Sedia Belajar

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T108A
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 

Belajar mempunyai arti luas, namun bisa kita katakan sebetulnya belajar itu adalah penambahan pengetahuan. Suatu yang belum kita ketahui kemudian kita ketahui setelah melewati proses yang disebut belajar.

Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Belajar sebetulnya mempunyai arti luas namun bisa kita katakan belajar itu sendiri sebetulnya adalah penambahan pengetahuan. Sesuatu yang belum kita ketahui kemudian kita ketahui setelah melewati proses yang disebut belajar. Belajar di sini yang dimaksud bukan belajar dalam lingkup akademik di sekolah tapi belajar dalam pengalaman hidup, apa yang harus kita timba dari peristiwa-peristiwa yang kita hadapi, apa yang Tuhan ajarkan yang mesti kita lihat dan kita terima. Kalau kita bisa mengembangkan sikap bersedia belajar dalam hidup ini kita akan bisa mengarungi kehidupan ini dengan lebih baik. Dibandingkan dengan orang yang tidak bersedia belajar dalam hidup ini karena menganggap yang dia ketahui sudah paling benar dan tidak ada lagi tempat buat dia bertumbuh atau belajar dengan orang lain.

Ada dua sifat dalam belajar yang perlu kita ketahui yaitu:

  1. Belajar itu mengisi rasa ingin tahu kita. Kita adalah makhluk rasional dan sebagai makhluk rasional ingin tahu hal-hal yang belum kita ketahui. Belajar dalam pengetahuan ini memang memenuhi keingintahuan kita itu dan belajar dalam hal ini sesuai dengan kodrat kita, sesuai dengan sifat kita.

  2. Belajar itu sebetulnya menuntut perubahan pada diri kita maka dikatakan bahwa belajar belum terjadi jika perubahan belum terjadi. Dengan kata lain tujuan belajar adalah perubahan baik itu perubahan dalam pemikiran kita, perasaan kita atau dalam hal perilaku.

Ada beberapa hal yang memudahkan terjadinya proses belajar dalam pengertian kita berani terbuka adalah:

  1. Lingkungan di mana kita belajar mesti kondusif, dalam pengertian lingkungan itu mengembalikan tanggung jawab belajar pada si indiviidu. Kita perlu menciptakan situasi yang bebas sehingga orang bisa merdeka untuk berpikir dan untuk bertanya.

  2. Dalam diri kita sendiri harus ada kesadaran bahwa kita perlu dan harus berubah. Kalau kitanya sudah mempunyai sikap saya tak perlu dan saya nggak usah berubah atau belajar, tidak mungkin kita belajar maka dapat dikatakan bahwa orang yang belajar adalah orang yang rendah hati.

  3. Belajar adalah kebutuhan, kalau memang kita mempunyai kebutuhan untuk hal tersebut kita lebih terbuka untuk mempelajarinya kalau kita nggak merasakan kebutuhan itu kita nggak terbuka untuk belajar.

  4. Adanya inspirasi. Untuk kita berubah kita mesti melihat yang mendidik kita atau yang mengajar kita itu yang telah memberikan contoh hidup. Nah contoh hidup yang langsung itu bisa menjadi inspirasi buat kita. Contoh mendiang Ibu Theresa tidak akan sukses pergi ke mana-mana untuk mengajak orang-orang terlibat pelayanan terhadap kaum papa dan kaum miskin di India, kalau dianya sendiri tidak terlibat di situ. Jadi diperlukan contoh, contoh di mana orang itu bisa menjadi inspirasi bagi yang lainnya, inspirasi seperti itulah yang akan membakar orang untuk bertindak sesuai dengan si pengajar.

Filipi 2:6-10, "Kristus Yesus yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib......bagi kemuliaan Allah Bapa!"

Tuhan harus menjadi manusia, sebab Tuhan mengajarkan kepada kita untuk menyangkal diri dan memikul salib kalau hendak mengikut Dia. Menyangkal diri artinya mengatakan kepada diri bahwa yang kita minta, yang kita inginkan kita kesampingkan demi Tuhan. Memikul salib artinya bersedia menderita waktu kita mengikut Tuhan.