Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen dan kali ini saya akan ditemani oleh Ibu Ester Tjahja, kami akan berbincang-bincang dengan Bp.Pdt.Dr.Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara, Malang. Perbincangan kami kali ini tentang "Mengelola Waktu." Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
Lengkap
GS : Pak Paul, semua orang sebenarnya oleh Tuhan diberikan waktu yang sama, sehari 24 jam, seminggu 7 hari. Tapi kita sering mendengar sebagian orang yang mengatakan saya tidak mempunyai waktu, tapi ada juga sebagian kecil orang yang berkata saya mempunyai cukup banyak waktu. Sebenarnya faktor apa yang membedakan?
PG : Memang ada beberapa kemungkinan Pak Gunawan, yang pertama memang ada orang yang sangat sibuk. Artinya setelah satu selesai, ada satu tugas lain yang menunggu, terus berderet seperti itu shingga dia merasa tidak ada lagi waktu untuk mengerjakan hal-hal yang lain, tapi ada juga orang yang berkata tidak mempunyai waktu, bukan karena banyaknya tugas-tugas yang harus dikerjakan, melainkan dia memang tidak bisa mengatur waktu.
Sehingga ada hal-hal yang seharusnya tidak dikerjakan sekarang eh....dikerjakan sekarang. Ada hal-hal yang seharusnya memakan waktu sedikit, dia ulur-ulur sehingga memakan waktu yang panjang. Jadi saya kira ada orang-orang yang memang tidak bisa mengelola waktu dengan baik sehingga selalu mengeluh kekurangan waktu.
GS : Kalau ada orang yang berkata waktu saya banyak, apakah memang betul begitu?
PG : Ada kemungkinan juga Pak Gunawan, yang pertama memang dia pengangguran, sehingga waktunya banyak sekali karena tidak ada kegiatannya. Tapi ada juga orang yang bisa mengatur waktu dengan bik, bisa mendelegasikan tugasnya sehingga dia lebih banyak waktu yang dapat dia sumbangsihkan.
Memang tidak banyak orang seperti ini juga yang benar-benar dengan tepat bisa mengatur waktunya, pekerjaannya, sehingga akhirnya dia bisa mendapatkan ekstra-ekstra waktu.
ET : Kadang-kadang tuntutan di zaman sekarang ini yang memang tuntutan yang serba cepat, sehingga mungkin sepertinya bisa mempunyai waktu untuk menyelesaikan pekerjaan, tetapi ada aspek yang lan yang terabaikan.
Jadi mempunyai waktu untuk pekerjaan, tapi tidak mempunyai waktu untuk keluarga, tidak mempunyai waktu untuk pelayanan, nah ini bagaimana?
PG : Memang semuanya terpulang pada satu hal, Ibu Ester yaitu prioritas. Sebenarnya kalau berbicara prioritas, kita membicarakan apakah yang penting bagi kita, itu sebabnya ada orang-orang yan tidak ada waktu untuk satu hal, punya waktu untuk hal lain, dan ini menjadi bahan pertengkaran di rumah tangga.
Karena pasangan kita bisa berkata, untuk ini tidak ada waktu, untuk yang kamu sukai ada waktu, memang itu yang terjadi Ibu Ester. Jadi sebetulnya kalau kita membicarakan penggunaan waktu, kita tidak bisa tidak harus kembali pada prioritas, sesungguhnya apa yang penting bagi kita. Sebab sistem nilai kita ini, apakah yang penting bagi kita sesungguhnya memandu pengelolaan waktu kita, untuk apakah akhirnya waktu itu kita gunakan.
GS : Nah dalam hal menentukan prioritas, bukankah tiap-tiap orang berbeda, Pak Paul?
PG : Betul sekali, nah sekarang kita sebagai anak-anak Tuhan kita pertama-tama harus mempunyai perspektif yang tepat dulu tentang waktu, ini yang seharusnya mendasari prioritas kita nanti. Jad apapun prioritas kita, saya kira dasarnya atau kerangka pikirnya harus sama, sebagai anak-anak Tuhan.
