Lengkap
Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini tentang "Aborsi". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
GS : Ada banyak orang yang melakukan pengguguran anak atau aborsi dan dengan alasan yang bermacam-macam. Alasan apa yang biasa dikemukakan, Pak Paul?
PG : Memang ada beberapa namun yang umum adalah tidak siap mempunyai anak. Ada yang tidak siap karena telah memiliki banyak anak, ada yang belum siap karena belum ingin mempunyai anak kendati sdah menikah, atau ada yang belum siap karena belum dalam status menikah.
Tapi memang benang merahnya adalah ketidaksiapan mempunyai anak.
GS : Biasanya bisa diketahui kondisi anak di dalam kandungan, misalnya melalui USG dan terdapat kecacatan pada anaknya dan dia mengetahuinya kemudian mereka melakukan aborsi, apakah tepat kalau itu dijadikan alasan ?
PG : Itu kadang juga dilakukan meskipun kasus seperti ini tidak dilakukan sebanyak yang seperti telah saya sebutkan, nanti kita akan membahas bagaimana kita bersikap untuk kasus-kasus seperti ii dan yang penting untuk kita soroti adalah bukan masalah si anak itu, kebanyakan argumen-argumen tentang aborsi adalah tentang anak itu, apakah dia sudah menjadi seorang anak atau belum atau hanya masih berbentuk janin dan sebagainya, kapan kehidupan itu mulai dan sebagainya, jadi terlalu fokus yang diberikan kepada si anak.
Yang akan saya lakukan adalah menyoroti masalah aborsi ini dari sudut rencana Allah dalam hidup kita. Jadi kita mau menengadah ke atas, kita mau melihat kita dan Tuhan, Tuhan dan kita. Dan bagaimana kita menempatkan aborsi dalam hubungan kita dengan Tuhan.
GS : Dalam hal ini apa yang bisa disampaikan kepada kami, Pak Paul ?
PG : Untuk kita bisa membahaskan secara konkrit, saya memilih untuk menyoroti peristiwa kelahiran Tuhan Yesus yaitu pada waktu malaikat datang memberitakan kepada Maria, Ibu Yesus, bahwa dia akn mengandung dan bahwa dia akan melahirkan Tuhan Yesus.
Memang sudah tentu ada perbedaan besar antara penyebab kehamilan Maria dan kehamilan lainnya dewasa ini namun ada kesamaan situasi yang dialami wanita yang mengalami kehamilan yaitu dalam hal ini orang-orang tersebut tidak siap, dan Maria pun saat itu juga tidak siap. Kita akan melihat beberapa respons yang diperlihatkan Maria dan mudah-mudahan inilah yang bisa kita timba dalam kehidupan kita sewaktu kita menghadapi masalah yang sama. Yang pertama adalah kita mesti memiliki konsep yang benar tentang siapakah kita di hadapan Tuhan sewaktu malaikat Tuhan mengabarkan bahwa dia akan mengandung bayi Yesus. Maria adalah seorang gadis belia yang telah bertunangan dengan Yusuf dan dapat dibayangkan betapa terkejutnya Maria, dalam tanda kutip interupsi yang dialaminya itu, tidak ada angin dan hujan malaikat Tuhan datang, memberitahukan bahwa dia akan mengandung seorang anak sedangkan dia belum menikah. Ini adalah sebuah interupsi, sebuah kejutan, kehamilan bukanlah sesuatu yang ada dalam rencana kehidupannya, ini bisa kita pastikan. Dalam masa sekarang ada juga wanita yang tidak mengharapkan kehamilan oleh karena pelbagai alasan, biasanya respons yang diberikan adalah tidak menerimanya dan berusaha menghilangkan janin dalam kandungan karena kita tidak bisa menerima bahwa "Kenapa saya hamil, ini bukan dalam rencana kehidupan saya," maka kebanyakan atau wanita berkata, "Sudahlah saya tidak mau menerimanya, saya hilangkan saja janin dalam kandungan," tapi sekarang kita akan melihat bagaimana Maria menyikapi interupsi ini. Firman Tuhan di Lukas 1:38, "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." Maria menempatkan diri sebagai hamba Tuhan dan siap menerima apa pun yang ditetapkan Tuhan atasnya, sebaliknya orang yang memutuskan diri untuk aborsi tidak menempatkan diri sebagai hamba di hadapan Tuhan. Kita mesti melihat kehamilan sebagai penetapan Tuhan dan apa pun yang ditetapkanNya, menyenangkan atau tidak, harus kita terima karena kita adalah hambaNya.
