Manfaat Bermain Bersama Anak

Versi printer-friendly
Penulis: 
Ev. Anne Kartawijaya, M.Div
Sumber: 
Eunike
Abstrak: 
Kebanyakan orang tua lebih cenderung menjadi penonton dan fasilitator acara bermain dari anak-anaknya daripada dirinya sendiri ikut terjun dalam permainan tersebut, padahal bermain bersama anak banyak sekali manfaatnya.
Isi: 

Sebelum Anda melanjutkan membaca, coba renungkan pertanyaan berikut ini: "Apakah saya mempunyai waktu bermain (play-time) bersama anak atau apakah saya pernah terpikir untuk memasukkan kegiatan bermain ke dalam agenda saya?"

Saya duga kebanyakan orang tua lebih cenderung menjadi penonton dan fasilitator acara bermain dari anak-anaknya daripada dirinya sendiri ikut terjun dalam permainan tersebut, padahal bermain bersama anak banyak sekali manfaatnya.

Manfaat pertama: Mengikat hubungan orang tua dan anak.
Cukup banyak permainan yang dapat menjembatani gap yang terjadi antara orang tua dan anak. Jenjang usia yang agak besar dan jauh sering kali menjadi penyebab timbulnya masalah komunikasi antara orang tua dan anak. Akan tetapi dengan "bermain", jenjang tersebut sedikit banyak dapat diatasi. Perhatikan bagaimana seorang bayi kecil dapat mengerti bahasa ayahnya yang sudah berusia di atas 40 tahun, dan sebaliknya.

Dimulai dengan ayah yang tersenyum pada bayinya dan yang dibalas oleh bayi dengan menatap mata ayahnya. Melihat tatapan mata bayinya, ayah kemudian mendekatkan hidung ke perut bayi dan bayi pun mengeluarkan suara gembira, singkat dan polos. Mendengar suara bayi, sangat ayah tergoda untuk memberikan sedikit kitikan di pinggang sehingga bayi pun tertawa lebih keras lagi.......Begitu seterusnya sehingga percakapan "kitik dan tawa" menjadi bahasa bayi yang dapat diterjemahkan sebagai "Aku sayang kamu, dan kamu sangat istimewa bagiku."

Manfaat kedua: Mengubah suhu emosi.
Ketika anak mengalami emosi yang tidak menyenangkan, anak cenderung untuk berperilaku negatif. Hukuman dan omelan tidak selalu memberi jawaban. Kadang-kadang justru melalui bermain, emosi anak diubahkan dan hal tersebut secara otomatis akan mempengaruhi serta mendorong perilaku anak ke arah yang lebih positif.

Seorang anak Balita cemberut karena tidak boleh melanjutkan menonton TV mengingat sudah saatnya untuk tidur malam. Bahkan karena kesal ia sempat memukul ibunya. Kejadian tersebut dapat menjadi pemicu timbulnya pertengkaran di malam hari. Namun ibu yang bijaksana mengerti bahwa "rasa ngantuk" kadang menyebabkan anak menginginkan hal-hal yang tidak seharusnya. Maka, daripada menghukum atau mengomeli anak, ibu tersebut mengambil selimut besar, kemudian menutupi anaknya dan dirinya dengan selimut tersebut dan mulailah permainan yang seru yaitu "berkemah sambil menantikan kedatangan si beruang besar (papa yang baru pulang dari kantor)." Ketika papa masuk ke kamar, maka beruang itu mengaum-mengaum mencari mangsanya, sesaat d iluar kemah, kemudian merangkak-rangkak menindih segala sesuatu yang ada di balik selimut. Dapat dibayangkan betapa gelinya teriakan anak ketika beruang membuka selimut dan menerkam si anak yang sudah mulai hilang cemberutnya. Ketika beruang besar pergi untuk mandi, ibu melanjutkan dengan bercerita di dalam kemah (selimut) dan anak pun akhirnya lebih siap untuk tidur dengan suasana hati yang lebih menyenangkan.

Manfaat ketiga: Menyalurkan emosi negatif dan menghubungkan kembali relasi yang terputus.