Kita sering kali berpikir bahwa yang terpenting adalah produktif, banyak, menghasilkan, tapi sebetulnya kalau kita perhatikan di dalam firman Tuhan, yang menjadi penekanan utama sesungguhnya bukanlah banyak, produktif atau menghasilkan. Sebab kalau kita perhatikan secara ukuran manusia Tuhan itu kurang produktif, dalam pengertian manusia Tuhan itu kadang-kadang seakan-akan membuang-buang waktu. Misalnya, Tuhan membiarkan Musa 40 tahun berada di Mesir, setelah itu 40 tahun lagi di Median sebagai seorang gembala, barulah sisa hidupnya yang 40 tahun terakhir itu Tuhan gunakan untuk mengeluarkan orang Israel dari Mesir masuk ke tanah Kanaan. Dengan kata lain kalau kita berkata, sebetulnya usia prima Musa itu usia 40-80, 80-120 itu usia orang sudah uzur meskipun Musa sehat. Tapi bukankah keefektifannya, puncak-puncaknya, prima-primanya dia justru di usia pertengahan 40-80, tapi justru di usia pertengahan itu Tuhan menyuruh Musa menyepi, berdiam diri, di Median. Dengan kata lain, secara ukuran manusia Tuhan tidak produktif. Jadi waktu kita membicarakan mengenai waktu, kita mesti pertama-tama melihat dari kacamata Tuhan, apakah yang penting bagi Tuhan dan bagaimanakah cara Tuhan bekerja. Ternyata dalam kamus Tuhan, cara Tuhan bekerja itu sering kali berlainan dengan manusia. Bagi manusia yang penting produktif, menghasilkan dan waktu kita melihat bahwa kita menghasilkan dan produktif kita puas, dan berkata tidak sia-sia. Tapi ternyata di mata Tuhan belum tentu yang produktif dan menghasilkan itu yang dianggap tepat sasaran atau itu yang dianggap sesuai dengan kehendak Tuhan. Justru kita melihat berkali-kali dalam contoh-contoh di Alkitab yang penting adalah melakukan kehendak Tuhan. Saat di mana Tuhan kehendaki apa yang Dia minta kita lakukan, itulah yang kita lakukan, di saat itulah kita menjadi efektif. Jadi akhirnya saya simpulkan, dalam hal penggunaan waktu dari kacamata Tuhan yang terpenting adalah efektif. Dan definisinya efektif adalah melakukan yang Tuhan kehendaki pada saat itu juga. Nah bisa jadi di ukuran manusia justru tidak produktif. Contoh-contoh lain yang misalnya bisa kita munculkan, seseorang yang cerdas, yang bisa mempunyai gelar-gelar yang tinggi-tinggi kemudian menjadi hamba Tuhan. Orang berkata, "Aduh...buang waktu, ngapain kerjakan beginian, hidup kamu 'kan bisa lebih produktif di tempat lain, menjadi ini, menjadi itu." Sekali lagi dalam kacamata Tuhan, penggunaan waktu yang Tuhan inginkan adalah melakukan kehendak Tuhan, itu yang namanya efektif. Jadi bukan hanya produktif semata.
ET : Mungkin karena terjebak dengan kata menggunakan waktu itu, jadi seolah-olah harus ada hasil. Belum lagi falsafah dunia ini mengatakan waktu adalah uang, jadi memang seolah-olah semua kaitnnya dengan apa yang kita hasilkan.
PG : Dan ini yang harus kita ubah sebagai anak-anak Tuhan, kita tidak bisa berkata, "Waktu adalah uang." Waktu adalah kesempatan yang Tuhan berikan mengerjakan kehendakNya. Kita mendefinisikanya sebagai kesempatan, jadi kita tidak mendefinisikannya sebagai hitungan satuan, menit, detik dan sebagainya.
