Sikap Kristiani di dalam Pekerjaan II

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T339B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Semua orang memerlukan pekerjaan dan hampir separuh hidup kita dihabiskan di dalam pekerjaan. Oleh karena itu pekerjaan memainkan peran yang besar di dalam kehidupan. Bila kita tidak merasakan kepuasan, tidak bisa tidak, kita akan mengalami ketertekanan yang besar. Sebaliknya, bila kita merasakan kepuasan, kita pun akan mengalami sukacita yang besar. Diuraikan tiga faktor untuk mengetahui apakah pekerjaan kita memuaskan, antara lain
(a) kepuasan versus kewajiban,
(b) ideal versus realistik, dan
(c) benar versus salah.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Bekerja adalah bagian hidup yang penting. Hampir separuh hidup kita dihabiskan di dalam pekerjaan. Itu sebabnya kepuasaan dalam pekerjaan memainkan peran yang besar di dalam kehidupan. Bila kita tidak merasakan kepuasan, tidak bisa tidak, kita akan mengalami ketertekanan yang besar. Sebaliknya, bila kita merasakan kepuasan, kita pun akan mengalami sukacita yang besar.
Berkaitan dengan pekerjaan, setidaknya ada tiga faktor yang kerap menjadi ketegangan (tension), yaitu

  1. kepuasan versus kewajiban,
  2. ideal versus realistik, dan
  3. benar versus salah.
  4. Sekarang marilah kita melihatnya satu per satu.

KEPUASAN VERSUS KEWAJIBAN

Pada dasarnya kita mengalami kepuasan dalam bekerja bila apa yang dikerjakan merupakan ekstensi atau kepanjangan diri kita. Ekstensi atau kepanjangan diri melibatkan sedikitnya dua unsur: (a) karunia atau talenta dan (b) misi hidup.
Pada umumnya kita baru mengalami kepuasan dalam bekerja bila apa yang dikerjakan sesuai dengan karunia atau talenta yang kita miliki.
Pada kenyataannya Tuhan tidak selalu menyediakan pekerjaan yang membawa kepuasan. Sebab, tidak selalu kita mengerjakan pekerjaan yang sesuai dengan talenta yang kita miliki.
Pada waktu itu terjadi, tidak bisa tidak, bekerja berubah menjadi kewajiban, bukan lagi kepuasan. Singkat kata kepuasan dari misi hidup tidak harus senantiasa lahir dari kepuasan dari kesesuaian talenta. Bisa jadi kita tengah melakukan pekerjaan yang sama sekali tidak membawa kepuasan namun itulah tempat yang dikehendaki Tuhan bagi kita guna penggenapan rencana-Nya.

Berikut adalah dua contoh yang meneguhkan hal ini. Oleh karena kejahatan saudara-saudaranya, Yusuf harus hidup di dalam penderitaan berbelasan tahun (atau bahkan lebih) dan melakukan pekerjaan yang tidak pernah diimpikannya yaitu menjadi seorang budak. Bahkan di penggalan akhir dari masa kelamnya, ia harus mendekam di penjara. Namun itulah tempat yang ditetapkan Tuhan baginya. Ketika ia berkumpul kembali dengan keluarganya dan melewati masa kekeringan yang berkepanjangan, barulah Yusuf mengerti mengapa Tuhan menempatkannya di tempat yang tidak pernah diimpikannya itu. Tuhan mengutusnya untuk pergi ke Mesir agar ia dapat menyediakan kebutuhan keluarganya di masa paceklik berkepanjangan. Singkat kata, Yusuf menemukan kepuasan karena ia melihat misi hidup dari apa yang dijalankannya.