GS : Ini menjadi masalah jika dia belum menikah, padahal kasusnya sama seperti Maria tapi Maria menyadari kalau kehamilannya datang dari Roh Kudus tapi seorang gadis yang belum menikah kemudian hamil. Apakah bisa menggunakan alasan ini, Pak Paul?
PG : Dengan kata lain, dia harus berkata bahwa meskipun dia hamil karena dosa yang dilakukannya tapi dia mesti menempatkan dirinya bahwa inilah yang Tuhan tetapkan dan inilah yang harus terjadi sebab kita mengetahui bahwa tidak semua orang mempunyai kesempatan mempunyai anak meskipun berusaha mencoba.
Jadi kalau benar-benar dia hamil, ini adalah sebuah tindakan Allah untuk menghadirkan seorang manusia di dalam dunia maka kita harus bersikap sebagai hamba, kita harus menerima penetapan itu, meskipun anak itu dikandung dari hubungan seksual di luar pernikahan yang memang adalah dosa. Namun sekali lagi kita mesti menempatkan diri sebagai hamba. Kalau kita berkata, "Saya tidak mau, saya mau hilangkan, saya mau aborsi," berarti kita menempatkan diri di hadapan Tuhan bukan sebagai hamba, kita menempatkan diri sebagai orang yang setara dengan Tuhan, makanya kita merasa tidak harus menerima penetapan Tuhan ini, kita merasa kita mempunyai hak yang sama dengan Tuhan. Ini adalah sikap yang mesti kita pelajari dari Maria.
GS : Tapi seringkali yang dipakai sebagai alasan adalah, "Saya tidak mampu membesarkan anak ini, dari pada anak ini menderita maka dilakukan aborsi saja."
PG : Nanti kita akan menyadari bahwa kita ini orang yang terbatas, kalau memang tidak mungkin kita membesarkan anak ini di usia yang masih muda, dalam kondisi yang seperti ini, biarkanlah ! Nani Tuhan akan menetapkan orang tua yang lain untuk mengasuh dan membesarkan anak ini tapi pada intinya adalah, sikap kita adalah sikap seorang hamba, bukan sikap yang langsung mau mengambil keputusan, mengatur atas hidup kita.
Hidup ini bukan milik kita lagi, hidup ini milik Tuhan, jadi kita tidak lagi mempunyai hak atas hidup ini, atas hidup kita dan sebagainya, ini semua adalah hak milik Tuhan. Dan sikap seperti ini yang sering luput dilihat oleh banyak orang dalam menghadapi kehamilan di luar nikah.
GS : Karena kadang-kadang dia memikirkan tentang dirinya, didalam hal ini orang tersebut seringkali merasa dirinya sudah berdosa, jadi tidak berani mengaku sebagai hamba Tuhan.
PG : Jadi hamba di sini sudah tentu dalam pengertian sebuah sikap bahwa saya itu bukanlah pemilik atau empunya dari dunia ini, saya adalah hamba dan Tuhanlah yang empunya hidup saya atau diri sya, maka saya tidak berhak mengambil keputusan, dan hanya Tuhan sendiri yang memiliki keputusan itu.
GS : Termasuk juga pasangan suami istri yang mungkin keduanya sudah menggunakan alat kontrasepsi, tapi seberapa jauh alat ini akan mencegah tidak terjadi kehamilan, nyatanya tetap ada kehamilan terjadi dan ini juga sikap yang harus diambil.
PG : Betul. Jadi memang tadi saya sudah singgung, kebanyakan aborsi dilatar belakangi oleh ketidaksiapan untuk mempunyai anak, baik dalam naungan pernikahan maupun bukan di dalam pernikahan sebb memang tidak siap dengan adanya anak.