Bukan demikian, tapi kita membicarakannya sebagai sebuah blok, sebuah kesempatan untuk melakukan kehendak Tuhan. Ini yang seharusnya menjadi prioritas kita, cara pikir kita memandang soal penggunaan waktu.
GS : Dan itu berarti harus kita pertanggungjawabkan di hadapan Tuhan, Pak Paul?
PG : Tepat sekali Pak Gunawan, karena ini adalah kesempatan yang Ia berikan kepada kita, kita harus gunakan sesuai kehendak-Nya, agar rencana-Nya tergenapi.
GS : Jadi kalau kita melihat produktif atau tidak, mungkin menjaga anak atau bermain-main dengan anak itu kelihatannya tidak produktif tapi bukankah nilainya bisa tinggi di mata Tuhan.
PG : Point yang bagus sekali Pak Gunawan, ini sering kali menjadi keluhan bagi sebagian ibu-ibu muda yang terpaksa harus diam di rumah karena ada anak dan sebagainya. Mereka berkata, "Saya memuang-buang waktu, karier saya bunuh, gara-gara sekarang ada anak dan keluarga," tapi (itu cara pandang dunia, marilah kita melihatnya dari cara pandang Tuhan).
Waktu bukan satuan menit lagi, dan kita harus menggunakan satuan menit itu dengan semaksimal mungkin, jangan sampai ada satupun terbuang tanpa terhitung. Waktu adalah kesempatan yang Tuhan berikan kepada kita untuk melakukan kehendakNya. Kalau kehendak-Nya sekarang adalah kita menjaga anak-anak, biarkan. Sama seperti misalkan gara-gara kita sakit, kita sekarang harus berdiam diri di rumah, "Aduh buang waktu ini, kita tidak bisa berbuat apa-apa." O......tidak, dalam rencana Tuhan, tidak ada yang namanya buang waktu, itu adalah kesempatan yang Tuhan berikan untuk melakukan kehendak-Nya. Dan mungkin saja kehendak-Nya adalah berdiam di rumah saat ini, beristirahatlah, sebab ada hal lain yang lebih penting yang engkau harus kerjakan untuk-Ku. Seperti Paulus di penjara, bertahun-tahun di penjara, tapi bagi Paulus itu bukan pembuangan waktu, sebab di penjaralah dia menjadi berkat buat orang lain, dia menjadi berkat buat kepala penjara, dia bisa memenangkan penjaganya. Jadi sekali lagi kesempatan yang Tuhan berikan kepadanya, dan tidak ada lagi istilah membuang waktu, kalau kita melihatnya dari kacamata itu.
ET : Ya karena memang di kalangan orang-orang Kristen sendiri juga tidak ada konsep layanilah Tuhan, sehingga akhirnya memang menggunakan setiap kesempatan untuk melayani Tuhan terlibat dalam playanan, namun kembali lagi soal prioritas, keluarga yang terabaikan.
PG : Betul sekali, jadi akhirnya yang disoroti adalah aktifitasnya, sehingga kalau kita tidak mempunyai aktifitas sama sekali, rasanya kita tidak hidup dalam kehendak Tuhan. Sama sekali tidak epat.
Seperti tadi saya singgung tentang Musa, secara ukuran manusia prima-primanya Musa pada umur 40-80, Tuhan tidak memakai Musa umur segitu. Tuhan memakai Musa umur 80-120, sudah uzur tapi buat Tuhan itulah kesempatan. Usia 40-80 kesempatan Musa untuk diam dan untuk belajar bersabar, beriman, mengendalikan diri dalam Tuhan. Itu ternyata hal yang lebih penting daripada buru-buru ke Mesir membebaskan Israel dari penindasan Mesir saat itu. Ada yang lebih penting lagi, dan kita tahu memang tugas memimpin umat Israel selama 40 tahun di padang gurun memang tugas yang berat, tanpa persiapan yang Tuhan berikan kepada Musa, tidak mungkin Musa dapat melaksanakan tugasnya itu. Tanpa Musa di tanah Median 40 tahun, tidak mungkin Musa mengerti maksud Tuhan dalam hidupnya. Jadi sering kali itu yang terjadi, kita menerima sesuatu dari Tuhan, kita tidak melihatnya sebagai suatu kesempatan yang Tuhan berikan kepada kita untuk menggenapi pekerjaan atau rencana-Nya. Kita melihatnya, "Aduh.....saya ini membuang-buang waktu." Tidak demikian, jadi sekali lagi kita harus menggunakan kacamata Tuhan sewaktu kita memandang masalah waktu.