Contoh kedua adalah Shirley Dobson, istri dari Dr. James Dobson, psikolog Kristen di Amerika yang merintis pelayanan Focus on the Family. Pada suatu saat yayasan Focus on the Family memutuskan untuk memindahkan kantor pusat mereka dari California ke Colorado oleh karena alasan finansial. Dr. Dobson dan istrinya telah hidup berakar di Los Angeles, California. Jadi, keputusan relokasi bukan keputusan yang mudah bagi mereka, terutama bagi Shirley Dobson. Namun, ia tetap taat dan bersedia pindah ke Colorado Springs, Colorado, meninggalkan kehidupan yang lama. Pada tahun-tahun pertama Shirley Dobson mengalami ketidakpuasan yang dalam. Ia sangat tidak bahagia dan kehilangan teman serta kehidupan yang lama di California. Dr. Dobson bercerita, di suatu pagi istrinya merasa sedih dan mengeluarkan uneg-uneg hatinya kepada Dr. Dobson. Nah, di saat itu tiba-tiba Shirley mendengar Tuhan berkata kepadanya, "Shirley, Aku tidak mementingkan kebahagiaanmu. Namun Aku mementingkan apakah engkau hidup di dalam kehendak-Ku atau tidak." ("I am not concerned with your happiness but I am concerned with whether or not you are in My will.") Pada saat itulah Shirley Dobson mengambil keputusan untuk tidak lagi mengeluh dan untuk sepenuhnya menerima kehendak Tuhan baginya.

Jadi, kesimpulannya adalah kadang Tuhan menempatkan kita di pekerjaan yang sesuai talenta tetapi adakalanya Ia menempatkan kita di pekerjaan yang tidak sesuai dengan talenta. Bila itu terjadi, kita harus tetap menemukan dan berpegang pada misi hidup yaitu menggenapi rencana Tuhan lewat apa yang dikerjakan.

Di dalam pesannya kepada para wisudawan/wisudawati Denver Seminary di tahun 1979, Dr. Vernon Grounds mengingatkan, "Tuhan memanggil kita untuk setia, Tuhan tidak memanggil kita untuk selalu sukses." ("God calls us to be faithful, not necessarily to be successful.") Pada waktu pekerjaan berubah menjadi kewajiban, di saat itulah kita ditantang untuk setia.

IDEAL VERSUS REALISTIK

Idealnya kita bekerja melakukan pekerjaan yang sesuai talenta dan bekerja di dalam lingkungan yang mendukung. Maksud saya, kita bekerja dengan manajemen yang terstruktur rapi di mana kebijakan dilaksanakan dengan adil untuk kepentingan bersama. Dan satu hal lagi: Kita bekerja dengan teman-teman yang ramah, saling tolong, dan tidak ambisius. Namun pada kenyataannya, tidak selalu kita mendapatkan lingkungan kerja seperti itu. Kadang kita ditempatkan di lingkungan yang tidak mendukung sama sekali. Pada waktu kita harus berada di lingkungan kerja yang tidak kondusif, biasanya kita merasa tertekan. Kita berusaha untuk mengadakan perbaikan tetapi tidak selalu usaha memperbaiki membawa hasil yang diharapkan. Kadang justru sebaliknya yang terjadi: Kita malah dikucilkan! Alkitab memberi kita dua contoh dari satu orang yang sama yaitu Daniel.

Daniel melayani tiga raja: dua dari Kerajaan Babilonia yaitu Nebukadnezar dan putranya Belsyazar, satu dari Kerajaan Persia yakni Darius. Dapat disimpulkan ketiganya adalah penguasa yang mengidolakan diri sendiri dan kejam. Sebagai seorang bawahan dan jajahan, Daniel harus mengabdi kepada ketiganya. Satu hal lagi, pada masa Darius, ia harus bekerja sama dengan rekan yang iri dan berniat mencelakakannya. Singkat kata Daniel bekerja di lingkungan kerja yang jauh dari ideal. Itu sebabnya ia harus bersikap bijaksana dan realistik. Sewaktu Nebukadnezar berniat membunuh semua orang bijak di negerinya karena mereka tidak bisa memberi makna terhadap mimpinya, Daniel berhasil meyakinkan atasannya untuk memberinya kesempatan mengartikan mimpi raja. Singkat kata, Tuhan memakai Daniel menghentikan niat raja membunuh begitu banyak orang yang tidak bersalah. Tuhan pun memakai Daniel menjadi mulut-bibir Tuhan kepada para raja ini. Kepada masing-masing raja Tuhan mempunyai pesan dan Tuhan memakai Daniel untuk menjadi penyampai pesan kepada mereka. Namun memang untuk dapat bertahan, Daniel harus bersikap realistik; ia tidak bisa menuntut para raja ini untuk memerintah sesuai kehendak Tuhan. Ia harus menerima mereka sebagai orang berdosa yang akan berbuat dosa. Di dalam lingkungan kerja yang tidak kondusif Daniel menggenapi rencana Allah.

