus menunggu apakah Tuhan akan memanggilnya kembali, dan jelas Tuhan memanggilnya kembali. Kenapa hanya kepada Petrus Tuhan tekankan itu, sebab sekali lagi dia adalah orang yang paling mengerti orang berdosa sebab dari tugas murid saat itu, dia adalah orang yang telah berbuat sejauh itu, selain dari Yudas yang memang sudah lepas.

GS : Sebenarnya prinsip-prinsip yang Pak Paul sampaikan, ini bisa juga diaplikasikan di tengah keluarga kita ketika ada salah satu anggota keluarga yang melakukan dosa terhadap keluarga itu ?

Pg : Betul sekali. Jadi kalau boleh saya rangkumkan kalau itu terjadi pada kita dalam keluarga kita, yang pertama adalah kesediaan mengaku salah dan jangan memutar balikkan fakta, bersilat lidah, menuduh pasangan, menyalahkan anak, menyangkal, itu terlalu banyak yang kita lakukan di dalam keluarga.

DL : Harus rendah hati.

PG : Harus merendahkan diri bahwa "Saya sudah salah" jadi mengaku. Rendah hati itu adalah kuncinya. Jadi itulah langkah pertama dan langkah kedua adalah jangan menuntut apa-apa, kadang-kadang kalau kita bersalah kepada pasangan kita atau kepada anak, kita menuntut, "Kamu sekarang harus seperti ini, ampuni saya dan sebagainya" tidak seperti itu ! Tapi kita yang salah jangan menuntut dan sebaliknya apa yang harus kita lakukan ? Kerjakan bagian kita, apa yang biasa kita lakukan dan jangan tunjukkan apa-apa, tapi diamlah sampai nanti pasangan kita kembali menerima kita. Itulah yang memang kita harus lakukan dalam keluarga kita.

GS : Untuk menyimpulkan perbincangan ini, apakah ada ayat firman Tuhan yang ingin Pak Paul sampaikan ?

PG : Yohanes 21 adalah bagian terakhir dari injil Yohanes, di penghujung tulisannya Yohanes ingin menyarikan misi kedatangan Kristus lewat kisah nyata sahabatnya sendiri. Kristus datang untuk orang berdosa, anak Allah dikecewakan dan dikhianati bukan oleh manusia saja tetapi juga oleh sahabatnya. Pelayan Tuhan adalah sahabat Allah, kejatuhan merupakan tindak pengkhianatan yang menyakitkan namun Kristus datang untuk orang berdosa dan untuk sahabat-sahabat-Nya. Firman Tuhan yang akan saya bacakan diambil dari Roma 5:8, "Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa". Jadi Tuhan sudah mati sewaktu kita masih berdosa, sewaktu kita tidak layak untuk menerima pengampunan-Nya.

GS : Dan firman Tuhan ini bisa menjadi jaminan bagi setiap kita atau pendengar yang jatuh ke dalam dosa untuk datang kembali kepada Tuhan.

PG : Betul sekali.

GS : Terima kasih untuk perbincangan ini. Dan para pendengar sekalian kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi, dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Kebangkitan dari Kejatuhan" bagian yang kedua. Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 56 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@telaga.org [3] kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org [4]. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.

Ringkasan

Kita pasti telah mendengar adagium (pepatah) yang berkata bahwa pelayan Tuhan bukanlah malaikat. Sesungguhnya sama seperti malaikat yang dapat jatuh ke dalam dosa, kita pun dapat jatuh ke dalam dosa. Tidak peduli apa pun jabatan kita pendeta, majelis, pengurus, ataupun aktivitis kita adalah darah dan daging yang terbuat dari dosa. Kita bisa jatuh dan mungkin pernah jatuh. Berikut akan dipaparkan tindakan Tuhan kepada pelayan-Nya yang jatuh.

Yohanes 21 adalah bab terakhir dari Injil Yohanes Injil yang ditulis oleh murid Tuhan yang bernama Yohanes. Di dalam catatan Injil ini Yohanes selalu menyebut dirinya sebagai murid yang dikasihi Tuhan tanpa menyebut namanya sendiri. Yohanes tidak mau menjadikan dirinya sebagai pusat perhatian sebab memang, tujuan dan obyek penulisannya bukanlah dirinya sendiri melainkan Kristus dan karya-Nya di bumi.

Pada bab terakhir ini Yohanes menyoroti seorang sahabat dan sesama murid Kristus yang bernama, Petrus. Satu hal yang menarik di sini adalah, Yohanes adalah satu-satunya penulis Injil yang mencatat peristiwa ini. Matius, Markus, dan Lukas tidak mencatatnya. Sudah tentu pastilah mereka mempunyai alasan masing-masing mengapa mereka memutuskan untuk tidak mengikutsertakan peristiwa ini dalam Injil.

Sebagai seorang sahabat tampaknya Yohanes secara khusus mengangkat cerita ini untuk memberitakan kepada para pembaca Injil tentang akhir relasi Yesus dan Petrus. Sebagaimana kita ketahui Petrus berkhianat kepada Kristus lewat penyangkalannya. Kita pun tahu bahwa Petrus sungguh menyesali perbuatannya dan bahwa Kristus telah mengampuninya.

