Pdt. Dr. Paul Gunadi

Pdt. Dr. Paul Gunadi

Kesengsaraan dan Karakter I

Tidak ada yang senang dengan kesusahan. Sedapatnya kita berupaya untuk menghindar dari kesusahan. Bagi kita kesusahan identik dengan kesengsaraan dan kesengsaraan identik dengan kemunduran yang berakhir dengan keputusasaan—sebuah cara pandang yang pesimistik dan negatif. Namun sebuah karakter yang dihasilkan kesengsaraan adalah karakter yang bergantung penuh pada Tuhan. Ada 6 hal yang akan diuraikan untuk proses pembentukan karakter yang melibatkan kesusahan dan kesengsaraan.

Sabat dan Kesehatan Rohani

Lihatlah sekeliling kita pada bangsa dan budaya yang tidak tersentuh oleh Alkitab. Saya kira kita akan terkejut menemukan bahwa konsep Sabat—berhenti bekerja—merupakan sesuatu yang asing di telinga mereka. Jelas terlihat bahwa nilai alkitabiah telah mewarnai budaya Barat sedemikian rupa sehingga kebanyakan orang di belahan dunia itu mengenal dan menjalankan sekurangnya satu hari istirahat. Orang yang tidak menjalankannya hanyalah orang yang mendewakan kerja di atas segalanya. Di sini akan diuraikan latar belakang Sabat dan tujuan dari Sabat.

Sabat dan Kesehatan Jiwa

Ada banyak alasan mengapa tidak selalu kita berhasil menjalankan hidup yang memancarkan Kristus. Salah satunya adalah karena tidak selalu kita berhasil menjalankan kehidupan yang berimbang. Sabat adalah hari di mana Tuhan memerintahkan kita untuk berhenti bekerja dan mengingat Tuhan. Sewaktu berhenti bekerja dan mengingat Tuhan, kita pun diajak untuk menjalani sebuah kehidupan yang sehat. Sabat yang bagaimana yang membuat jiwa kita sehat?

Mengasihi Anak Lebih Dari Tuhan

Pernahkah kita sebagai orang tua mengasihi anak kita melebihi dari kita mengasihi Tuhan? Kebanyakan kita sebagai orang tua pasti pernah mengalaminya. Sebenarnya kita tahu kalau hal itu salah karena kita menomor duakan Tuhan. Satu contoh dari Alkitab yaitu Imam Eli, Imam Eli mengasihi anaknya melebihi Tuhan sehingga yang didapatnya adalah hukuman. Mari kita belajar dari Imam Eli, agar ini menjadi lampu kuning bagi kita sebagai orang tua dalam mengasihi anak-anak kita.

Tuhan Di Tengah Keluarga

Tujuan hidup adalah memuliakan Tuhan dan salah satu cara memuliakan Tuhan adalah lewat keluarga. Keluarga yang memuliakan Tuhan memunyai dampak besar terhadap orang di sekitar dan generasi berikutnya. Dua contoh keluarga yang memuliakan Tuhan dan telah memberi dampak besar bagi nama Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu keluarga dari Dr.James Dobson dan Pdt. Jonathan Edward. Mereka melakukan hal-hal yang sederhana namun memberi dampak yang luar biasa dan memberkati.

Iman Dalam Krisis Keluarga

Kita adalah orang beriman namun kadang kita tidak tahu bagaimana menerapkan iman dalam situasi tertentu, misalnya dalam krisis keluarga. Iman bukanlah sekadar sarana untuk memperoleh keselamatan yang Tuhan anugerahkan kepada kita. Iman juga adalah sarana yang mutlak diperlukan untuk tetap hidup di dalam pimpinan-Nya. Secara spesifik, iman dibutuhkan dalam menghadapi krisis yang melanda keluarga agar kita dapat melewatinya dengan benar-sesuai kehendak Tuhan.

Krisis Dalam Keluarga Kristen

Krisis dapat melanda seseorang tanpa pandang bulu termasuk juga keluarga Kristen, walaupun ada sebagian orang yang mencoba menyangkali dan berkata bahwa, “Kami tidak akan mengalami krisis karena kami di dalam Tuhan.” Pernyataan ini kurang tepat, kita mesti belajar bagaimana memahami krisis secara tepat menurut kebenaran Firman Tuhan.

Mengakhiri Dengan Baik ( II )

Di dalam suratnya yang terakhir, Rasul Paulus berbagi pesan dengan anak rohaninya Timotius, “Aku telah mengakhiri pertandingan dengan baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan…” (2 Timotius 4:7-8). Banyak orang yang memulai dengan baik tetapi tidak banyak yang mengakhirinya dengan baik. Banyak yang tersandung di tengah perjalanan dan masuk ke lubang dosa. Pembahasan ini menguraikan bagaimana mengakhiri perjalanan hidup bersama Tuhan Yesus dengan baik.

Mengakhiri Dengan Baik ( I )

Di dalam suratnya yang terakhir, Rasul Paulus berbagi pesan dengan anak rohaninya Timotius, “Aku telah mengakhiri pertandingan dengan baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan…” (2 Timotius 4:7-8). Banyak orang yang memulai dengan baik tetapi tidak banyak yang mengakhirinya dengan baik. Banyak yang tersandung di tengah perjalanan dan masuk ke lubang dosa. Pembahasan ini menguraikan bagaimana mengakhiri perjalanan hidup bersama Tuhan Yesus dengan baik.

Kekerasan Dalam Rumah Tangga (II)

Sama seperti masalah lainnya, KDRT merupakan problem yang kompleks dan tidak dapat digeneralisasikan. Untuk dapat memahami dan mencegahnya, kita perlu memahami semua jenis komponen yang terlibat antara lain tipe pelaku, tipe korban, dampak pada anak, pemicu dari kekerasan, reaksi terhadap kekerasan. Yang paling diharapkan adalah bagaimana mengatasi kekerasan pada pihak korban dan pada pihak pelaku.

Halaman

Berlangganan RSS - Pdt. Dr. Paul Gunadi