Rayakan Kesetiaan II

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T324B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Di dunia ada dua jenis pelayanan, yaitu pelayanan yang nyaring, hasilnya terlihat jelas dan cepat, dan pelayanan sunyi yaitu hasilnya tidak terlihat jelas dan lama. Membesarkan anak termasuk pelayanan yang sunyi. Kita tidak bisa melihat hasilnya dengan segera, bahkan adakalanya justru hasilnya mengecewakan hati. Kunci untuk tetap bertahan adalah kesabaran dan kesetiaan. Dua hal ini dapat diwujudkan dalam komitmen, disiplin dan mendemonstrasikan kasih Bapa yang tidak terbatas pada anak. Sebagai orang tua biarlah pedoman yang diuraikan di sini bisa menghasilkan kesabaran dan kesetiaan, sehingga buahnya bisa kita lihat dan kita nikmati.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan
Di gereja yang sekarang saya layani ada banyak orang lanjut usia dimana sebagian besar tinggal dengan anak-anak mereka. Saya kagum melihat betapa besar pengabdian anak-anak mereka merawat orangtua mereka yang sekarang sudah sepuh. Pengamatan ini membuat saya berpikir bahwa di dalam dunia ada dua jenis pelayanan:
  • Nyaring ? Hasilnya terlihat jelas dan cepat.
  • Sunyi ? Hasilnya tidak terlihat jelas dan lama.
Saya memasukkan pelayanan terhadap orang lanjut usia ke dalam kategori pelayanan yang sunyi. Tidak ada penghargaan dan tepuk tangan, hanya pengabdian. Membesarkan anak juga adalah pelayanan yang sunyi. Kita tidak bisa melihat hasilnya dengan segera, bahkan adakalanya justru hasilnya mengecewakan hati. Namun inilah pelayanan yang Tuhan berikan kepada kita, orang tua.