Yohanes mencatat peristiwa ini agar kita semua tahu bahwa hidup Petrus tidak berakhir dengan kejatuhannya. Yohanes ingin kita menyaksikan sebuah akhir yang indah bahwa hidup Petrus berakhir dengan kebangkitannya. Ya, kebangkitan Kristus dari kematian memungkinkan Petrus dan kita semua mengalami kebangkitan dari kejatuhan.

Bagaimanakah Kristus membangkitkan Petrus dari kejatuhannya? Jika kita perhatikan dengan saksama ada beberapa hal atau langkah yang Tuhan ambil. PERTAMA, TUHAN BERTINDAK SESUAI WAKTU-NYA. Kita mesti mengakui dosa dan bertobat dengan segera. Jangan berlama-lama mengakui kesalahan dan jangan menunda untuk berubah. Kita harus meninggalkan jalan dosa secepat mungkin.

Sekalipun demikian janganlah kita meremehkan kasih karunia Tuhan dan jangan menyepelekan panggilan-Nya. Jangan gegabah menganggap bahwa Tuhan sudah pasti ingin agar kita dengan segera kembali melayani-Nya seperti dulu. Kita harus menunggu waktu Tuhan sebab panggilan untuk melayani-Nya adalah anugerah dari-Nya semata.

Sebagaimana dapat kita lihat, Tuhan tidak serta merta menyatakan diri-Nya kepada Petrus setelah Ia bangkit. Tuhan memberi kesempatan pertama itu kepada Maria Magdalena. Kesempatan kedua juga tidak diberikan kepada Petrus melainkan kepada Kleopas dan seorang murid lain dalam perjalanan ke Emaus. Kesempatan ketiga barulah diberikan kepada Petrus namun tidak secara pribadi melainkan secara kolektif ketika Tuhan menampakkan diri kepada para murid di dalam ruang tertutup. Kendati Ia menyatakan diri kepada para murid, namun sesungguhnya sasaran utama-Nya adalah Tomas, murid yang meragukan kebangkitan Kristus.

Dengan kata lain, tiga kali Tuhan menyatakan diri, tiga kali Tuhan tidak berkata apa-apa kepada Petrus. Dapat dibayangkan betapa inginnya Petrus mendengar Kristus berkata sesuatu kepadanya sebab pertemuan terakhirnya dengan Kristus sebelum penyaliban diisi dengan penyangkalannya. Namun Kristus tidak berkata apa-apa kepadanya dalam tiga perjumpaan itu.

Jadi, dari sini dapat kita simpulkan bahwa pertobatan memang harus segera, tetapi pemanggilan kembali tidak harus segera. Karena Tuhan yang memanggil, Tuhanlah yang menentukan waktu-Nya. Kita tidak mempunyai hak apa pun untuk menuntut Tuhan kembali memakai kita dan Tuhan tidak mempunyai kewajiban apa pun untuk kembali memakai kita.

HAL KEDUA YANG DAPAT KITA PELAJARI ADALAH JIKA SUDAH TIBA SAAT-NYA, UNTUK MEMANGGIL KITA KEMBALI, IA AKAN MENGHADIRKAN DIRI-NYA DI DALAM SITUASI YANG BIASA, BUKAN LUAR BIASA. Sebagaimana dapat kita lihat, Petrus dan teman-teman berinisiatif pergi melaut menangkap ikan. Menangkap ikan adalah pekerjaan Petrus sesuatu yang biasa dilakukannya. Namun, di dalam sesuatu yang biasa inilah Tuhan hadir dan lewat yang biasa inilah Tuhan akhirnya membangkitkan Petrus dari kejatuhannya.

KETIGA, TUHAN MENGINGATKAN PETRUS AKAN SIAPAKAH DIRI-NYA MELALUI SEBUAH TINDAKAN YANG BIASA DILAKUKAN-NYA. Kita tahu bahwa peristiwa serupa pernah terjadi sebelumnya Tuhan menyediakan secara ajaib. Sekarang pun Tuhan melakukan hal yang sama menyediakan secara ajaib. Lewat tindakan yang biasa dilakukan-Nya, Tuhan mengingatkan bahwa kasih-Nya kepada Petrus dan kita semua tidaklah berubah. Atau lebih tepat lagi, lewat tindakan-Nya yang biasa diperbuat-Nya untuk dan kepada kita, Tuhan mengingatkan bahwa kasih-Nya tidak dipengaruhi oleh kegagalan kita.

Kendati kita gagal dan telah jatuh ke dalam dosa, Tuhan tidak berubah. Ia tetap sama dan lewat perbuatan-Nya yang sama, Ia ingin mengingatkan kita bahwa kasih-Nya tidak berubah. Sewaktu Petrus melihat Yesus yang sama, ia pun memberanikan diri untuk menghampiri-Nya. Ia tahu dengan pasti bahwa ia tidak akan ditolak.