Ketika ayah keluar kamar mandi, didapatinya anak perempuan kecilnya sedang berteriak-teriak memarahi kakak laki-lakinya yang menyenggol mainan masak-masakannya secara tidak sengaja. Ini bisa menjadi alasan baik untuk menghukum kedua anak tersebut; yang satu karena menyenggol mainan milik adiknya; yang lain karena membuat polusi suara di Sabtu pagi yang cerah. Daripada menerapkan hukuman, ayah menggunakan strategi bermain untuk mengikat kembali hubungan kedua kakak beradik ini. Pertama-tama ia duduk berdiri mengawasi kedua anak yang sedang bertengkar, tiba-tiba ia mengambil setumpuk bantal sofa dan mengajak anak perempuannya menimpuk si kakak habis-habisan. Tidak hanya itu, ayah masih mengejar si kakak, menarik kedua lebgab kakak ke belakang dan membuatnya seperti seorang tahanan dalam film "Peter Pan". Kemudian ayah memberi semangat kepada adik untuk terus menimpuk kakaknya dengan bantal dan memberi signal kepada ibu untuk menjadi 'tinker bell', si penyelamat. "Mana nih penyelamat kakak?" teriak si ayah. Maka datanglah si ibu dengan satu kali acungan tangan, dan ayah pun berpura-pura terpental jatuh. Tiba-tiba ayah mengambil si adik dan sekali lagi si ibu menyelamatkan dengan "debu ajaibnya." Maka, berakhirlah peperangan kakak beradik dengan tiga manusia bertebaran di lantai sambil menikmati kelelahan yang membahagiakan. Kakak beradik pun kembali dapat bersahabat lagi.

Manfaat keempat: Melatih daya juang anak.
Permainan yang bersifat kompetisi sangat baik untuk melatih anak dalam menghadapi kesulitan. Setiap anak memiliki reaksi yang berbeda dalam menghaddapi kekahalahn. Kegagalan atau situasi yang mengancamnya. Ada anak yang menangis, menghindar, marah atau menyalahkan orang lain dengan teriakan: "curang!"

Pak Doni tahu betul bahwa anaknya sering kali tidak sanggup menghadapi kekalahan. Maka, dibuatnya agend khusus untuk melatih Jimmy mengatasi kesulitannya tersebut. Pertama-tama Pak Doni merencanakan bermain catur bersama Jimmy selama satu minggu berturut-turut. Pada saat mendekati kekalahan, mata Jimmy sering berkaca-kaca dan kadang-kadang dia berusaha menghindar dengan alasan sakit perut, lapar, atau ngantuk. Tak jarang dia marah-marah dan menangis. Pak Doni mendorong Jimmy untuk bertahan dan beberapa kali memberi kesempatan kepadanya untuk menang untuk memunculkan rasa percaya dirinya. Kemudian, Pak Doni membuat program khusus yaitu "Soccer Party." Diundangnya beberapa teman anaknya untuk bermain bola bersama. Pak Doni dan beberapa ayah juga ikut serta dalam permainan. Di sanalah proses pelatihan mental terjadi. Beberapa kali Pak Doni memberikan semangat kepada Jimmy yang tawar hati karena kebobolan gol cukup banyak. Pada saat kalah, Pak Doni mengajak Jimmy untuk belajar menghirbur diri.

Manfaat kelima: Melatih penguasaan diri.
Banyak anak tidak dapat menguasai diri dalam menentukan batas bermain. Tidak jarang anak mengakhiri permainan dengan perasaan benci karena ada yang dipukul, didorong dan bahkan dilukai.

Keterlibatan orang tua dalam bermain bersama anak dapat menolong anak melihat batasan dan melatih anak untuk mematuhi batasan tersebut. Permainan-permainan yang keras tidak harus selalu dihindari. Inisiatif orang tua untuk memainkan permainan keras justru menolong anak mengenal batasan ketika ia bermain dengan teman-temannya.