Kunci untuk Terus Bertahan

Sudah tentu ada masanya kita tergoda untuk angkat tangan dan menyerah tatkala melihat anak-anak tidak bertumbuh besar seperti yang diharapkan. Namun kita tidak boleh menyerah. Kita mesti bertahan—apa pun kondisinya. Dua sikap atau karakterisktik yang diperlukan agar kita dapat bertahan dalam membesarkan anak ialah:
  • KESABARAN
  • KESETIAAN
KOMITMEN
Kesabaran dan kesetiaan dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk, salah satunya adalah komitmen. Sebagai orang tua kita harus mempunyai komitmen untuk:
  • Selalu berada DI SAMPINGNYA sampai ia bertumbuh dewasa dan matang:
    • Jadi, jangan delegasikan tugas membesarkan anak kepada orang lain. Tuhan telah memberikan mereka kepada kita. Dan Tuhan akan menuntut pertanggungjawaban itu dari kita—bukan orang lain.
    • Jangan setengah-setengah. Walaupun kadang kita merasa letih dan frustrasi, jangan lepaskan tangan sewaktu badai menerpa. Peganglah terus dan berdoalah bagi anak-anak kita.
DISIPLIN
Kesabaran dan kesetiaan juga dapat diperlihatkan dalam bentuk disiplin. Mengapa sebagai orang tua kita perlu mendisiplin anak ?
  • Disiplin diperlukan untuk memberikannya KETAHANAN menghadapi tantangan hidup. Tanpa disiplin, anak tidak akan mengembangkan kekuatan untuk menghadapi tekanan hidup. Ia cepat lari dan mudah lepas tangan. Sebaliknya, dengan disiplin yang kuat, ia menjadi tangguh dan sanggup mengatasi pukulan kehidupan.
  • Disiplin diperlukan untuk melatihnya MENGATUR dan mengarahkan hidupnya sendiri. Semua anak dapat bermimpi namun tidak semua dapat mewujudkan impiannya. Anak yang dapat merealisasikan impiannya biasanya adalah anak yang menerima disiplin dari orang tua. Oleh karena disiplin yang diterimanya, ia belajar menetapkan target dan mencapainya. Ia tidak mudah putus asa dan sanggup berjuang keras untuk menggapai sasaran hidupnya. Sebaliknya anak yang tidak menerima disiplin dari orangtua, hanya dapat bermimpi. Ia hanya dapat meminta orang lain untuk memberikan kepadanya impiannya itu.
Kurangnya Disiplin
Kesabaran dan kesetiaan ditunjukkan dalam disiplin yang diberikan kepada anak. Orang tua yang tidak mendisiplin anak sesungguhnya adalah orang tua yang tidak memiliki kesabaran dan kesetiaan kepada anaknya. Berikut adalah contoh kurang atau tidak adanya disiplin dalam keluarga:
  • MEMBERIKAN semua yang diinginkan anak. Perlakuan seperti ini hanya akan membuat anak berpikir bahwa ia LAYAK menerima semua yang diinginkannya. Dengan kata lain, tanpa disiplin dan terus memberi semua yang diinginkan anak akan membuatnya beranggapan bahwa sudah seharusnyalah orang memberi kepadanya semua yang diinginkannya, sebab ia layak untuk diperlakukan seperti itu.
  • MEMBOLEHKANNYA melakukan semua yang diinginkannya. Bila kita membiarkan anak untuk melakukan semua yang ingin dilakukannya, itu sama dengan mengajarkan kepadanya bahwa relasi dan hidup tidak mempunyai BATAS. Dengan kata lain, ia berhak untuk masuk ke dalam kehidupan orang dan memerintahnya atau mengharuskannya berbuat sesuai kata hatinya.
Sebaliknya disiplin yang tepat mengajarkan kepadanya:
  • Bahwa hidup adalah ANUGERAH. Tidak seorang pun yang pernah membeli tiket untuk hidup. Tuhan menghadirkan kita di dunia atas dasar kehendak-Nya semata. Jadi, kita hidup dan ada di dunia bukan karena usaha atau kerja keras kita.
  • Bahwa MANUSIA untuk dihargai dan BARANG untuk dipakai. Anak yang tidak mengenal disiplin akan beranggapan sebaliknya—bahwa manusia untuk dipakai dan barang untuk dihargai.
  • Bahwa ia hanya dapat bergerak bila ia berjalan dan bahwa tidak seorang pun yang dapat membuatnya berjalan kecuali DIRINYA SENDIRI. Dengan kata lain, ia adalah satu-satunya orang yang bertanggung jawab atas pilihan dalam hidupnya.
Mendemonstrasikan Kasih Bapa yang Tak Terbatas kepada Anak
  • Akan ada saat di mana kasih kita mendapat UJIAN terbesarnya. Kita mungkin merasa tidak sanggup lagi untuk meneruskan hidup dan tergoda untuk melepaskan anak kita.
  • Ingatlah: Kasih Bapa tidak berkesudahan! Tuhan tidak menyerah dan akan terus berusaha membawa kita, anak-anak-Nya, kembali kepadanya. Jadi, kita pun mesti terus berdoa dan berharap. Untuk dapat bertahan, lakukanlah kedua hal berikut ini:
    • Jangan pikirkan KETIDAKADILAN. Kita ditempatkan Tuhan di dalam hidup anak-anak kita untuk memberi dan memberi. Adakalanya kita merasa bahwa anak kita telah bersikap tidak adil kepada kita. Ia cepat melupakan semua hal baik yang diterimanya dari kita namun lambat memaafkan kesalahan kita. Maju terus dan berikanlah terus. Jangan pikirkan ketidakadilan.
    • Jangan pikirkan REPUTASI. Mengasuh anak pada saat anak bermasalah dapat menghancurkan reputasi kita. Namun itulah yang mesti kita kedepankan. Kita harus rela mengorbankan reputasi kita dan terus mendampingi anak kendati kita harus kehilangan reputasi kita di tengah masyarakat.
Nasihat Firman Tuhan
Yohanes 12:24 berkata, "Aku berkata kepadamu, ‘Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.’ " Kita harus rela mengorbankan diri dan berlaku setia kepada anak walaupun untuk itu harga yang mesti dibayar adalah tinggi. Biji gandum harus terlebih dahulu mati sebelum ia dapat menghasilkan banyak buah.