GS : Tapi sebaliknya ada sebagian orang yang sengaja bermalas-malasan dan itupun kitab suci dengan tegas mencela sikap seperti itu.
PG : Betul, Paulus memang dengan tegas mengatakan kita jangan "idle", artinya buang-buang waktu yang tidak ada juntrungannya, Tuhan tidak senang. Tuhan juga berkata kalau tidak bekerja, tidak akan artinya bertanggung jawablah atas hidup ini.
Jangan akhirnya kita menjadi tidak bertanggung jawab dan malah mencoreng nama Tuhan. Jadi memang mesti ada keseimbangan dalam hal ini, Pak Gunawan.
GS : Saat-saat seperti sekarang ini sering kali orang mengatakan, waktu itu begitu cepat berlalu, walaupun ada sebagian orang yang mengatakan rasanya tidak maju-maju hari ini. Sebenarnya faktor apa yang bisa menyebabkan orang merasakan cepat berlalu, kadang-kadang lama sekali, Pak Paul?
PG : Biasanya memang berapa banyak yang harus kita kerjakan, itu akan mempengaruhi perasaan kita dalam mengukur cepat lambatnya waktu. Makin banyak hal yang harus kita kerjakan, secara psikolois kita tiba-tiba merasa diburu.
Waktu kita merasa diburu, berarti secara mental kita seolah-olah sedang berlari dan seolah-olah kita sedang berlari melewati saluran waktu dengan sangat cepat sekali. Makanya kita berkata waktu kok cepat sekali habis, karena memang banyak hal yang harus kita kerjakan dan se mua itu seolah-olah memburu kita. Dan karena kita diburu, kita berlari berarti kita menjalani saluran waktu atau terowongan waktu ini dengan sangat cepat sekali. Tapi ada orang yang berkata waktu ini sangat lambat, bisa jadi karena memang tidak banyak yang dikerjakannya atau dia memang mempunyai konsep yang sangat jelas bahwa satu dulu selesai, nanti yang lain bisa tunggu. Tidak apa-apa, saya tidak harus buru-buru menyelesaikan yang lain, nah ada orang yang seperti itu juga. Orang yang seperti ini cenderung akan berkata, "saya ada waktu". Sebab dia akan fokuskan yang satu dulu sampai selesai, baru dia kerjakan yang lain. Dan kapan selesainya? Ya kapannya selesai ya baru selesai tidak harus memberikan tenggang waktu.
GS : Selain kita menetapkan prioritas di dalam menetapkan waktu, apakah ada hal lain yang perlu kita pikirkan di dalam mengelola waktu ini?
PG : Ada Pak Gunawan, tadi saya sudah singgung tentang konsep waktu dari kacamata Allah. Yang berikutnya lagi adalah tentang kita mesti mempunyai tujuan akhir, Pak Gunawan. Sebab penggunaan wktu sekarang ini seharusnya diikat dan dipandu oleh tujuan akhirnya.