Dalam kasus dimana orang sudah menikah dan akhirnya hamil sering berkata, "Anak kita sudah banyak dan saya tidak mau lagi," itu salah! Kita harus menempatkan diri sebagai hamba, bukan kita yang memiliki hidup ini tapi Tuhan. Maka kalau Dia sudah menetapkannya seperti ini maka kita mesti menerima porsi ini.
GS : Untuk bisa sampai kepada konsep seperti itu Pak Paul, kita juga harus mempunyai konsep yang benar dulu tentang sebenarnya Tuhan itu siapa bagi kita ?
PG : Tepat sekali. Jadi kita mesti mempunyai konsep yang benar tentang siapakah Tuhan, kalau kita kembali lagi kepada Maria, kita bisa melihat Maria mempercayai sepenuhnya akan perkataan Malaikt Tuhan kepadaNya, di Lukas 1:37 ditulis "Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil," ini sebuah perkataan yang luar biasa sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil, Allah adalah Tuhan pencipta dan penguasa alam semesta beserta isinya.
Maria tidak dapat menggunakan nalarnya untuk memahami apa yang tengah Tuhan lakukan kepadanya sebab hal ini tidak pernah terjadi sebelumnya, Dia belum pernah melalui RohNya yang Kudus masuk dan dilahirkan sebagai manusia. Namun Maria percaya tidak ada yang mustahil bagi Dia, Maria tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi di hari esok, ia tahu jika itu berasal dari Allah maka Allah akan memeliharanya. Kalau kita akan terapkan pada zaman sekarang ini, wanita yang hamil di luar kesiapannya pasti memikirkan hari esok dan memikirkan banyak hal. Kita mesti percaya bahwa Tuhan bukanlah Allah yang terbatas, Allah sanggup melakukan apa pun asal kita tunduk kepada kehendakNya dan hidup di dalam jalanNya sebab tidak ada yang mustahil bagi Allah.
GS : Kalau kita melihat kehidupan Maria, memang sejak awal Maria ini sudah dipersiapkan dididik oleh orang tuanya sehingga mempunyai konsep yang benar tentang Tuhan. Dan bagaimana dengan mereka yang melakukan aborsi ini, tapi tidak mempunyai konsep yang benar tentang Tuhan ?
PG : Memang kita mesti mengajaknya melihat Allah lebih luas dari pada dirinya dan pemikirannya. Seringkali orang yang dirundung masalah, hamil di luar nikah atau sedang mengalami kehamilan yan tidak diinginkan, tidak melihat Tuhan seluas dan sebesar Tuhan apa adanya, justru menyempitkan Tuhan sesempit pemikiran manusia, bahkan kita sudah membayangkan semua yang buruk yang akan menimpa kita, tidak ! Tuhan itu lebih besar, Dia berkuasa, Dia sanggup memelihara baik kita maupun anak ini.
Sekali lagi jangan kita khawatirkan, kita hanya perlu taati Tuhan, jangan mencemaskan Tuhan, taati saja Tuhan, kita lakukan kehendak Tuhan, jalani perintahNya saja. Nanti Tuhan akan pelihara anak ini, sekali lagi kalau kita belum siap untuk memelihara anak ini, akan ada orang tua lain yang nanti akan Tuhan tetapkan untuk mengasuh dan memelihara anak ini. Mungkin kita pernah punya kenalan yang telah dianugerahkan anak dari adopsi, kita bisa melihat sukacita mereka memperoleh anak, memang mereka merindukan seorang anak tapi mereka bisa melahirkan. Ada orang yang dulu tidak punya anak dan sekarang punya anak, hidupnya begitu berbeda, penuh dengan sukacita, dan memang anak itu pada masa kecil benar-benar tidak tahu bahwa ibu ini bukan ibu yang melahirkan dia dan ayah yang sekarang ini bukanlah ayah kandungnya, dia tidak tahu ! Dan memang tidak penting, karena yang diperlukan anak adalah kasih sayang, perawatan pemeliharaan dari orang tuanya. Inilah yang diperlukan oleh anak dan ada orang tua lain yang memberikan semua ini.
