Ketika Pasangan Meninggalkan Tuhan 2

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T585B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Kita mesti secara aktif memelihara dan menjaga kehidupan rohani kita; saling mendukung dan mengingatkan; kita harus menjaga kesehatan relasi pernikahan kita, kita senantiasa mesti memertimbangkan kesiapan pasangan dalam memenuhi panggilan Tuhan; jangan ragu untuk meminta maaf bila kita telah berbuat salah; apabila pasangan sudah meninggalkan Tuhan berdoalah jangan ingatkan dia, jangan memarahinya; apabila pasangan sudah meninggalkan Tuhan, terus kasihi dia dengan kasih Tuhan.
Audio
MP3: 
Play Audio: 


Ringkasan

dpo. Pdt. Dr. Paul Gunadi

Setelah mengerti beberapa kondisi yang dapat membuat pasangan meninggalkan Tuhan, sekarang marilah kita melihat beberapa langkah yang dapat kita ambil untuk mencegah dan menghadapinya.

PERTAMA, KITA MESTI SECARA AKTIF MEMELIHARA DAN MENJAGA KEHIDUPAN ROHANI KITA SENDIRI.
Biasakanlah untuk berdoa dan merenungkan Firman Tuhan secara teratur; biasakanlah untuk berbakti kepada Tuhan dan terlibatlah dalam pelayanan kristiani. Dan, hiduplah konsisten. Yakobus 1:22 mengingatkan, "Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku Firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri." Dengan cara demikian, bukan saja kita menjaga diri dari pencobaan, kita pun menjaga diri dari kemunafikan dan ketidak konsistenan.

KEDUA, KITA MESTI SECARA AKTIF MEMELIHARA DAN MENJAGA KEHIDUPAN ROHANI KITA BERDUA.
Kita mesti saling mendukung dan mengingatkan. Tidak selalu kita kuat, kadang kita lemah dan memerlukan dukungan dari pasangan. Pada waktu pasangan membutuhkan topangan, berilah topangan; jangan justru memarahinya. Kita pun tidak selalu mengindahkan perintah Tuhan; adakalanya kita hanyut dibawa keinginan pribadi atau desakan lingkungan. Sewaktu pasangan mulai terseret, kita harus mengingatkannya agar ia kembali. Selain itu biasakanlah untuk berdoa bersama. Jadikan doa malam sebagai doa yang mengikat kita berdua di dalam Roh dan Kebenaran, di mana dua hati yang mulai merenggang dirapatkan kembali dan hati yang mendingin dihangatkan kembali.

KETIGA, KITA HARUS MENJAGA KESEHATAN RELASI PERNIKAHAN KITA.
Jangan sampai lalai melaksanakan tanggungjawab kita sebagai suami-istri dan ayah-ibu. Ingatlah perkataan Tuhan Kita Yesus di Markus 12:17, "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah." Ada tanggungjawab yang perlu kita penuhi sebagai warga keluarga Allah tetapi ada pula tanggungjawab yang mesti kita kerjakan sebagai warga keluarga sendiri. Jangan sampai kita melakukan satu dan melalaikan yang satunya.

KEEMPAT, KITA SENANTIASA MESTI MEMERTIMBANGKAN KESIAPAN PASANGAN DALAM MEMENUHI PANGGILAN TUHAN.
Kadang kita begitu antusias memenuhi panggilan Tuhan melakukan pekerjaan-Nya sehingga kita tidak sabar menunggu kesiapan pasangan. Akhirnya kita berjalan di depan—sendirian—meninggalkan pasangan—di belakang. Atau, kita bersemangat dan bersedia memberi dan berkorban sedang pasangan belum siap. Alhasil, kita memutuskan untuk memberi dan berkorban, dan ini melukai hati pasangan. Apa pun dan sebaik apa pun hal yang kita ingin persembahkan kepada Tuhan, bila tidak didukung oleh kesiapan hati pasangan, akhirnya malah dapat merusak pernikahan dan justru tidak menjadi berkat. Itu sebab, agar pasangan tidak tertinggal dan malah meninggalkan Tuhan, tunggulah. Jangan jalan sendiri. Tuhan tetap dapat memakai dan memberkati kita. Ia tahu kerinduan kita.

KELIMA, JANGAN RAGU UNTUK MEMINTA MAAF BILA KITA TELAH BERBUAT SALAH.
Jangan sampai pasangan memendam kepahitan karena kita tidak meminta maaf atas perbuatan yang telah melukainya. Kepahitan adalah salah satu penyebab mengapa pasangan dingin dan meninggalkan Tuhan. Jadi, berhati-hatilah dengan sikap membenarkan diri; inilah batu yang kerap menyandung pasangan.

KEENAM, APABILA PASANGAN SUDAH MENINGGALKAN TUHAN, BERDOALAH DAN INGATKANLAH DIA TETAPI JANGAN MEMARAHINYA.
Serahkan tugas memarahi kepada Tuhan karena Dialah yang berhak mendisiplin anak-anak-Nya. Tugas kita adalah mendoakan dan mengingatkannya semata. Sewaktu mengingatkannya, posisikan diri bukan sebagai hakim tetapi sebagai sesama orang berdosa yang telah menerima kasih karunia Allah. Gunakan Firman Tuhan pada waktu yang tepat, bukan pada setiap waktu.

KETUJUH, APABILA PASANGAN SUDAH MENINGGALKAN TUHAN, TERUS KASIHILAH DIA DENGAN KASIH TUHAN.
Hanya ada satu cara untuk dapat mengasihinya yaitu dengan kasih Allah, bukan kasih sendiri. Kadang sulit untuk mengasihinya terutama bila hidupnya sudah begitu jauh dari Tuhan; itu sebab kita hanya dapat melakukannya dengan kekuatan kasih Tuhan. Dan satu lagi: Kita hanya dapat mengasihinya bila kita melihatnya lewat lensa rohani yakni bahwa dia sedang melarikan diri dari Tuhan, bukan dari kita. Kita mesti percaya bahwa Tuhan Yesus, Sang Gembala, akan mencari domba-Nya yang terhilang. Hidup dengan pasangan yang meninggalkan Tuhan adalah hidup yang sepi; seakan-akan kita hidup sendirian. Kita tidak bisa berbagi banyak dengannya akibat perbedaan nilai dan prioritas hidup. Apa yang penting bagi kita tidak penting baginya dan apa yang penting baginya, tidak penting bagi kita. Hidup dengan pasangan yang meninggalkan Tuhan kadang menyusahkan karena adakalanya dia berbuat atau mengambil keputusan yang menyusahkan kita. Pada masa sulit ini kita hanya dapat bersandar penuh pada kasih karunia Tuhan Kita Yesus dan kita harus berjalan dalam iman. Hiduplah satu hari lepas satu hari; serahkan hari esok kepada Tuhan. Serahkan dia kedalam tangan Tuhan Kita Yesus. Firman Tuhan di 1 Petrus 3:1-2 mengingatkan, "Demikian juga kamu hai istri-istri, tunduklah kepada suamimu supaya jika ada di antara mereka yang tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan istrinya jika mereka melihat bagaimana murni dan salehnya hidup istri mereka itu."