Kata Hati

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T367A
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Salah satu misteri dalam hidup adalah hadirnya "suara" di dalam lubuk hati terdalam yang "bukan bagian dari diri sendiri." Dikatakan, "bukan bagian dari diri sendiri" sebab bukankah acap kali "suara" ini meminta kita melakukan sesuatu yang bukan saja TIDAK kita pikirkan sebelumnya, tetapi juga, TIDAK kita inginkan. Karena itu adakalanya kita berusaha melarikan diri dari "suara" ini. Atau setidaknya, kita berusaha mengalihkan perhatian sehingga tidak lagi berkesempatan mendengarkan "suara" ini. Namun, apa pun yang kita perbuat, satu hal yang TIDAK dapat kita lakukan adalah membungkam "suara" ini. "Suara" itu tetap berkata-kata—tidak peduli didengarkan atau tidak. Suara ini adalah kata hati atau nurani.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Salah satu misteri dalam hidup adalah hadirnya "suara" di dalam lubuk hati terdalam yang "bukan bagian dari diri sendiri." Saya katakan, "bukan bagian dari diri sendiri" sebab bukankah acap kali "suara" ini meminta kita melakukan sesuatu yang bukan saja TIDAK kita pikirkan sebelumnya, tetapi juga, TIDAK kita inginkan. Itu sebab adakalanya kita berusaha melarikan diri dari "suara" ini. Atau setidaknya, kita berusaha mengalihkan perhatian sehingga tidak lagi berkesempatan mendengarkan "suara" ini. Namun, apa pun yang kita perbuat, satu hal yang TIDAK dapat kita lakukan adalah membungkam "suara" ini. "Suara" itu tetap berkata-kata—tidak peduli didengarkan atau tidak. Suara ini adalah kata hati atau nurani.

Makna Kata

Istilah nurani berasal dari kata "nur" yang berarti sinar atau cahaya. Kita tahu bahwa "suara" ini selalu meminta kita melakukan sesuatu yang mulia—yang terang—dengan cara memberikan panduan atau pencahayaan agar kita dapat melihat jalan yang semestinya ditempuh. Dan, kita pun mafhum bahwa "suara" ini menerangi perbuatan yang kita lakukan bahkan di dalam gelap sekalipun. Itu sebab kendati tidak dapat dilihat apalagi diketahui orang, bagi kita yang melakukannya, kita tetap mengetahui nilai moral dari perbuatan itu—baik atau buruk; benar atau salah.

Di dalam bahasa Inggris, istilah nurani disebut conscience dan kata ini berasal dari bahasa Latin, con dan scire. Istilah scire bermakna "mengetahui" sedang kata con berarti "dengan" atau "bersama-sama." Jadi, istilah con-scire berarti "mengetahui bersama dengan." Ada sesuatu di dalam diri sendiri yang mengetahui semua dan sedalam-dalamnya dan kepadanya kita tidak dapat berbohong. Ia selalu bersama dengan kita; itu sebab ia mengetahui apa pun yang kita perbuat.

Asal Muasal Nurani

Darimanakah asalnya nurani atau kata hati? Sudah tentu pesan moral yang kita serap, baik dari orang tua maupun sekeliling bersumbangsih dalam perkembangan nurani. Sebagai contoh, kita tahu bahwa belajar bukan saja baik tetapi merupakan tanggung jawab kita sebagai pelajar. Itu sebabnya sewaktu kita tidak belajar—malah bermain video games—kita pun merasa bersalah karena nurani menegur kita yang lalai melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan.

Nah, pada umumnya pesan moral semacam ini diserap dari lingkungan dan menjadi bagian dari "suara" atau kata hati. Namun nurani atau "suara" ini lebih dari sekadar pesan moral dari lingkungan. Jika "suara" atau nurani seluruhnya berasal dari pesan moral lingkungan, maka seharusnya apa pun yang diajarkan lingkungan, diterima sepenuhnya tanpa ada pesan lain atau alternatif lain. Kenyataannya adalah tidak selalu kita mengikuti pesan moral lingkungan; kadang kita malah melawan pesan moral lingkungan. Entah mengapa kita menyadari bahwa pesan moral lingkungan bukanlah pesan moral yang termulia. Ada sesuatu dari dalam diri yang memberikan cahaya atau terang sehingga kita melihat alternatif lain yang berbeda—yang tidak diajarkan oleh lingkungan—namun dari lubuk hati terdalam kita tahu, bahwa alternatif lain ini terlebih murni dan benar.

Saya berikan sebuah contoh. Selama beratusan tahun Kerajaan Inggris Raya melegalkan perdagangan dan pemilikan budak—praktek kehidupan yang sudah mendarah daging dilakukan manusia di semua benua mulai dari ribuan tahun yang lampau. Seyogianya, jika kata hati sepenuhnya berasal dari lingkungan, maka semua orang di Kerajaan Inggris, meyakini bahwa perbudakan bukanlah sesuatu yang salah.

Namun sebagaimana kita ketahui, setidaknya ada seseorang yang bernama William Wilberforce, seorang anggota parlemen, yang menggagas untuk menghapuskan perbudakan. Setelah mencoba selama bertahun-tahun, akhirnya perbudakan dihapuskan dan efek perubahan hukum ini menjalar sampai ke Amerika, mantan koloni Kerajaan Inggris. Di bawah Presiden Abraham Lincoln perbudakan pun dihapuskan.

Baik Wilberforce maupun Lincoln, keduanya bertumbuh besar di dalam lingkungan yang melegalkan perbudakan namun keduanya menyadari bahwa perbudakan bukan bagian yang terbaik diri manusia. Jika kata hati sepenuhnya berasal dari lingkungan, maka keduanya tidak seharusnya mempunyai pesan moral yang lain. Kenyataan bahwa keduanya melihat pesan moral lain yang terlebih mulia, hal ini menandakan bahwa nurani atau kata hati bukan semata pesan moral yang berasal dari lingkungan.

Jika demikian, darimanakah asalnya nurani? Nurani berasal dari Tuhan sendiri. Kejadian 1:27 menjelaskan, "Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia . . . ." Nurani adalah tuntunan yang dititipkan Allah kepada manusia agar ia dapat hidup sesuai dengan kehendak Allah.