GS : Kalau seseorang tidak memiliki konsep yang benar dengan Tuhan, bukan tidak mungkin dia menyalahkan Tuhan kenapa bisa sampai terjadi kehamilan, padahal dia belum siap. Pasti Tuhan juga tahu kalau dia tidak siap.
PG : Memang kembali kepada satu pokok hal yang mesti kita angkat yaitu kita mesti memiliki konsep yang benar tentang rencana Allah, kalau kita menyalahkan Allah, kita sebetulnya berkata bahwa "uhan mengapa rencanaMu bisa salah, melenceng, saya bisa hamil seperti ini."
Kita mesti memiliki konsep yang benar tentang rencana Allah, kita akan kembali lagi kepada Maria. Maria tidak bisa melihat rencana keselamatan Allah untuk menebus dosa manusia, mustahil bagi dia memahami rencana Allah yang melampaui batas waktu dan wilayah itu, dia belum mengerti tentang Yesus yang menjadi Juruselamat bagi manusia, dan dia baru diberitahu oleh Malaikat. Tapi ini yang penting yaitu dia bersukacita, dia dapat menjadi bagian dari rencana Allah. Maria percaya bahwa bayi yang dikandungnya merupakan rencana Allah untuk menyelamatkan manusia. Itu sebabnya dia berseru di Lukas 1:46-47, "Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku," coba kita terapkan dalam kondisi sekarang ini. Sewaktu kita hamil di luar kesiapan biasanya reaksi kita adalah ini semua di luar rencana Allah. Sesungguhnya kebalikannya yang terjadi, memang ini di luar rencana manusia tapi di dalam rencana Allah, ada rencana Allah yang ingin digenapiNya lewat kelahiran anak ini, mungkin anak ini akan harus diserahkan kepada pihak yang lebih siap untuk membesarkannya. Namun yang pasti adalah Tuhan memiliki rencana akan keberadaannya di dunia ini, jadi terima dan sayangi anak ini.
GS : Memang posisi Maria saat itu sangat sulit Pak Paul, apalagi pada zaman saat itu, dimana tidak ada orang yang mentolerir ada gadis hamil Pak Paul. Sebenarnya bagaimana Maria bisa mengatasi perasaannya bahwa Dia pasti akan dicemoohkan orang, Pak Paul.
PG : Dalam hal ini kita bisa melihat sebuah kehidupan anak Tuhan yang begitu matang, diduga umur Maria saat itu masih belasan tahun sebab pada masa itu wanita-wanita Yahudi menikah pada usia yag masih sangat belia.
Tapi kita bisa membayangkan tingkat kematangan rohani yang begitu tinggi dalam diri Maria, begitu matangnya dia sehingga dia tidak lagi menghiraukan tentang hidupnya, tentang reputasinya, tentang pandangan orang terhadap dirinya, sebab dia tahu ini dari Tuhan. Sebab dia yakin karena ini dari Tuhan, dia percaya ini adalah rencana Tuhan dan rencana Tuhan akan Tuhan genapi untuk kebaikan. Maka dia bersedia menjadi bagian dari rencana Tuhan. Dari percakapan pertama dengan Malaikat kita bisa melihat bahwa tidak ada spirit atau roh pemberontak dalam diri Maria. Memang kalau kita bandingkan kelahiran Yohanes Pembaptis, ayahnya seorang imam besar Zakharia, waktu dia diberitahukan bahwa nanti dia akan mempunyai anak di hari tuanya, responsnya adalah dia susah percaya. Tapi seorang Maria yang berusia belia, tidak memiliki pendidikan kerohanian yang tinggi tapi memiliki kerohanian yang begitu tinggi, maka dengan apa adanya dia langsung menerima, apa pun konsekuensi, dia berani tanggung karena dia tahu kalau dia berjalan di dalam rencana Allah, demikian juga kepada wanita yang tengah menghadapi masalah yang sama, yang penting lakukanlah semua seturut dengan cara dan kehendak Tuhan, yang terpenting adalah taatilah Tuhan. Jangan khawatirkan yang lainnya, Tuhan akan dapat menolong, Tuhan akan dapat memelihara kalau kita tahu bahwa kita berjalan di dalam kehendak Tuhan, benar-benar kita tidak perlu lagi takut akan konsekuensi dari manusia.
