Reaksi Korban Selingkuh

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T348B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Perselingkuhan di dalam pernikahan, berakibat munculnya korban dari tindakan perselingkuhan itu. Korbannya adalah pasangan dan juga anak, karena perselingkuhan adalah sesuatu yang sama buruk dan beratnya dengan berita bahwa pasangan kita meninggal dunia secara mendadak. Di sini akan dijelaskan reaksi dan bagaimana sikap kita ketika menjadi korban perselingkuhan.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan
Berita bahwa pasangan kita berselingkuh mungkin sama buruk dan beratnya dengan berita bahwa pasangan kita meninggal dunia secara mendadak. Berikut ini adalah beberapa reaksi yang umum dialami oleh para korban selingkuh:
  • Reaksi pertama adalah kita tidak percaya pada apa yang telah kita dengar atau ketahui. Itu sebabnya kita berusaha mencari tahu kebenaran berita ini. Sesungguhnya upaya mencari tahu bermuatan dua motivasi: Di satu pihak kita ingin memastikan kebenarannya tetapi di pihak lain kita berharap bahwa kita akan menemukan bukti yang memperlihatkan bahwa berita ini tidak benar.
  • Setelah mendapati bahwa ternyata memang benar—pasangan kita berselingkuh—kita menjadi marah. Sebetulnya selain marah karena merasa disakiti oleh perbuatannya, kita pun marah karena merasa dimanfaatkan. Kita merasa bahwa selama ini kita telah berkorban hidup bersamanya dan untuknya. Kita merasa bahwa kita telah memberikan semuanya untuk dia. Tiba-tiba kita mendengar ia berselingkuh.
  • Selain marah karena merasa dimanfaatkan, kita pun marah karena merasa tertipu. Selama ini kita mengira ia tetap setia; selama ini kita beranggapan bahwa ia bekerja begitu keras untuk kita. Kita pun mengasihinya dan beranggapan bahwa ia mengasihi kita pula. Tiba-tiba kita disadarkan bahwa semua itu ternyata tidak benar. Ia telah bersama orang lain dan membagi hidupnya dengan orang itu.
  • Dalam kemarahan kita pun ingin membalas. Kita ingin menyakitinya sedalam-dalamnya. Kita merasa bahwa perbuatannya tidak terampuni dan baru dapat terselesaikan bila ia pun mengalami kesakitan yang sama. Pada saat ini tidak jarang kita memikirkan pelbagai cara untuk membalas, termasuk pikiran untuk berselingkuh. Masalahnya adalah, kita bukanlah dia. Kita tidak mau dan tidak bisa berselingkuh, apalagi bila untuk sekadar membalas perbuatannya. Kita tidak lagi membiarkan pikiran ini berkembang. Kita pun mematikannya dengan segera.
  • Dorongan terkuat pada saat ini adalah kita ingin dapat melampiaskan kemarahan kita sepuas-puasnya. Kita ingin dapat mencaci-makinya dan mengatakan semua yang dapat melegakan hati. Masalahnya adalah, kita tahu bahwa jika kita terus melampiaskan kemarahan, maka lebih besar kemungkinan ia akan meninggalkan kita. Kita takut ia justru akan menemukan “alasan” untuk bersama dengan rekan selingkuhnya.
  • Nah, dalam masa ini kita berharap bahwa ia akan kembali kepada kita. Kendati susah, kita merelakan diri untuk menahan kemarahan supaya ia kembali. Namun ternyata ia tidak dengan serta merta memutuskan hubungan dengan rekan selingkuhnya. Kita mendapati bahwa ia terus menjalin relasi dengannya.
  • Akhirnya kita pun merasa seperti kehilangan pijakan. Kita merasa dunia kita runtuh. Semua habis dan hidup menjadi begitu kosong. Kita tidak tahu apa lagi yang mesti dilakukan.
Berikut adalah beberapa masukan yang dapat saya berikan kepada para korban selingkuh:
  • Pada saat ini penting bagi kita untuk melanjutkan hidup. Lakukanlah semua tanggung jawab kita dengan sebaik-baiknya. Dengan kata lain kita harus memaksa diri untuk melihat hidup secara lebih luas. Hidup tidak hanya terdiri dari "dia"—pasangan kita. Ada banyak hal dalam hidup yang mesti diperhatikan. Tanggung jawab kita bukanlah kepada ia seorang.
  • Secara emosional kita harus memisahkan diri darinya sebab jika tidak, hidup kita akan terus terombang-ambing. Kita harus mengatakan bahwa ini adalah hidupnya dan pilihannya. Kita harus berkata bahwa hidup menjadi baik atau buruk bukan karenanya.
  • Jangan terlalu memberikan terlalu banyak bobot pada perkataannya. Kita tidak akan pernah tahu dengan pasti apakah ia tengah berbohong atau tidak. Kalaupun ia mengatakan sesuatu yang benar—misalkan ia berkeputusan untuk meninggalkan selingkuhnya—besar kemungkinan ia tergoda untuk menjalin relasi kembali. Jadi, sebaiknya pada saat seperti ini kita tidak bergantung pada perkataannya. Ia dalam kondisi bingung; kita tidak bisa menggantungkan hidup pada perkataan orang yang tengah bingung.
  • Kita harus bergantung sepenuhnya pada Tuhan dan memelihara hubungan yang intim dengan-Nya. Kita tengah menjalani kehidupan yang mustahil dijalani dengan kekuatan manusia. Jadi, bersandarlah kepada Tuhan. Bacalah Firman-Nya setiap hari
  • Amsal 20:21-22 berkata, "Milik yang diperoleh dengan cepat pada mulanya, akhirnya tidak diberkati. Janganlah engkau berkata, ‘Aku akan membalas kejahatan,’ nantikanlah Tuhan, Ia akan menyelamatkan engkau." Perselingkuhan masuk dalam kategori, "milik yang diperoleh dengan cepat." Tuhan tidak akan memberkati dan mereka tidak akan dapat mencicipi kebahagiaan. Dari pihak kita, Tuhan meminta agar kita menantikan-Nya. Ia sudah berjanji untuk menyelamatkan kita. Jangan membalas dan jangan menggunakan cara dunia. Gunakan cara Tuhan selalu. Pada waktu-Nya Ia akan bertindak.