Saya mau mengutip perkataan dari seorang psikiater Kristen yang bernama Scott Pack, dia berkata: "terpenting bukanlah menghasilkan banyak dalam satu hari atau dalam satu jam, yang terpenting adalah bagaimana menghasilkan sesuatu yang bermakna dalam satu kurun hidup kita". Jadi menarik sekali konsepnya, dia tidak melihat atau meneropong waktu dari sudut jam atau hari, berapa banyak yang bisa dihasilkan dalam satu kurun yaitu hari atau jam. Dia mengatakan dalam satu masa kehidupan, apa yang bisa kita perbuat yang bermakna dan berguna. Dengan kata lain, kalau dalam satu kurun kehidupan kita menghasilkan satu saja hal yang bermakna, itupun sudah berharga dan tidak sia-sia. Saya kira ini menolong kita untuk melihat sebenarnya apa tujuan hidup kita, nah ini akan menentukan waktu yang akan kita gunakan. Sebab semua ini waktu seolah-olah seperti kendaraan yang sedang kita naiki untuk sampai ke tujuan itu. Kalau kita kembali kepada firman Tuhan, tujuan hidup memang pada akhirnya untuk mengenal Tuhan, melakukan kehendak-Nya dan memuliakan-Nya. Jadi pertama kita harus mengenal Tuhan dulu, itu tujuan hidup kita. Dan yang kedua, setelah kita mengenalnya kita benar-benar mencoba untuk melakukan kehendak-Nya, apa itu yang dititipkan untuk kita kerjakan. Dan yang terakhir, muliakanlah Dia melalui apa pun yang kita kerjakan itu. Kalau kita sadari itulah tujuan hidup kita, maka waktu yang akan kita gunakan bisa kita sesuaikan. Kita sesuaikan untuk apa ini, apakah sesuai dengan tujuan akhir; untuk apa ini, apakah memang menolong kita mencapai tujuan akhir itu. Yang tidak, kita mulai pangkas, yang seharusnya ada tapi belum, itu kita pikirkan untuk nanti kita masukkan ke dalam jadwal kehidupan kita.
ET : Pada kenyataannya ketika kita sudah menjalaninya, melewati lorong waktu ini, mudah sekali buat kita terjebak dengan tuntutan-tuntutan yang lain, yang sepertinya juga baik, yang memang haru kita lakukan.
Nah untuk menjaga agar tidak mudah terombang-ambing menengok ke kiri-kanan ini bagaimana, Pak Paul?
PG : Ada prinsip yang sering kali diajarkan oleh para pakar mengenai pembagian waktu, penggunaan waktu yaitu harus selalu kita bedakan antara yang mendesak dan yang penting. Yang mendesak belu tentu penting, yang penting belum tentu mendesak, namun selalu yang harus kita utamakan yang penting.
Tapi definisi penting ini juga relatif, sebab tadi prinsip sebelumnya yang baru saja saya ungkapkan harus selalu kita ketahui, tujuannya apa, ke mana. Kita sebetulnya menjalani hidup, sebetulnya menjalani waktu tapi waktu itu seperti kendaraan, yang penting bukannya kendaraannya, yang penting adalah tujuannya. Nah kalau kita sudah jelas dengan tujuannya, kita akan tahu apa yang penting, dan kita harus memang sering kali mengecewakan orang, melukai hati orang, karena tidak bisa memenuhi permintaan mereka. Tapi kita harus kembali lagi memang kepada apa yang penting, sehingga kita tidak terjebak dan dihisap oleh apa yang mendesak. Sebab lingkungan kita itu karena masing-masing mempunyai kepentingan atas diri kita, kemungkinan akan menyedot, supaya apa yang penting buat mereka, apa yang baik buat mereka dapat kita berikan kepada mereka. Tidak selalu harus kita turuti, kita harus melihat juga apa yang penting dan itu yang nantinya kita utamakan.
GS : Sulitnya itu kalau memang seperti tadi Pak Paul katakan itu menolak undangan orang atau menolak permintaan orang. Itu kita secara tidak sengaja menyakiti hatinya atau paling tidak mengecewakan, nah ini bagaimana Pak Paul?