GS : Dan rupanya dia sangat yakin bahwa keluarganya pun juga memahami hal ini Pak Paul, dengan dia berkunjung ke rumah Elisabet dan ternyata Elisabet juga bisa menyambut Maria dengan baik.
PG: Dan bukan saja disambut tapi dikonfirmasi bahwa pada akhirnya bayi yang dikandung olah Maria adalah dari Allah sendiri. Makanya Elisabet langsung berkata bahwa, "Anak dalam kandungannya (Yoanes pembaptis) langsung melonjak seolah-olah bersukacita bisa melihat Yesus", bahkan masih dalam wujud kandungan ibunya.
GS : Memang kadang-kadang kita masih bisa mengabaikan pandangan masyarakat, tapi pandangan keluarga juga penting, karena kita tidak bisa lari. Tapi Maria cukup percaya diri untuk bisa melakukan itu.
PG : Yang kita bisa simpulkan adalah bahwa orang tua Maria pun juga tidak ada sedikitpun keraguan tentang integritas putri mereka, karena mereka melihat seperti apa puteri mereka, tidak mungkinputeri mereka ini akan mengarang sebuah cerita.
Kalau orang yang tidak percaya kepada anaknya akan dengan cepat menuduh anaknya, "Kamu mengarang cerita, mana mungkin Allah turun ke atas kamu dan kamu akan mengandung dan melahirkan anak dari Roh Tuhan yang Kudus itu, tidak mungkin. Kamu hanya mengarang cerita menutupi dosa dan aibmu," tapi itu tidak terjadi ! Dan rupanya orang tuanya memiliki kepercayaan yang penuh kepada puteri mereka, dia hanyalah seorang anak yang memang taat kepada Tuhan, hidup saleh di hadapan Tuhan. Maka mereka percaya, kalau itu yang dikatakan Maria berarti itu yang terjadi. Jadi kita bisa melihat sebuah keharmonisan dan Tuhan menetapkan ini semua terjadi di dalam sebuah keluarga yang Tuhan tahu akan sanggup menerima Maria dan memberi dukungan kepada dia tanpa harus menambahkan penderitaan Maria karena disalah mengerti.
GS : Jadi dalam hal ini sebenarnya peranan keluarga untuk bisa menerima Maria apa adanya ini sangat penting dan menolong Maria untuk bisa menjalani masa kehamilannya dengan baik, Pak Paul. Karena Yusuf sendiri pada mulanya juga mau menceraikan Maria dengan diam-diam.
PG : Betul sekali. Dan mungkin pendengar kita yang belum begitu mengerti tentang kebudayaan Yahudi akan bertanya-tanya, "Tadi dikatakan dia belum menikah, masih bertunangan tapi ada istilah maubercerai."
Karena memang di dalam adat istiadat mereka, ada tahapan-tahapan sebelum pernikahan. Jadi yang paling akhir adalah sebuah pesta pernikahan, namun sebelumnya itu ada yang disebut dengan pertunangan tapi pertunangan itu lebih serius lagi. Jadi sebuah pengikatan dengan sebuah kepastian, nanti hanya tinggal menunggu hari dimana mereka akan dinikahkan. Jadi statusnya sama yaitu mengikat tapi memang belum tinggal bersama. Tahap sebelum itu adalah tahap pertunangan seperti yang kita sudah kenal sekarang, dimana kedua orang itu akan dikenalkan misalkan mereka saling menyukai maka diikat sebagai tunangan dan itu masih dalam tahap pertama, dan statusnya memang tidak sama dengan pertunangan tahap kedua. Maria dan Yusuf rupanya sudah sampai pada pertunangan tahap kedua, maka kalau sampai berpisah, maka itu prosesnya sama persis dengan perceraian dalam pernikahan.
GS : Pak Paul, mungkin ada konsep lain yang perlu dipahami ?