Sebagai pedoman ada beberapa hal yang dapat kita lakukan di dalam lingkungan kerja yang tidak ideal. Pertama, kita seyogianya menerapkan Kolose 3:23, "Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia." Dengan kata lain kita alihkan pandangan mata dari atasan atau rekan atau kebijakan kepada Tuhan. Kita tidak lagi melihat manusia, tetapi kita melihat Tuhan. Kita tidak bekerja bagi manusia, tetapi bagi Tuhan. Kita mengatakan kepada diri sendiri bahwa selama kita bekerja dengan manusia, kita akan terus menjumpai ketidakadilan dan ketidakberesan. Itu sebabnya kita tidak lagi mempersoalkan mereka; kita bekerja hanya untuk Tuhan sebab Dia-lah yang menilai pekerjaan kita.

Namun saya pun mafhum bahwa tidak selamanya kita dapat melakukannya. Kadang tekanan menjadi terlalu besar dan kita tidak lagi dapat bekerja secara efektif. Di dalam situasi itu, daripada kita terus protes dan menambahkan ketegangan di dalam lingkungan kerja, lebih baik kita mengundurkan diri. Kita dapat mengundurkan diri sepenuhnya atau jika memungkinkan, sebagian saja. Maksud saya dengan sebagian adalah, kita hanya mengundurkan diri dari situasi yang paling tidak memungkinkan kita bekerja secara efektif.

BENAR VERSUS SALAH

Adakalanya kita bekerja di tempat di mana kita dapat menyalurkan talenta dan di dalam lingkungan teman yang memperhatikan kita. Namun jenis pekerjaan yang dilakukan adalah tidak benar. Misalkan, kita bekerja di bidang pembukuan yang memang sesuai dengan karunia. Kita pun dikelilingi rekan yang baik kepada kita. Masalahnya adalah kita bekerja di perusahaan yang terlibat dalam pencucian uang, di mana uang yang masuk dan keluar adalah hasil dari kejahatan.

Pada waktu kita diminta untuk melakukan jenis pekerjaan yang tidak benar atau melakukan pekerjaan dengan tidak benar, kita harus menolaknya. Sewaktu Daniel diminta untuk menyembah raja, ia menolak dan tetap menyembah Allah. Sebagai akibatnya ia dilempar ke goa singa. Pada waktu ketiga teman Daniel—Sadrakh, Mesakh, dan Abednego—diwajibkan menyembah patung buatan Nebukadnezar, mereka pun menolak dan sebagai akibatnya dilempar ke dapur api.

Tidak selalu kita bisa mengubah lingkungan kerja dan orang-orang yang bekerja bersama kita. Kadang kita terpaksa bersikap realistik dan membiarkan mereka. Daniel dan ketiga temannya harus bersikap realistik dan menerima ketidakbenaran terjadi di sekitar mereka. Sedapatnya mereka berbuat sesuatu untuk mengurangi ketidakbenaran namun sudah tentu tidak selalu mereka dapat melakukannya. Mereka dapat menghentikan Nebukadnezar membunuh orang bijak di Babilonia tetapi mereka tidak dapat menghentikan Nebukadnezar memaksa rakyat menyembah patung. Namun tatkala mereka sendiri yang dipaksa untuk melakukan perbuatan yang salah, mereka menolak.

Tuhan Yesus mengingatkan di Matius 5:16, "Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di surga." Apabila kita berpartisipasi di dalam kegelapan, kita akan menjadi gelap pula. Dan, sampai kapan pun orang di dalam lingkungan itu tidak akan dapat melihat terang Tuhan bercahaya di depan mereka. Dengan kita menolak, kita menjadi saluran cahaya Tuhan yang kudus. Memang kita mungkin harus kehilangan pekerjaan itu tetapi setidaknya kita tidak harus kehilangan terang Tuhan.