PG : Betul sekali Pak Gunawan, karena kita juga tidak enak mengecewakan orang. Dan adakalanya apa yang penting buat kita, adakalanya memang bisa kita korbankan, kita jangan sampai kaku. Kita embali pada prinsip yang pertama tadi, waktu adalah kesempatan yang Tuhan berikan agar kita melakukan kehendak-Nya.
Adakalanya kesempatan itu berlawanan dengan yang kita anggap penting, sehingga pada waktu kita melakukannya kita berkata: "Ah....ini tidak penting buat kita, buat tujuannya dan sebagainya." Namun siapa tahu ini adalah kesempatan yang memang dari Tuhan. Contoh, waktu Abraham dikunjungi oleh Malaikat. Malaikat mengunjunginya dalam penampakan seorang manusia, awalnya Abraham tidak tahu bahwa dia adalah Malaikat tapi karena dia baik hati, ramah, Abraham mengundang, "Ayo datang.........makan dulu, istirahat, ngobrol-ngobrol." Abraham memang seorang yang sangat baik, tidak kenal sama mereka tapi tetap diundang masuk diajak makan. Nah setelah itu semua terjadi, ngobrol, makan, dan sebagainya barulah Malaikat itu mengatakan siapa dirinya bahwa mereka adalah utusan Tuhan. Dan membawa kabar yang sangat dinantikan oleh Abraham, bahwa dia akan mempunyai keturunan yaitu anak perjanjian yakni Ishak yang nanti akan menjadi saluran atau garis keselamatan untuk manusia. Jadi intinya adalah itu terjadi setelah Abraham "buang-buang waktu" melakukan hal-hal yang tidak terlalu penting, mengundang orang makan dan sebagainya. Tapi itulah kesempatan yang Tuhan berikan, menjadi hal yang sangat luar biasa penting. Sekali-sekali kita harus berani mengorbankan diri, jangan diikat oleh ini tidak penting, saya hanya mau melakukan hal yang penting buat tujuan akhir saya. Makanya prinsip pertama dan kedua harus selalu kita seimbangkan. Di satu pihak, lihatlah ini adalah hal penting atau tidak penting, sesuai dengan tujuan kita atau tidak, akhirnya apa. Di pihak yang lain jangan lupa kesempatan, waktu itu bukannya menit tapi kesempatan, siapa tahu ini adalah kesempatan yang memang Tuhan anugerahkan kepada kita.
ET : Jadi kadang-kadang perlu mengijinkan interupsi-interupsi terjadi dalam diri kita, Pak?
PG : Sebab bisa jadi interupsi adalah kesempatan yang Tuhan sedang berikan pada kita agar melakukan kehendak-Nya.
ET : Tetap berkaitan dengan pedoman tadi bagaimana menerapkan hal itu dalam penggunaan waktu luang kita Pak Paul?
PG : Nah menurut saya waktu luang bisa kita gunakan secara santai untuk kepentingan diri yaitu untuk merawat diri, untuk menyenangkan hati, selama dalam koridor kekudusan Tuhan, kebenaran Tuhan tidak dalam koridor dosa.
Jadi waktu luang gunakanlah untuk merawat diri. Kita ini perlu perawatan, bukan saja kita perlu merawat orang di sekitar kita, kita pun perlu perawatan, syukur-syukur kalau orang lain merawat kita, juga mengingat kita dan sebagainya. Namun jangan 100% bergantung pada uluran tangan orang untuk merawat kita. Kita harus bergantung pada diri kita sendiri juga untuk merawat diri. Apa misalnya yang senang kita lakukan pada hari senggang, waktu ada, misalnya membaca; membaca itu sangat produktif, sangat baik sekali untuk jiwa kita, lakukanlah hal seperti itu untuk benar-benar merawat diri kita sendiri.
GS : Mengelola waktu atau menggunakan waktu itu sendiri secara bertanggung jawab, itu bukan sesuatu yang mudah setelah perbincangan ini kita lakukan. Nah bagaimana kita menanamkan nilai-nilai ini kepada anak-anak kita?