PG : Yang terakhir adalah kita mesti memiliki konsep yang benar tentang dosa. Dosa adalah sikap dan tindakan melawan kehendak Allah karena tidak lagi mempercayai dan memperlakukannya sebagai Alah, Tuhan tidak membiarkan dosa, Tuhan menghukum perbuatan dosa.
Maria berkata di Lukas 2:48-53 "Sebab Tuhan memperhatikan kerendahan hambaNya, dan RahmatNya turun atas orang yang takut akan Dia, Ia menceraiberaikan orang yang congkak hatinya, Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar." Maria tahu bahwa Tuhan adalah Allah yang Kudus dan bahwa Tuhan menghukum perbuatan dosa, melawan kehendak Tuhan adalah dosa, kehamilan adalah bukti kehidupan yang Tuhan ciptakan dalam hidup kita, dalam tubuh kita dan itu berarti Tuhan menghendaki adanya kehidupan yang baru lewat tubuh kita. Firman Tuhan berkata di Mazmur 119:73, 139:16, "Tangan-Mu telah menjadikan aku dan membentuk aku, mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satupun dari padanya." Jadi janganlah kita berbuat dosa dan menghilangkan ciptaan Tuhan yang hidup yang telah dititipkannya kepada kita.
GS : Jadi kalau ada kehamilan di luar nikah dan direncanakan untuk melakukan aborsi, sebenarnya kita melakukan dosa dua kali, Pak Paul. Bisa terjadi suatu kehamilan itu sudah merupakan dosa dan melakukan pengguguran dengan aborsi ini menjadi dosa yang lain lagi, Pak Paul.
PG : Betul Pak Gunawan, kita jangan sampai menyelesaikan dosa dengan melakukan dosa yang lain. Maria memang memiliki pengertian yang jelas tentang dosa, Tuhan akan menceraiberaikan orang yang cngkak tapi Tuhan akan melimpahkan orang yang lapar.
Jadi dia tahu bahwa Tuhan akan menghukum dosa dan kita mesti memiliki konsep yang benar tentang dosa pula, jangan menambahkan dosa pula, kehamilan adalah bukti bahwa inilah yang Tuhan kehendaki, ada kehidupan dalam tubuh kita dan Dia menghendaki untuk kehidupan itu ada, jangan kita menghilangkannya. Jadi inilah yang Tuhan minta dari kita, saya mengerti ini semua tidak gampang dilewati, cobaan, godaan untuk aborsi akan sangat kuat dan sangat banyak, bahkan mungkin dari keluarga sendiri. Tapi kita mesti kembali kepada kita dan Tuhan, bagaimanakah kita bisa mempertanggungjawabkan semua ini di hadapan Tuhan. Jadi ingat kita dan Tuhan, lakukanlah apa yang Tuhan kehendaki dan berjalanlah di dalam kehendakNya itu.
GS : Kalau memang dia sudah menikah, dukungan suami terhadap istri sangat penting sekali Pak Paul, kalau suaminya justru menganjurkan untuk aborsi maka ini akan memposisikan si calon ibu ini dengan kondisi yang sangat sulit sekali.
PG : Betul. Memang dalam hal ini si ibu juga harus tegas tapi juga harus dengan lembut menyadarkan suami bahwa kita jangan melihat anak ini tapi kita lihat Tuhan, Tuhan yang memberikan maka Tuhn akan memelihara kita.
Apakah nanti kita yang memeliharanya itu masalah kedua, mungkin Tuhan menghendaki anak ini dipelihara oleh orang lain yang memang lebih sanggup. Jadi bicaralah kepada suami seperti itu, kalau suaminya berkata, "Baiklah kita pelihara sama-sama, kita sayangi anak ini, kita percayakan kepada Tuhan hidup kita ini." Jadi sekali lagi fokusnya tidak lagi pada si anak, tapi pada Tuhan dan kita dengan Tuhan.
GS : Terima kasih sekali Pak Paul untuk perbincangan kali ini. Para pendengar sekalian kami mengucapkan banyak terima Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Aborsi." Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 58 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.