Henry suka sekali main "berantem-beranteman" dengan ayah. Mula-mula ayah memukul punggung Henry dengan bantal, dan Henry membalas dengan berusaha memukul dada ayahnya. Ayah cepat memegang tangan Henry dan berkata: "jangan sungguh-sungguh memukul, kamu harus gunakan bantal untuk melanjutkan permainan ini." Pada saat hampir kalah, Henry merasa frustrasi dan menggigit tangan ayahnya. Ayah menekan hidung Henry sehingga Henry melepaskan gigitan, kemudian berkata: "kamu melanggar batas aturan bermain! Tidak boleh menyakiti. Sekali lagi kamu menggigit, kamu harus diikat seperti ini." Maka ayahnya yang sudah barang tentu mempunyai tubuh lebih besar memeluk Henry dari belakang sehingga ia tidak bisa bergerak, dan berteriak: "kamu jadi tawananku...Tawanan perang karena menggigit." Setelah lelah, ayah berbicara dengan tenang: "Henry, dalam bermain kita harus menjaga diri jangan sampai menyakiti orang lain. Kamu boleh main yang keras tapi tidak sungguh-sungguh memukul untuk menyakiti."

Ayah Henry kemudian melanjutkan dengan mengawasi Henry bermain dengan teman lain. Pada saat Henry mulai memukul teman tersebut, ayah mencoba mengingatkan: "Henry, nampaknya kamu harus duduk di sebelah ayah untuk beberapa saat sampai kamu tenang." Setelah beberapa menit duduk di sebelah ayah, Henry bertanya: "apakah saya boleh pergi bermain lagi?", maka ayah berkata:"boleh, asal kamu janji tidak menyakiti temanmu. Jika masih terjadi, kamu akan duduk di sini lagi."

Manfaat keenam: Mengatasi perbedaan.
Anak-anak sering kali mengalami kesulitan dalam bermain bersama karena adanya perbedaan. Perbedaan antara laki-laki dan perempuan, perbedaan bahasa, perbedaan usia dan perbedaan minat. Keterlibatan orang dewasa yang mempunyai cara berpikir lebih luas sangat dibutuhkan pada saat ini.

Mary dan Tony perlu menghabiskan setengah jam untuk menentukan permainan apa yang akan dimainkan. Selama setengah jam Mary mempertahankan pendapat untuk bermain dokter-dokteran, sedangkan Tony memaksa Mary untuk bermain perang-perangan. Maka datanglah Pak Budi dan mulai menyusun strategi bermain. Pak Budi mengajak Tony untuk mengambil mobil-mobilannya dan Mary untuk mengambil peralatan dokter-dokteran. Maka mulailah mereka bermaina perang-perangan. Pak Budi ditemanioleh boneka-boneka Mary, dan Tony oleh senjata-senjatanya. Pak Budi sengaja membuat beberapa boneka seolah tertembak oleh senjata Tony, dan kemudian dibawa kepada Mary untuk diobati. Waktu korban bertambah banyak.....datanglah si ibu untuk membantu Mary mengurus boneka-boneka yang telah menjadi korban perang supaya mereka segera sembuh dan bisa berperang lagi, dan seterusnya. Ibu juga mengajak Mary untuk membuat masakah dan memberi maka boneka-boneka yang sakit.

Kevin kesal sekali pada adiknya yang masih berusia 1 tahun. Beberapa kali dia susun catur untuk dumainkan bersama ayah, tapi adiknya selalu datang untuk menghancurkan biji-biji caturnya. Kevin marah-marah dan mendorong adiknya. Ibu tidak bisa menemani adik karena sibuk menyiapkan makan malam. Maka ayah mengusahakan jenis permainan yang berbeda. Ayah mendorong Kevin untuk berlomba menyusun catur secepatnya segera setelah si adik menghancurkan, dan adik juga didorong untuk menjatuhkan biji catur milik sendiri. Kevin dan adik akhirnya asyik bermain sampai ibu siap menyuapi adik, dan Kevin pun bisa mulai bermain catus secara lebih serius dengan ayahnya.

Manfaat ketujuh: Untuk mengatakan "Aku hadir.&quot.
Banyak anak yang memiliki orang tua yang secara fisik hadir di rumah, namun mereka tidak bisa merasakan kehadiran orang tuanya. Mengapa? Karena orang tua sibuk dengan aktivitasnya sendiri, dan anak-anak juga asyik menikmati dunianya sendiri. Inisiatif orang tua untuk ukut terjun terlibat dalam permainan anak merupakan bahasa lain dari "Aku hadir."