PG : Saya kira pada masa anak-anak, kita itu hanya tegaskan kepada anak-anak, lakukanlah kewajiban, jadi kita melatih mereka bertanggung jawab atas kewajiban atau tugas yang mereka emban. Hany itu saja, karena ini adalah cikal bakalnya.
Kalau kita sudah bisa bertanggung jawab dengan tugas yang telah diberikan kepada kita, kita mempunyai disiplin, disiplin untuk menggerakkan diri kita mencapai target-target yang memang kita harus capai. Jadi untuk anak-anak saya kira nomor satu itu. Kedua, kita juga mau melatih anak-anak untuk bisa merawat diri, melakukan hal-hal yang menyegarkan dirinya, menggunakan waktunya untuk bisa kembali memberi makan kepada jiwanya. Nah jangan sampai anak kita menjalani hidup yang tidak berimbang, bisanya hanya belajar saja. Tidak ada yang namanya sosialisasi, ngobrol dengan teman, pergi dengan teman, tidak ada yang namanya baca, main sendiri; kalau itu kehidupan anak-anak kita, kita seharusnya khawatir karena kita melihat ini tidak lagi seimbang. Maka kita mau mengajak anak kita untuk menggunakan waktu juga secara seimbang. Jadi point pertama adalah bertanggung jawab, tugas-kerjakan sebaik-baiknya. Kedua, memang gunakan waktu seimbang, sehingga diri kita bertumbuhnya juga seimbang. Nah kalau dua hal ini bisa kita tanamkan pada anak-anak, ini sudah sangat penting sekali. Sudah remaja, kita baru masukkan konsep yang berikutnya, tentang kesempatan yang Tuhan berikan. Bahwa waktu adalah kesempatan yang Tuhan berikan kepada kita untuk menggenapi rencana-Nya dalam hidup kita, sehingga mereka mulai memikirkan apa itu yang Tuhan kehendaki dalam hidup mereka. Dan kalau mereka sudah mulai remaja lebih besar lagi, kita mulai membahas tentang apa tujuan akhir hidup mereka. Dan susunlah hidup ini sesuai dengan tujuan akhir itu, sehingga nanti mencapai tujuan akhir tersebut.
GS : Di samping kita sendiri harus bertanggung jawab di dalam menggunakan waktu kita, sebenarnya kita juga terpanggil untuk menghargai waktu orang lain.
PG : Ini point yang bagus sekali Pak Gunawan, sehingga kita tidak hidup egois, pokoknya yang penting orang mengerjakannya untuk kita, orang harus selalu mengerti kita; kita pun perlu menghargaiwaktu orang.
GS : Nah di dalam kaitan ini apakah ada ayat firman Tuhan yang ingin Pak Paul sampaikan?
PG : Saya akan bacakan dari Efesus 5:15-17, "Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakalah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat.
Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan." Jadi sekali lagi penekanannya pada memahami waktu ialah kesempatan yang Tuhan berikan, untuk kita melakukan kehendak Tuhan. Jangan sampai kita akhirnya ditelan oleh waktu, waktu adalah kendaraan untuk mencapai tujuannya itu, tujuan akhir kehidupan kita yaitu untuk memuliakan Tuhan, untuk mengenal Tuhan, untuk melakukan kehendak Tuhan. Justru waktu itu yang akhirnya memakan kita dan kita kehilangan target dan tujuan hidup itu. Orang yang kehilangan adalah orang yang bodoh, mereka akan dimakan oleh waktu, tapi orang yang arif adalah orang yang menggunakan waktu untuk sampai pada tujuan.
GS : Terima kasih Pak Paul juga Ibu Ester terima kasih, para pendengar sekalian, kami juga mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp.Pdt.Dr.Paul Gunadi dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Mengelola Waktu". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini, silakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen atau LBKK Jl. Cimanuk 58 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id kami juga mengundang Anda untuk mengunjungi situs kami di www.telaga.org Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan. Akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara Telaga yang akan datang.