KEEMPAT, TUHAN MEMBERI KESEMPATAN KEPADA PETRUS UNTUK MENYATAKAN KASIH-NYA. Sudah merupakan natur manusia untuk menebus kesalahan. Penebusan membuat kita merasa lega sehingga kita bisa melanjutkan relasi yang terputus. Ketika tahu dengan jelas bahwa itulah Kristus, Petrus langsung melompat terjun ke air. Seakan-akan ia ingin menunjukkan bahwa ia sungguh mengasihi Kristus. Petrus ingin menebus kesalahannya dan Tuhan memberinya kesempatan itu.

Kita pun kerap mempunyai dorongan yang sama ketika jatuh ke dalam dosa, apalagi ketika tahu bahwa Tuhan tetap sama dan telah mengampuni dosa kita. Kita ingin melakukan lebih banyak lagi karya untuk Kristus. Kita melihat diri sebagai orang yang berutang besar yang sekarang telah menerima pengampunan besar. Kita ingin menunjukkan kasih dan syukur kepada Kristus atas pengampunan-Nya namun seringkali tindakan itu bersifat sesaat dan keluar dari kenekadan. Itulah yang terjadi pada Petrus. Ia berbuat berani, merisikokan hidupnya dari kenekadan dan emosi sesaat. Tuhan tetap menerima dan memberinya kesempatan tetapi Tuhan tidak ingin Petrus berhenti di situ.

Tuhan memberinya kesempatan untuk menunjukkan kasihnya kepada Kristus, bukan saja lewat kenekadannya terjun ke air, tetapi juga lewat komitmennya menggembalakan domba-domba Kristus. Tuhan pun menuntut yang sama dari kita. Ia tidak ingin kita berhenti pada semangat sesaat yang termotivasi oleh rasa bersalah atau rasa syukur seketika. Tuhan menghendaki agar kita menyatakan syukur dan kasih kepada-Nya secara permanen.

KELIMA DAN TERAKHIR, TUHAN MEMBERI PESAN YANG PRIBADI. Pesan atau permintaan pribadi Tuhan kepada Petrus merupakan pertanda yang jelas bahwa Tuhan mempercayainya. Itu sebabnya hanya kepada Petrus, Tuhan Yesus meminta agar ia menggembalakan domba-domba-Nya. Tuhan meminta semua pelayan-Nya untuk menggembalakan domba-domba-Nya namun hanya kepada Petrus, Ia menyampaikannya secara pribadi.

Tuhan tidak mendudukkan Petrus di kursi si sakit; Tuhan mendudukkannya di kursi tabib yang merawat si sakit. Tuhan tahu bahwa diri yang bertobat adalah diri yang efektif untuk memahami dan merawat pendosa lainnya. Pendosa yang telah menjadi petobat adalah orang yang mengerti selak beluk dosa. Ia dapat mengenali dosa dari kejauhan; ia pun mengerti jiwa pendosa lebih baik dari orang lain. Ia tahu artinya lengah; ia tahu artinya takabur; ia tahu artinya menyangkali kelemahan; ia tahu artinya jahat; dan ia tahu artinya hancur. Namun bukan hanya itu. Ia pun paling mengerti anugerah; ia paling mengerti pengampunan; ia paling mengerti kekudusan Tuhan sekaligus kemurahan Tuhan; ia paling mengerti berharap dan menunggu. Itu sebabnya ia adalah orang yang paling efektif mengobati sesama pendosa. Itu sebabnya kepada Petrus dan Petrus-Petrus lainnya Tuhan meletakkan tanggung jawab khusus untuk menggembalakan domba-domba-Nya yang adalah pendosa pula.

Kesimpulan

Yohanes 21 adalah bagian terakhir dari Injil Yohanes. Di penghujung tulisannya, Yohanes ingin menyarikan misi kedatangan Kristus lewat kisah nyata sahabatnya sendiri. Kristus datang untuk orang berdosa. Anak Allah dikecewakan dan dikhianati bukan oleh manusia saja, tetapi juga oleh sahabat-Nya. Pelayan Tuhan adalah sahabat Allah. Kejatuhan merupakan tindak pengkhianatan yang menyakitkan. Namun Yesus datang untuk orang berdosa dan untuk sahabat-sahabat-Nya.

Roma 5:8 Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.

 

Pdt. Dr. Paul Gunadi [5]
Audio [6]
Pelayanan/Gereja [7]
T329B [8]

URL sumber: https://m.telaga.org/audio/kebangkitan_dari_kejatuhan_ii

Links
[1] http://media.sabda.org/telaga/mp3/T329B.MP3
[2] http://alkitab.sabda.org/?Yohanes+21
[3] mailto:telaga@telaga.org
[4] http://www.telaga.org
[5] https://m.telaga.org/nara_sumber/pdt_dr_paul_gunadi
[6] https://m.telaga.org/jenis_bahan/audio
[7] https://m.telaga.org/kategori/pelayanan_gereja_0
[8] https://m.telaga.org/kode_kaset/t329b