Robert asyik bermain lego sendirian di lantai. Dia tampak tidak terlalu peduli dengan lingkungan sekitar. Sejak pagi ia tahu ibu ada di rumah untuk masak, membereskan rumah, dan nonton TV. Tiba-tiba ibu duduk di lantai, membuat mobil-mobilan dari lego dan mulai asyik bermain sendiri. Pada awalnya, Robert hanya mengawasi, kemudian Robert mulai tertarik. Ibu kemudian menyodorkan lego hasil buatannya kepada Robert dan Robert meneruskan menyusun mobil-mobilan buatan ibunya. Wajah Robert tiba-tiba berubah, dan terlihat lebih cerah. Katika ayah pulang, ia segera melompat dan menarik tangan ayah untuk menunjukkan mobil-mobilan dari lego yang sudah ia susun dengan rapi. Gantian ayah yang duduk di lantai agar ibu mempunyai kesempatan untuk menikmati 'cuti' beberapa saat untuk meluruskan kakinya.

Jessica terus-menerus menarik baju ibunya yang sedang masak dan mengajaknya bermain: "Mama.......Mama......Main yuk." Setelah beberapa saat dicoba untuk tidak dipedulikan, ibu mengalami kesulitan bergerak bebas di dapur. Akhirnya, ibu mengambil beberapa sayur dan pisau roti yang tumpul. Ibu tebarkan koran di lantai dan mengajak Jessica main masak-masakan untuk beberapa saat lamanya, kemudian diteruskan dengan ditemani oleh si mbak. Saat Jessica sudah mulai asyik memotong-motong bersama mbak, ibu juga mulai bisa mengerjakan beberapa hal lainnya. Ternyata, beberapa menit bersama Jessica dapat memberi kebebasan beberapa jam untuk ibu bisa memasak tanpa diganggu. Jessica mulai asyik masak dengan mbak, dan Jessica tahu "Mama hadir, koq."

Denny sedang asyik main play station ketika ayah pulang. Denny tidak menengok ketika dipanggil. Maka ayah mendekati Denny dan memberikan komentar terhadap game yang sedang dimainkan. Ayah ingin menunjukkan bahwa ia tertarik pada mainan Denny. Denny pun mulai menengok dan menunjukkan bagaimana memenangkan level-level sebelumnya, apa strateginya dan apa tantangan level selanjutnya. Dan ayah mendengarkan dengan seksama. Kemudian ayah memegang pundak Denny dan berkata: "kamu hebat sekali bisa mencapai level ini, ayah bangga. Tapi ayah juga rindu untuk makan bersama kamu. Bagaimana kalau setelah level ini selesai kita makan bersama? Ayah tunggu kamu di meja makan ya.......kamu bisa ceritakan lebih banyak lagi bagaimana asyiknya game ini waktu kita makan."

Masih banyak manfaat lain dari bermain bersama anak. Yang terpenting adalah orang tua menyadari hal ini dan berani untuk mencoba. Banyak kendala yang membuat orang tua enggan bermain dengan anak. Misalnya: rasa lelah, minat yang berbeda, kondisi emosi orang tua yang lagi sedang kurang baik, persoalan keluarga yang membuat depresi, perang dingin dengan suami, istri, mertua atau ipar, rasa khawatir tidak bisa menghentikan permainan dengan pertengkaran atau hukuman, merasa kehilangan waktu yang berharga, rasa khawatir tidak bisa mengikuti kemauan atau minat anak, tidak tahu bagaimana memulai, dan sebagainya. Dan kendala terbesar adalah menganggap 'bermain' sebagai musuh dari 'belajar'. Padahal bermain adalah salah satu kebutuhan terpenting dalam perkembangan anak, selain makan, minum dan tidur. Melarang anak bermain sama dengan melarang anak menikmati masa kecilnya dan bertumbuh. Betapa kejamnya orang tua yang melarang anak bermain hanya untuk sebuah nilai 10 di rapor, atau untuk mendapatkan piala agar dapat diletakkan di lemari pajangan.

Mari kita mulai mencoba. Pemahaman dan kepekaan orang tua terhadap manfaat bermain akan menjadikan orang tua selain semakin ahli dalam bermain dengan anak, juga menikmati kebersamaan dengan anak. Dan percayalah, anak-anak dari keluarga yang suka bermain akan menjadi anak-anak yang cerdas, pandai bergaul, dan mudah mengikuti berbagai macam peraturan.?